in

CIA Rekrut Penjahat Perang Nazi Jadi Agen Amerika Serikat

Kolonel Reinhard Gehlen. [http://warfarehistorynetwork.com/Tempo]

ACEHTREND.CO, Jakarta – Tak banyak orang tahu bagaimana sejarah CIA, badan intelijen Amerika Serikat, berkiprah dalam rekrutmen agennya termasuk merekrut penjahat perang Nazi usai Perang Dunia II.

Salah satu agen rahasia CIA yang dijadikan agen itu adalah Reihard Gehlen, seorang Kepala Intelijen Nazi Front Timur di masa pemerintahan Hitler melawan Uni Soviet.

Gehlen memiliki banyak file di Soviet. Dia sengaja menyimpan file rahasia itu ketika rezim Nazi hancur, kalah perang di berbagai front pertempuran, dengan harapan bisa menggunakan informasi tersebut untuk mendapatkan pengaruh dari orang-orang Amerika Serikat.

Setelah Perang Dunia II berakhir, dia direkrut oleh CIA yang saat itu menginginkan sumber informasi tentang Uni Soviet. Dia kemudian menjalankan roda organisasinya dengan nama Agency untuk kepentingan gerakan rahasia.

Langkah berikutnya, Gehlen merekrut sejumlah besar mantan penjahat perang Nazi bekerja untuk kelompoknya. Menurut laporan Washington Post, sebagaimana dikutip Middle East Monitor, Kamis, 1 Maret 2018, dia memperkerjakan ribuan orang untuk kepentingannya.

“Banyak di antara mereka adalah mantan Nazi. Mereka dibiayai dengan jutaan dolar Amerika Serikat,” tulis Middle East Monitor.

Salah satu pemerintahan yang mendapatkan pelatihan CIA dengan menggunakan Gehlen dan rekan-rekannya adalah rezim militer yang menggulingkan monarki Mesir pada awal 1950-an. Meskipun rezim militer Gamal Abdul Nasser belakangan bersekutu dengan Uni Soviet.

“Dengan demikian hubungan mesra Amerika Serikat melalui aksi CIA dengan Mesir berlangsung singkat,” kata Middle East Monitor.

Menurut Andrew dan Leslie Cockburn dalam bukunya Dangerous Liasion, operasi intelijen CIA di Mesir menggunakan organisasi yang dijalankan oleh Gehlen. Buku itu menyebutkan, CIA memutuskan mengirimkan para pelatih ke Mesir untuk membangun kekuatan internal sekaligus operasi intelijen.

Gehlen mendelegasikan seorang mantan komando SS ke tempat kerja dengan syarat selain mendapatkan komisi juga uang saku dari militer Mesir. Buku tersebut juga menyatakan bahwa CIA telah membayar Gehlen sebesar US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,4 triliun pada 1955.

Pada dasarnya, organisasi yang dijalankan Gehlen dan teman-temannya adalah anak perusahaan milik CIA. Klaim CIA sebagai pelindung nilai-nilai Amerika saat ini adalah sebuah lelucon. Lembaga ini mengirimkan Nazi melakukan pekerjaan kotornya di luar negeri.[]

Sumber : Tempo.co

Komentar

What do you think?

Written by Julliana Elora

Gubernur: Dua Perusahaan Turki Akan Garap Geothermal Aceh

Pertimbangkan Sisi Kemanusiaan untuk Pemeriksaan Kesehatan Ba’asyir