in

Membuat Kajian Pustaka atau Penelitian Terdahulu dalam Tesis dan Disertasi itu Mudah!

Oleh: Teguh Luhuringbudi

(Reviewer Penelitian Islamic Studies dan Direktur Abdiguno Institute)

Salah satu karya poin penting dalam penelitian atau karya ilmiah akhir (Skripsi, Tesis, atau Disertasi) adalah Kajian Pustaka (KP), Tinjauan Pustaka (TPus), Telaah Pustaka (TePus), atau Penelitian Terdahulu (PeTer). Keempat penamaan tersebut secara substansi sama yaitu pencarian dan evaluasi sumber informasi yang relevan dengan topik tulisan atau penelitian kita. Keempatnya dapat dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Literature Review (LR). Keempatnya terletak di Bab I atau proposal skripsi, tesis, dan disertasi.

Tujuan dan uraian KP sangat penting sebagai upaya meminimalisir kemungkinan plagiasi-saduran dan pemetaan nilai kebaharuan (novelty) dari penelitian kita. Kajian Pustaka atau Tinjauan Pustaka berisi tentang uraian yang menimbulkan gagasan dan melatarbelakangi penelitian yang akan kita lakukan. Secara umum, Kajian Pustaka (KP) atau Telaah Pustaka (TePus) menjabarkan teori, konsep, temuan, dan bahan penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti lain sebelumnya. Hal inilah yang mendorong Kajian Pustaka (KP) atau Penelitian Terdahulu (PeTer) penting untuk dilakukan karena keduanya merupakan pijakan atau titik tolak dalam melakukan penelitian lanjutan atau usulan, sehingga distingsi atau perbedaan semua penelitian (termasuk penelitian kita) menjadi lebih jelas dan lebih segmented untuk dilanjutkan.

Urutan penting yang harus ada dalam KP, TPus, TePus, dan PeTer terbagi menjadi enam. Pertama, membuat ringkasan terkait isi yang diuraikan dalam KP, TPus, TePus, atau PeTer. Kedua, membandingkan dan mengkontraskan pendapat para peneliti atau penulis buku (hasil penelitian), artikel jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi terhadap perumusan masalah penelitian kita. Ketiga, mengelompokkan (mengkategori) beragam pendapat yang mempunyai kemiripan. Keempat, mengkritik metodologi yang digunakan oleh para penulis atau peneliti sebelumnya. Kelima, mengomentari beragam kajian (seperti latar belakangnya; landasan teori atau perdebatan akademiknya; objek materilnya; intervensi subyektif dari peneliti atau penulis terdahulu terhadap objek materil; rangkaian analisis; dan sebagainya) yang saling menguatkan maupun yang saling bertentangan antara para penulis-peneliti sebelumnya dengan penelitian kita. Keenam, menjabarkan posisi penelitian kita (sebagai peneliti) yang akan dilaksanakan dengan pertimbangan berbagai penelitian terdahulu yang relevan. Kita sebagai peneliti harus berupaya mengisi lacuna (ruang kosong) dalam menjawab tema besar dan perumusan masalah penelitian kita. Kita juga tidak diperkenankan untuk melakukan penelitian yang justru sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti atau penulis lain.   

Sedikitnya terdapat dua cara yang dapat dipilih dalam membuat dan menyajikan KP atau TPus dalam Bab I atau proposal tesis dan disertasi kita.  Kedua cara tersebut adalah “parade” dan “tipologi” (pengkategorian). Kedua cara tersebut dapat dilakukan dengan syarat telah menginventarisir penelitian atau tulisan yang relevan dengan tema skripsi, tesis, atau disertasi anda. Hal yang lebih baik lagi jika kita meresume 1 hingga 3 halaman dari tesis, disertasi atau artikel jurnal yang hendak kita gunakan dan sampaikan dalam sub bab KP, TPus, TePus, atau PeTer kita. Cara parade dilakukan dengan cara membuat narasi yang berisi setiap satu sumber (artikel, skripsi, tesis, disertasi). Narasi tersebut selanjutnya dihadirkan dalam bentuk 1 paragraf. Setiap paragraf mewakili satu sumber dengan enam urutan penting pembuatan KP/TePus sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya di atas. Cara tipologi dilakukan dengan cara  membuat sub bab-sub bab yang lebih kecil lagi. Di setiap sub bab terdiri dua hingga paragraph. Setiap paragraf terdiri dari satu sumber berupa artikel jurnal, tesis, atau disertasi. Cara penyampaian, penulisan, atau pembuatan paragraf calam cara kedua ini dapat menggunakan enam urutan penting pembuatan KP/PeTer. Kelebihan cara tipologi ini menghadirkan nuansa perdebatan akademik yang membahana sedari bab awal. Hal ini berimbas pada pengaruh psikologi pembaca yang memungkinkan mereka untuk mengasumsikan bahwa kadar ilmiah penelitian kita tinggi.

Upaya mempercantik performa KP/TPus juga membutuhkan usaha mempengaruhi kesadaran dan psikologi pembaca. Hal ini dapat diterapkan dengan dua cara. Pertama, jangan biarkan setiap paragraf sebagai representasi dari satu sumber (artikel jurnal, buku hasil penelitian, tesis, dan disertasi) ompong tanpa footnote. Ketika membuat kalimat dalam enam urutan penting pembuatan KP/TePus harus diakhiri dengan footnote sebagai bentuk pertanggungjawaban bahwa kita sedang mendebat salah satu konsep, persamaan, perbedaan, atau metodologi yang dinyatakan oleh para peneliti terdahulu dengan menghadrikan kepastian halaman berapa atau sub baba pa, yang selanjutnya diakhiri dengan titik dan footnote. Kedua, cara ketika bersinggungan dengan bahasa Arab, maka harus menggunakan transliterasi (diupayakan yang diakui oleh kesepakatan akademik internasional) baik yang berasal dari APA style, Chicago Style, atau Turrabian Style. Transliterasi yang baik sesuai bacaan panjang pendek (mād) dan perbedaan tulisan antar huruf pada bahasa Arab akan menghadirkan nilai estetis yang rapih dan nyaman dipandang, yang selanjutnya memiliki daya tarik agar mata pembaca tidak “lari” (berpaling) dari tulisan kita.    

kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya,

What do you think?

Written by Julliana Elora

PTPP Investasi Rp500 Miliar di Surabaya

Jangan Cemas, Mioma Uteri Dapat Sembuh Dengan Ramuan Daun Sirsak, Yuk Share !!!