in

Ira Hanzela, Koordinator Penyuluh Pertanian Pagai Utara

Jelajahi Belantara untuk Kemajuan Petani

Sepak terjang Ira Hanzela layak diapresiasi. Selaku Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, dia membuktikan bahwa perempuan juga bisa bekerja di medan berat dan membuat terobosan.

Pertama kali ditugaskan di Kecamatan Pagai Utara, Ira Hanzela kaget mengetahui medan yang harus dihadapinya. Tidak ada jalan raya, tidak ada listrik, apalagi sinyal internet. Petani yang dihadapinya pun benar-benar petani yang tidak mengerti bercocok tanam. 

Umumnya, petani Pagai Utara mengenal bercocok tanam sawah sejak Pemkab Kepulauan Mentawai membuat program cetak sawah. Tak heran bila sebagian besar tak mengerti mengolah tanah. “Bahkan, mereka memanen padi dengan cara dipetik atau dituai, tidak disabit,” ujar alumni Fakultas Teknologi Pertanian Unand ini.

Kondisinya makin runyam lantaran masyarakat terbiasa dimanjakan oleh bantuan pemerintah. Tak sedikit yang enggan bertani karena malas. “Susah menerima hal-hal baru dan perubahan,” jelas perempuan kelahiran Pariaman 22 Oktober 1989 ini. Kondisi itu tidak membuat Ira patah arang. 

Dengan motor trail, dia menerobos belantara Pagai Utara. Dari ujung ke ujung pulau. Sebab, Kecamatan Pagai Utara dibelah Kecamatan Sikakap yang berada di tengah-tengah.

Meski tugasnya hanya penyuluh, Ira harus terjun langsung memberi contoh. “Kalau tidak begitu, sulit mengajari masyarakat bercocok tanam,” ucapnya.
Awal bertugas diakuinya memang berat. Lewat pendekatan persuasif, Ira mendekati tokoh agama dan tokoh masyarakat.

“Untung saja toleransi beragama di Mentawai cukup tinggi. Meski berjilbab, saya sering hadir di gereja memberikan penyuluhan ditemani pendeta di sela-sela kebaktian,” tuturnya. 

Ira bersama 17 penyuluh kontrak dan honor lainnya, juga membuat demplot atau lahan percontohan. Demplot itu dijadikan tempat belajar bagaimana bertani secara benar mulai dari awal menjelang tanam hingga panen.

Petani yang rutin berkunjung dan mempelajari cara kerja Ira dan timnya bertanam, menyiangi, memupuk, merawat, hingga panen, maka memperoleh hasil lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

“Di sana, kami ajarkan cara mencangkul hingga sistem tanam padi jajar legowo 4:1,” jelas istri dari Bahagia Fitri, salah seorang penyuluh di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Pagai Selatan.

Ira juga membimbing petani dalam program cetak sawah. Dua tahun berturut-turut dilakukan, hasil cetak sawah di Kecamatan Pagai Utara menunjukkan tren positif. Jika tahun 2015 hasil cetak sawah hanya 30 hektare (ha), tahun 2015 mencapai 52 ha. 

Tantangan terberat bertugas di Pagai Utara adalah kondisi medan yang berat. Beruntung, dia bukan termasuk perempuan cengeng. Tanpa canggung Ira mengendarai motor trail dan sepatu bot menelusuri jalan berlumpur dan setapak.

“Sudah biasa pulang melewati hutan malam-malam seorang diri. Ketemu ular dan babi hutan sudah biasa,” papar ibu dari Akbar Khaizuran ini.

Pernah suatu ketika, Ira harus pulang malam sehabis memberikan penyuluhan di pedalaman Pagai Utara. Motor trailnya terperosok dalam lumpur. “Saya tidak bisa mengeluarkan motor. Tangan sampai terluka pula,” imbuhnya. 

Dengan langkah tertatih, Ira berjalan seorang diri di tengah rimba menuju kampung terdekat. “Begitu sampai di perkampungan, warga ramai-ramai membantu mengeluarkan motor saya dan mengantarkan pulang. Ketika itu saya sedang hamil lima bulan. Untung tidak keguguran,” kenangnya.

Bukan sekali dua kali Ira terjatuh dari motor. Tak heran, setiap pulang kemalaman Ira selalu menginap di rumah penduduk. “Meski menginap di rumah warga nonmuslim, saya diperbolehkan menumpang shalat. Saat bulan puasa warga segan makan di depan saya,” ungkapnya. 

“Yang bikin galau, nggak bisa kasih kabar ke suami karena tidak ada sinyal. Tapi, saya sudah jelaskan kalau kemalaman, saya menginap di rumah penduduk. Beruntung, suami mengerti dengan tugas saya,” tambah perempuan asal Padusunan, Padangpariaman.

Ira tak seorang diri. Suaminya juga bertugas di Mentawai, yaitu di BBIP Pagai Selatan. Dulu mereka sama-sama berangkat tes PNS ke Mentawai. Dia tes di pertanian, suaminya tes di perikanan. Begitu lulus PNS, keduanya pun menikah.

Meski begitu, karena intensitas pekerjaan tinggi, Ira terpaksa meninggalkan anak semata wayangnya dengan orangtuanya di kampung. “Biasanya saya bawa ke sini. Tapi, karena akhir tahun ini pekerjaan banyak dan susah mencari pengasuh, saya terpaksa meninggalkannya bersama orangtua di kampung,” ulasnya. 

Meski bekerja di dunia maskulin, Ira tetap menjaga penampilan sebagai sosok feminim. “Semoga pemerintah mengambil kebijakan yang menguntungkan masyarakat. Jujur, saya kasihan dengan masyarakat Mentawai. Daerahnya kaya, namun masyarakatnya belum bisa mengelolanya dengan maksimal,” pungkas Ira. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Presiden Joko Widodo Resmikan 11 Pecahan Uang Rupiah

Ketua Lembaga Sensor Film Dapat Honorarium Rp 24 Juta, Anggota Rp 20,4 Juta Per Bulan