in

Mantan Aktivis Berdarah Minang

Penempatan di Sumbar memiliki keistimewaan tersendiri bagi Darwisman selain sebatas menjalankan tugas kenegaraan. Mantan aktivis kampus itu ternyata pulang ke kampung halaman sendiri. Ayah ibunya merupakan orang Minang, tepatnya urang Pariaman yang merantau ke Lampung tahun 1961.

“Saya lahir di Lampung, tepatnya Tanjungkarang. Sekolah dan besar di sana. Setelah menamatkan pendidikan di strata 1 baru saya merantau lagi ke Jakarta,” kata Darwisman mengingat kembali memori lamanya. Karena berlatar belakang aktivis, pernah menjadi mahasiswa teladan di Universitas Lampung (Unila), pria kelahiran Tanjungkarang, 27 Desember 1968 itu sempat menjadi dosen di Jakarta.

Pada tahun 1994, dirinya mendaftar ke Bank Indonesia (BI). Enam bulan lamanya tahapan seleksi yang mesti dilalui. Dari 12 ribu pendaftar, hanya 86 orang diterima. Darwisman satu dari 86 orang tersebut. Setelah diterima, proses penggemblengan dijalani selama 1 tahun. Tidak heran dirinya lahir sebagai sosok pemimpin karena telah melewati proses tempaan yang sangat keras.

Dibalik didikan di lingkungan BI sendiri, proses kaderisasi selama berstatus sebagai mahasiswa, bahkan sejak di bangku sekolah tidak dapat dilepaskan dari dirinya hari ini. Sejak sekolah dasar (SD), kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP), Darwisman sudah terlibat dalam kegiatan pramuka. “Waktu SMA dipercaya kawan-kawan sebagai Ketua Osis,” kenangnya.

Tidak cukup sampai di sana. Perjalanan karir sebagai aktivis berlanjut hingga dirinya duduk di bangku kuliah. Jiwa kepemimpinan menghantarkannya pada posisi sebagai ketua senat kala itu. Banyak sedikit, akunya, amanah dalam menjalankan kepercayaan rekan-rekan berkontribusi dalam membentuk karakter Darwisman.

Suami Indra Yulfianni itu menempuh perjalanan sulit semasa baru bergabung dengan BI. Sekitar dua tahun sebelum reformasi. Darwisman usai penggemblengan selama setahun itu 1 April 1996. Baru kemudian bergabung di bidang pengawasan Bank di Jakarta. “Itu zaman sulit. Banyak bank yang tutup kala itu,” ungkapnya.

Selepas di Jakarta, baru dirinya dihantarkan ke Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 1998. Empat tahun lamanya di sana. Kemudian, 2002 pindah ke Surabaya. Masih di pengawasan bank. Surabaya kota yang lama ditempati, sekitar delapan tahun sebelum kembali lagi ke Jakarta di bagian Departemen Investigasi Tindakan Kejahatan Bank.

“Februari 2014 baru aktif sebagai Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Jambi. SK-nya per 31 Desember 2013. Cuma karena butuh persiapan yang banyak di daerah baru itu, hingga efektifnya Februari 2014. Baru kemudian diamanahkan di Sumbar ini,” kata ayah tiga anak itu.

Sumbar akan menjadi tantangan baru baginya. Memiliki cakupan wilayah yang besar, dengan jumlah lembaga keuangan yang juga sangat besar. Jauh lebih banyak dibandingkan dengan tempat awalnya mengabdi.

Meski begitu, Darwisman mengaku bersyukur dan mengapresiasi kepercayaan yang telah diberikan oleh Dewan Komisioner OJK. “Mudah-mudahan ini menjadi hal baik bagi saya dan masyarakat Sumbar. Dengan bersama-sama, kita akan wujudkan stabilitas sistem keuangan, dan memaksimalkan kinerja seluruh lini sesuai kewenangan masing-masing,” jelasnya.
Kunci yang ingin dicapai ke depan, tidak lain, mendorong bagaimana lembaga keuangan mampu berkontribusi untuk pembangunan daerah. Untuk itu, program stakeholder terkait, harus disinergikan. “Jadi mohon dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, karena OJK tidak mungkin berjalan sendiri,” harap pemilik hobi membaca dan penyuka olahraga tenis itu. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Tetap Edarkan VCD, Promo Album lewat Medsos

Hino Kampanyekan Keselamatan Berkendara