in

Menjadi Pemimpin

Katakanlah. Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan! Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas setiap sesuatu (QS. Ali Imran:26).

Menjadi pemimpin adalah kehendak dari Allah SWT. Jika Allah menghendaki kepada seseorang pasti terpilih, jika Allah tidak menghendaki, maka tidak akan terpilih meski harus mengeluarkan uang yang banyak.

Berbahagialah bagi orang yang terpilih menjadi gubernur, bupati maupun wali kota di 101 daerah dan wilayah di Indonesia, pilkada serentak kali kedua ini. Bersyukurlah kepada nikmat Allah menjadi pemimpin manusia di dunia ini.

Cara bersyukur nikmat Allah tentu dengan cara-cara yang dibenarkan syariat. Misalnya dengan zikir, membantu dan menjamu anak yatim dan fakir miskin. Hal ini dianjurkan dalam Alquran dan sunnah.(Baca: QS. Alma’arij:24-25).

Juga dengan meningkatkan amal shaleh, shalat berjamaah, puasa sunat dan lain-lain. Pemimpin beriman tidak akan bersyukur dengan cara-cara yang haram, misalnya dengan pestapora dengan mendatangkan tukang lawak dan penyanyi yang mendedah aurat sebagaimana cara para pemimpin jahil.

Selaku pemimpin umat harus berpedoman kepada beberapa hadis Nabi SAW sebagai berikut; “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan kaumnya” (HR: Abu Nu’aim). Jadi benar istilah modern; pemimpin itu harus melayani bukan dilayani.

Dalam hadis lain; Rasulullah berpesan; Barang siapa diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang membnutuhkannya maka Allah tidak mengindahkannya pada hari kiamat.(HR:Ahmad).

Rasulullah SAW juga mengingatkan; Khianat yang paling besar adalah bila seseorang penguasa memperdagangkan rakyatnya (HR:At-Thabrani). Suap menyuap wajib ditolak oleh seorang pemimpin. Dilaknat oleh Allah orang yang menyuap, menerima suap dan perantara suap.(HR:Ahmad). Menyuap dalam urusan hukum adalah kufur (HR: At-Thabrani dan Ar-Rabi’i).

Menjadi pemimpin juga banyak resikonya. Jika mereka zalim di dunia, menyengsarakan rakyatnya, ashabiyah, korupsi, jahil, mereka akan menyesal di akhirat nanti. Rasulullah mengingatkan; Jabatan pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati), pada akhirnya azab pada hari kiamat (HS:HR:At-Thabrani). Karena itu waspadalah! ***** ( H. Ameer Hamzah )

What do you think?

Written by virgo

Grasi Antasari Melalui Mekanisme dan Pertimbangan MA

Polda Aceh: Sampai Hari H Pemungutan Suara, Belum Ada Gangguan Keamanan yang Menonjol