in

Nilai Rata-rata UN Jeblok

Mendikbud Utamakan Kejujuran daripada Kualitas

Nilai rata-rata ujian nasional (UN) SMA 2017 tidak sesuai harapan. Dari empat mata pelajaran yang diujikan, yakni matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan satu mata pelajaran pilihan, nilai yang muncul ada pada kisaran 50-an.

“Kalau secara agregat ya memang turun, tapi itu tidak bisa dijadikan ukuran,” kata Mendikbud Muhadjir Effendy di Jakarta kemarin. Menurutnya, penyelenggaraan UN tidak sepenuhnya buruk. Meskipun nilai turun, Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) tahun ini meningkat signifikan. “Naik 300 sampai 700 persen lebih,” katanya. 

Kemendikbud memang memfokuskan diri untuk membersihkan praktek kecurangan dalam penyelenggaraan UN. Muhadjir mengatakan, jika disuruh memilih antara nilai tinggi tapi tidak jujur dengan nilai rendah namun hasil pekerjaan sendiri, dia memilih opsi kedua. “Saya memang tekankan, jujur dulu, kualitas belakangan,” katanya. 

Rendahnya capaian siswa ini disebabkan oleh banyak faktor. Tidak semata kelemahan siswa dalam belajar, adakalanya perform sekolah serta pembelajaran dari guru yang kurang mumpuni. Dalam tahun ajaran baru nanti, Muhadjir berjanji menekankan pada kebijakan pemerataan dan kualitas. “Selain pendidikan merata, juga harus berkualitas,” katanya. 

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pendidikan dan Kebudayaan ini juga mengisyaratkan bahwa rencana moratorium UN belum hilang sepenuhnya. “Ya kita lihat saja nanti, kalau tidak bisa di moratorium ya diperbaiki,” tegasnya. 

Sementara itu, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Nizam menyebut bahwa pelaksanaan UN tahun ini merupakan evaluasi Kemendikbud terhadap integritas sekolah. Beberapa sekolah yang baru menggunakan UNBK mengalami kenaikan IIUN dan penurunan nilai.  “Berarti UN yang tahun-tahun lalu bukan pekerjaan murid-muridnya sendiri,” katanya. 

Namun, untuk sekolah yang sebelumnya telah menggunakan UNBK, jarak antara IIUN dengan nilai capaian semakin lama terkoreksi semakin sedikit. Bukti bahwa sekolah sudah mulai mendorong pencapaian siswa-siswanya secara jujur. 

Memang, untuk beberapa mata pelajaran masih menjadi PR yang serius bagi Kemendikbud. Utamanya Matematika dan Bahasa Inggris.  Sebagian besar siswa di tanah air belum mampu mencapai standar minimal, yakni 55. “Sebanyak 70 persen siswa, nilai matematikanya belum mencapai standar (55,red),” katanya.

Pengamat Pendidikan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jejen Musfah mengatakan turunnya nilai UN tahun ini dibandingkan sebelumnya, menunjukkan sejumlah gejala. Pertama adalah memang inilah nilai hasil prestasi anak Indonesia sesungguhnya. “Jika dikaitkan dengan indeks integritas yang meningkat,” tuturnya.

Jejen mengatakan nilai UN selama ini bagus, karena tidak ketahuan integritasnya. Setelah beberapa tahun terakhir dilakukan pengukuran indeks integritas, baru ketahuan. Bahwa penurunan nilai UN diikuti dengan peningkatan integritas atau kejujuran. “Idealnya unasnya jujur, nilainya juga bagus,” tandasnya.

Kemudian turunnya nilai UN juga bisa dikaitkan dengan semangat atau gairah belajar. Dia tidak memungkiri bahwa terjadi perbedaan semangat belajar, ketika UN masih jadi penentu kelulusan dengan sekarang tidak jadi penentu. 

Selain itu penurunan nilai UN itu mengatakan bahwa masih ada budaya manipulatif dalam penilaian siswa. “Nilai rapor diisi dengan nilai bagus-bagus, tetapi setelah UN nilainya kelihatan rendah,” katanya. Dia berharap ke depan para guru harus bisa memberikan penilaian kepada siswa apa adanya.

Meskipun secara rata-rata nilai UN turun, Jejen meyakini terjadi fenomena kesenjangan nilai UN  di dalamnya. Ada sekolah yang mendapatkan nilai tinggi sekali. Sebaliknya ada sekolah mendapatkan nilai jeblok. Jejen menjelaskan ketimpangan layanan pendidikan di Indonesia masih menjadi masalah yang belum terpecahkan. (*) 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Bank Mandiri Bantu Pembangunan Masjid Unand

Temuan Bank Indonesia di Sumbar, 32 Money Changer tak Berizin