Presiden Joko Widodo membuka Konferensi Tingkat Tinggi ke-20 Asosiasi Negara-negara Pesisir Samudra Hindia (Indian Ocean Rim Association/IORA) Leader’s Summit. Dalam pidato pembukaannya, ia mengatakan saat ini merupakan kondisi kritis bagi dunia. “KTT ini yang menandai dua dekade IORA terselenggara pada saat yang kritis bagi ekonomi dunia dan bahkan umat manusia,” kata Jokowi di JCC, Selasa (7/3), dilansir dari CNN Indonesia.
Kondisi itu, menurut Jokowi, dapat dirasakan dari revolusi global yang terjadi kini. Mulai dari revolusi teknologi yang kian cepat dan berpenetrasi tanpa belas kasihan. Menurutnya, perubahan akibat revolusi teknologi semakin terlihat. Keadaan selanjutnya dipengaruhi revolusi politik. Jokowi menilai, revolusi politik berpotensi menjadi permulaan era populisme atau paham yang mengakui dan menjunjung tinggi hak, kearifan, dan keutamaan rakyat kecil. “Di saat kedua revolusi ini menyatu, itu seperti dua cairan yang eksplosif, yang mengalir bertabrakan,” ucapnya.
Dampak revolusi sudah terlihat Mulai dari berkembangnya Samudera Hindia sebagai salah satu poros kunci perhelatan dunia. Selama ratusan tahun, kata Jokowi, dunia hanya fokus kepada Samudera Atlantik. Namun, kondisi itu telah berubah dalam 30 tahun terakhir. Perubahan, imbuh Jokowi, juga terjadi dalam komunikasi menghadapi tantangan. Salah satunya penggunaan media sosial secara masif. “Kalau di zaman kuno kita pernah bicara mengenai peluncuran 1.000 kapal. Maka sekarang kita bicara tweet yang meluncurkan ribuan likes,” katanya.
Sehingga, Jokowi berharap IORA Leader’s Summit dapat menciptakan solusi dalam menghadapi tantangan di masa mendatang. Ia meminta seluruh menteri, delegasi, dan peserta KTT berkonferensi secara konstruktif dan produktif. “Terima kasih yang sebesar-besarnya atas kedatangan bapak ibu di Jakarta minggu ini. Sudah pasti kita semua mengalami tekanan ekonomi dan politik domestik sehingga seringkali sulit menghadiri KTT seperti ini,” tutur mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
LOGIN untuk mengomentari.
