in

Palembang Layak Disebut Venesia dari Timur

Palembang, BP

BP/DUDY OSKANDAR
SEMINAR NASIONAL-Guru Sejarah dan Sekretaris Umum MSI Sumsel Kemas AR Panji menjadi pembicara pada seminar nasional dan Musyawarah wilayah X Ikahimsi di Kampus FKIP Universitas Sriwijaya, Kamis (23/3)

Guru Sejarah dan Sekretaris Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Kemas AR Panji, SPd, MSi, mengatakan, Sungai Musi adalah induk dari beberapa anak sungai jika dikaji lebih mendalam menjadi saksi perjalanan sejarah panjang Sumse.

Menurut dia, kebudayaan Maritim Sriwijaya dibangun oleh manajemen Sungai Musi dan Batanghari, sama dengan kebudayaan Mataram dibangun oleh Sungai Bengawan Solo, serta kebudayaan Kediri dan Majapahit dibangun oleh manajemen yang baik dari Sungai Brantas. Begitu juga dengan kebudayaan Tarumanegara dibangun manajemen yang baik dari sungai Citarum dan Ciliwung.

“Jika kita mempelajari dengan seksama Kerajaan Sriwijaya yang re-runtuhan kota kunonya di daerah Karang Anyar Kecamatan Gandus, melalui citra satelit diketahui dan kita lihat begitu teraturnya bentuk-bentuk saluran air di Reruntuhan kota di Karang Anyar Palembang (Sriwijaya). Ini menunjukkan penempatan kota di sebelah sungai besar dan jarak ke muara Sungai adalah kisaran antara 60–90 km,” katanya saat menjadi pembicara dalam seminar nasional dan Musyawarah Wilayah X Ikahimsi, 23- 25 Maret 2017 di Kampus FKIP Universitas Sriwijaya, Kamis (23/3)

Menurutnya, karena orientasinya sungai maka sungai adalah pintu gerbang, sedangkan sekarang pintu gerbang adalah daratan dan sungai menjadi belakang dan sungai menjadi tempat buang sampah.

“Sekarang konsep masyarakat yang tidak sadar menjadikan sungai dan got tempat membuang sampah makanya dalam satu satu tahun sungai dan got kita banjir. Harusnya ke depan jadikan sungai itu sebagai alat transportasi dan julukan kita Venesia dari timur karena kita dulu adalah kota sungai sama konsepnya di Venesia di Italia,” katanya.

Sedangkan peneliti dari Balai Arkeologi Palembang Sondang M Siregar SS, MSi, berdasarkan peta sebaran situs-situs yang ada di Sumsel bahwa Selat Bangka menjadi daerah kunci masuknya peradaban Hindu Budha di Sumsel abad 4 dan abad 6 sampai 14 masehi dan pintu perdagangan.

“Sejak abad 5-7 masehi hubungan Canton-Sriwijaya terjadi dan ini jalur paling ramai dengan kontak India dan Cina. Ini terbukti komoditi dagang yang kita temukan di situs-situs perairan Sumsel hilir ke hulu ada peninggalan hasil bumi di daerah perairan sungai Musi pesisir dan pedalaman,” katanya.

“Jadi kontak dagang itu sekitar 8 masehi-12 masehi perairan Sungai Musi ramai dengan kegiatan perdagangan, kita harus melihat perdagangan itu mengakibatkan masuknya peradaban Hindu–Budha ke Sumsel,” katanya.

Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Unsri Sedangkan Drs Supriyanto mengatakan, kalau bicara sungai, sungai-sungai di Palembang masih banyak .

“Sungai Musi pusat perdagangan jadi kapal-kapal dari abad 19 pada waktu itu aturannya masih bebas, kapal-kapal bisa masuk ke Sungsang. Pusat perdagangan ada di Sungsang, dari sungai ini erat kaitannya dengan suku dan bahasa. Dan perahu yang berlayar ini hanya singgah di Pelabuhan Palembang ini di mana mereka menurunkan barang,” pungkasnya.

#osk

What do you think?

Written by virgo

Jaksa pelajari putusan Yan Anton temukan tersangka

Sekip FC Butuh Dukungan Sponsor