in

Lean vs Six Sigma

Seringkali istilah lean dan six sigma dianggap sebagai satu kesatuan utuh, padahal lean dan six sigma merupakan dua hal yang berbeda. Six sigma adalah program peningkatan kinerja yang bertujuan reduksi variasi proses dengan fokus utama continuous improvement (peningkatan berkelanjutan) dan breakthrough improvement (peningkatan terobosan (?)). Adapun lean adalah prinsip kontrol pada sumber daya produksi guna menghindari pemborosan pada proses produksi, termasuk pemborosan waktu siklus produksi. Baik six sigma maupun lean berfokus pada kecocokan penggunaan produk dan memenuhi ekspektasi pelanggan, agar nilai produk di mata pelanggan lebih tinggi dari perusahaan pesaing sehingga berujung pada kepuasan pelanggan.


Perbedaan dasar dari lean dan six sigma adalah pendekatan yang dilakukan. Meskipun target akhir dari penerapan lean dan six sigma adalah kepuasan pelanggan, namun terdapat perbedaan dasar dari pendekatan yang dilakukan. Lean berprinsip pada pengurangan pemborosan yang bertujuan mengurangi lead time (waktu yang dibutuhkan untuk produk diterima oleh pelanggan). Adapun six sigma mengurangi variasi proses dalam kegiatan produksi dalam rangka reduksi produk defect (cacat). Tujuan utama six sigma adalah hanya ada 3,4 produk defect (cacat) per sejuta produk.

Metodologi yang digunakan dalam lean dan six sigma juga berbeda. Prinsip lean berfokus pada pelanggan, dengan lima prinsip dasar:

  1. Pemahaman terhadap nilai pelanggan. Lean hanya berfokus pada nilai yang dianggap penting oleh pelanggan.
  2. Value stream analysis (analisis aliran nilai (?)). Setelah memahami nilai yang dianggap penting oleh pelanggan, lean menganalisis proses bisnis untuk menentukan proses bisnis yang bernilai tambah. Semua proses yang tidak bernilai tambah harus dihilangkan.
  3. Flow (alur). Berfokus pada aliran yang bebas hambatan (continuous) dengan pendekatan sistem produksi atau rantai pasok daripada memindahkan sejumlah besar produk sehingga alur terhambat.
  4. Pull (tarik). Berfokus pada permintaan pelanggan yang memicu produksi selesai seusai target.
  5. Perfection (kesempurnaan). Terus-menerus melakukan usaha mengurangi pemborosan. Seperti dikutip dari pernyataan McCurry dan McIvor (2001): “Tidak ada kata selesai dalam usaha mengurangi waktu, biaya, ruang, kesalahan, serta usaha yang sekecil-kecilnya.”

Prinsip six sigma mengacu pada proses DMAIC dimana pada setiap proses melibatkan alat statistik, yaitu sebagai berikut:

  1. Define (mendefinisikan masalah). Definisikan pada proses produksi bagian mana yang butuh perbaikan. Proses pendefinisian dilakukan dengan menghitung defects per million opportunities (DPMO) dengan berdasar pada critical to quality (parameter kualitas kritis) dan voice of customer (suara konsumen).
  2. Measure (pengukuran masalah). Identifikasi faktor kunci yang paling mempengaruhi kualitas proses dan mengukur performanya. Metode yang dipakai adalah process mapping (pemetaan proses).
  3. Analyze (analisis). Analisis faktor-faktor yang membutuhkan perbaikan.
  4. Improve (peningkatan). Desain dan implementasi solusi paling efektif dengan prinsip cost benefit analysis (analisis biaya manfaat).
  5. Control (kontrol). Verifikasi hasil peningkatan dengan statistical process control dan control chart.

Kesimpulannya, lean dan six sigma merupakan dua hal yang berbeda. Lean berfokus pada kecepatan produksi, sedangkan six sigma berfokus pada reduksi produk defect (cacat). Meskipun begitu, lean dan six sigma mengandung kelebihan masing-masing yang dapat diimplementasikan secara bersamaan sehingga manfaat masing-masing metode dapat dirasakan oleh perusahaan.

Loading…

Loading…

Artikel ini di tulis oleh Eko Faiqurridho kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya, Daftar Sekarang

What do you think?

Written by Julliana Elora

Pemprov DKI Harus Ambil Momentum Kelola Air Bersih Krisis air I Seorang penjual mengisi

Kulit cantik dan sehat dengan FANBO PRECIOUS WHITE [REVIEW]