in

Banyak Bergantung Dana Asing, Rupiah Sulit Menguat

Kebergantungan pada dana asing membuat risiko pelarian modal makin besar.

Jaga stabilitas rupiah dengan tambah pasokan dollar dari investasi riil dan ekspor.

JAKARTA – Nilai tukar rupiah diperkirakan sulit menguat, bahkan cenderung melemah sampai tahun depan karena hingga kini posisi neraca transaksi berjalan (current account) Indonesia masih defisit. Selain itu, Indonesia masih banyak membutuhkan dana dari negara lain untuk perputaran ekonomi di dalam negeri.

Pada perdagangan di pasar spot, Selasa (17/10), mata uang RI itu melemah terhadap dollar AS 0,23 persen ke level 13.507 rupiah per dollar AS.

Sementara itu, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terkikis 0,05 persen ke posisi 13.490 rupiah per dollar AS.

Pengamat keuangan dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengemukakan pelemahan rupiah kali ini bukan semata faktor eksternal, tapi juga terkait dengan kebijakan moneter di dalam negeri yang direspons negatif oleh pasar.

“Current account kita sudah lama defisit dan hot money posisinya net sell, banyak yang keluar, sehingga langsung menekan kurs rupiah.

Ditambah lagi dengan perubahan kebijakan dan pernyataan pejabat moneter tentang kondisi riil ekonomi Indonesia langsung disikapi pasar dengan beralih ke dollar AS,” kata dia, saat dihubungi, Selasa (17/10).

Salah satu kebijakan moneter itu, imbuh Wibisono, BI menerbitkan peraturan penyelesaian transaksi perdagangan bilateral menggunakan mata uang lokal (local currency settlement), guna mengurangi kebergantungan importir dan eksportir terhadap dollar AS dalam bertransaksi dengan negara mitra.

“Kebijakan ini langsung direspons pasar dengan memburu dollar AS karena khawatir dengan pasokan dollar akan menyusut.Eksportir dan importir menduga perubahan kebijakan tersebut sebagai antisipasi perubahan global,” kata dia.

Terkait dengan tren pelemahan rupiah, dari Washington, AS, Gubernur BI, Agus Martowardojo, mengungkapkan defisit transaksi berjalan Indonesia sudah berlangsung sejak 2012, ketika harga komoditas global mulai turun dan memukul ekspor Indonesia.

Pada saat yang sama, impor melonjak drastis. “Kalau defisit, kebutuhan akan valas (valuta asing) lebih besar tentu ada tekanan ke nilai tukar.

Idealnya kita harus surplus,” jelas Agus, di Kantor Pusat International Monetary Fund (IMF), seperti dikutip, Selasa.

Dari lima negara Asia Tenggara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi, Indonesia yang masih mengalami defisit transaksi berjalan, meskipun angkanya menurun. Pada kuartal II-2013, defisit transaksi berjalan mencapai 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dan sekarang di bawah dua persen.

“Kita masih belum terlalu kuat,” kata Agus. Kebergantungan Indonesia pada dana asing menimbulkan risiko yang cukup besar, antara lain jika terjadi perubahan arah kebijakan di negara maju atau gejolak di dalam negeri, bisa mendorong dana kabur dari Indonesia.

Hal itu seperti yang terjadi beberapa waktu lalu saat Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan rencana pemangkasan pajak korporasi, dan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), akhir tahun ini.

“Jadi, sulit punya nilai tukar menguat, apalagi kalau tidak bisa menjaga dana asing masuk ke Indonesia,” tukas Gubernur BI. Tahun depan, BI mengasumsikan kurs rupiah berada pada kisaran 13.400–13.600 rupiah per dollar AS.

Pasokan Dollar

Ekonom Indef, Achmad Heri Firdaus, menilai nilai tukar rupiah dua tahun terakhir cukup stabil, tapi mudah terdepresiasi. Faktor yang memengaruhi pergerakan mata uang RI itu adalah stok mata uang asing yang dijadikan sebagai alat pembayaran.

Menurut Heri, mayoritas permintaan dollar AS untuk membayar transaksi impor. Selain itu, untuk membayar utang, pembayaran dividen dan jasa lain dari Penanaman Modal Asing (PMA).

“Semakin tinggi permintaan dollar seharusnya diiringi dengan penyediaan pasokan dollar di dalam negeri,” kata dia. “Makanya, rupiah kalau mau menguat atau harga dollar lebih murah, syaratnya memperbanyak pasokan dollar di dalam negeri,” kata dia.

Menurut Heri, cadangan devisa memang meningkat cukup besar hingga mencapai 129 miliar dollar AS. Akan tetapi, devisa itu kebanyakan bersumber dari investasi portofolio, artinya hot money. SB/ahm/YK/WP

What do you think?

Written by Julliana Elora

Mengawasi Pendaftaran Parpol

Lengan Perunggu Ditemukan di Kapal Karam Antikythera