in

Kabur dari Myanmar, Ratusan Orang Rohingya Tiba di Bangladesh

Ratusan orang Rohingya dilaporkan tiba di Bangladesh setelah kabur dari Myanmar untuk menghindari kekerasan militer yang meningkat selama sebulan belakangan. Seorang pemimpin komunitas Rohingya mengonfirmasi kabar ini kepada AFP pada Selasa (22/11). Namun, ia mengatakan bahwa masih ada ratusan orang Rohingya yang dihalau oleh penjaga perbatasan ketika mencoba memasuki wilayah Bangladesh.

Komandan Penjaga Perbatasan Bangladesh, Imran Ullah Sarker, mengatakan bahwa pihaknya sudah menahan 300 orang Rohingya selama satu malam, jumlah terbanyak selama satu bulan belakangan. “Kami mencegah mereka di garis nol, terutama mereka yang berusaha melewati pagar berkawat duri yang dibangun oleh Myanmar,” ujar Imran.

Menurut Imran, kebanyakan orang Rohingya biasanya berupaya masuk melalui perbatasan yang biasanya tak dijaga. Namun, penjaga perbatasan Bangladesh sudah bersiaga. Mereka bahkan juga berpatroli di sekitar Sungai Naf. “Mereka (orang Rohingya) mengatakan kepada kami bahwa rumah mereka dibakar dan mereka datang ke sini untuk mencari tempat berlindung,” ujar salah satu pejabat penjaga perbatasan Bangladesh.

Perserikatan Bangsa-Bangsa sebenarnya sudah meminta Bangladesh untuk mengizinkan para kaum Rohingya itu masuk. Namun, warga Bangladesh sendiri mendesak pemerintah untuk mengurangi jumlah imigran yang masuk ke negara mereka. Sementara itu, sekitar 1.000 orang Rohingya masih terus berusaha masuk ke Bangladesh. Kebanyakan dari mereka kini bersembunyi di antara 32 ribu pengungsi legal yang tinggal di tenggara Bangladesh, hidup dalam ketakutan akan direpatriasi jika ditemukan oleh otoritas setempat.

Salah satu di antara mereka adalah Mohammad Amin. Remaja berusia 17 tahun ini mengaku kabur bersama 15 orang lainnya dari rumah mereka di Rakhine, Myanmar, sekitar beberapa hari sebelumnya dengan berenang mengarungi Sungai Naf. “Tentara (Myanmar) membunuh ayah dan abang saya, Saya bersembunyi di lembah dan berjalan dan berenang menyeberangi sungai, kemudian berlindung di masjid (di Bangladesh),” tutur Mohammad. Hingga kini, Mohammad masih belum mengetahui nasib ibu dan adik perempuannya. 

Di Myanmar, media lokal mulai memberitakan bahwa pasukan keamanan sudah menghabisi hampir 70 nyawa dan menahan 400 orang lainnya setelah meningkatnya bentrokan pada awal bulan ini. Namun, kelompok aktivis mengatakan, jumlah itu bisa jauh lebih tinggi. Rangkaian bentrokan ini bermula ketika pada 9 Oktober lalu terjadi serangan serempak di tiga daerah di Rakhine, menewaskan sembilan polisi. Serangkaian bentrokan kemudian terus terjadi. Militer Myanmar menuding, etnis Rohingya menyerang mereka terlebih dulu.

Pada Sabtu (12/11) saja, operasi militer di Rakhine menewaskan 19 warga Rohingya. Menurut data yang dilaporkan Reuters, jumlah korban hingga pekan lalu mencapai lebih dari 130 orang. Saksi mata dan para aktivis melaporkan bahwa selain membunuh, para tentara juga memperkosa perempuan Rohingya, serta menjarah dan membakar rumah mereka. Selama ini, sebagian besar dari 1,1 juta total populasi Muslim Rohingya di Myanmar tidak memiliki kewarganegaraan dan hidup dalam diskriminasi. Mereka ditolak karena dianggap pendatang dari Bangladesh. Rohingya sendiri merasa sudah menjadi bagian dari Myanmar karena mereka telah melahirkan beberapa generasi di sana. 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Bareskrim Selidiki Dugaan Makar 25 November

Akom Dilengserkan, Setnov Jadi Ketua DPR lagi