in

PBNU Bantu Kawal Pembangunan Ekonomi

JAKARTA – Pengurus Be­sar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengamati beberapa hal yang mesti menjadi perhatian peme­rintah Indonesia dalam meng­hadapi arus globalisasi menda­tang. Terutama mengenai pe­merataan ekonomi bangsa dan juga bahaya oligarki. Sebab NU menilai tidak kurang tujuh pe­merintahan telah dilewati na­mun belum juga mampu me­ngatasi persoalan ketimpan­gan sosial di Indomesia.

“Problematika ini sudah di­wariskan sejak era kolonial yang menciptakan stratifikasi so­sial berdasarkan penguasaan ekonomi nasional. Ini sudah tu­run temurun setelah Indonesia merdeka. Terlihat dari langgeng­nya oligarki ekonomi yakni pen­guasaan atas aset ekonomi ne­gara oleh segelintir orang atau kalangan,” ujar Ketua Umum PB­NU Said Aqil Siroj saat menjadi pembicara Refleksi Akhir Tahun 2019 dan Tausiyah Kebangsaan PBNU di Jakarta, Kamis (2/1).

Lebih lanjut ia menjelas­kan, meski presiden dan susu­nan pemerintahan silih ber­ganti akan tetapi oligarki tidak pernah pergi. Karena baginya oligarki memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan berko­laborasi dengan siapapun pen­guasanya. Lebih lagi ia me­nambahkan sektor pertanian yang dunlu dibanggakan untuk menyerap banyak tenaga kerja kini tidak lagi bertaji.

Menurutnya hal itu disebab­kan gagalnya lahan pemban­guanan dan industrialisasi per­tanian. Sawah, lajut Said, yang menjadi wadah hujan sekarang semakin kering karena tidak adanya infrastruktur irigasi. Ak­ibatnya produktivitas pertanian menurun. Ia pun menyayang­kan tanaha yang sudah beral­ih fungsi menjadi pemukiman pada penduduk. Imbasnya, ke­butuhan pangan tidak terako­modir sehingga pemerinta ter­paksa mengimpor bahan pan­gan yang tentunya menguras devisa negara.

“Tumbuhnya oligarki mem­buat kue ekonomi tumbuh, tetapi tidak merata. Koefisien gini turun hanya sedikit, begi­tu pun rasio gini penguasaan tanah. Secara nominal, keka­yaan 50 ribu orang terkaya set­ara dengan gabungan kepemi­likan 6O persen aset penduduk Indonesia atau 150 juta orang. Segelintir orang mendominasi kepemilikan simpanan uang di bank, saham perusahaan, dan obligasi pemerintah, serta pen­guasaan tanah” beber Said.

Ingatkan Pemerintah

Maka dari itu, dengan te­gas Said mengingatkan peme­rintah untuk segera memo­tong mata rantai tumbuhnya oligarki terutama dalam sektor ekonomi ini. Oligarki, kata ia, akan menimbulkan problema­tika sosial berupa persepsi ten­tang ketidakadilan dan pras­angka etnis yang dapat meng­gangu stabilitas nasional.

Sementara itu Sekretaris Jendral (Sekjen) PBNU Ahmad Helmy Faishal Zaini menyam­paikan, apa yang menjadi re­komendai dalam sektor ekono­mi tentu merupakan upaya un­tuk melakukan perbaikan dan penyempurnaa sehingga da­pat memberikan pelayan ter­baik kepada masyarakat dan bangsa. Agar kedepan, lanjut­nya, menjadi lebih baik mak­mur dan sejahtera.

“Alhasil pada Muktamar NU di Jombang lalu menghasilkan tiga rekomendasi utama. Perta­ma memastikan pelaksanaan ajaran agama islam sesuai de­ngan ahli sunnah wal jamaah,” pungkas Helmy. yag/AR-3

What do you think?

Written by Julliana Elora

Akses Jalan ke Tanah Abang Terancam Putus

Presiden perintahkan lanjutkan pembangunan pencegah banjir DKI Jakarta