in

Peritel Pilih Ekspansi ke Lokasi Baru

Ekspektasi Penjualan Masih Tumbuh Positif

Tantangan berat tengah dihadapi industri ritel saat ini. Setelah Ramayana menutup sejumlah gerai beberapa waktu lalu, Matahari Department Store juga menutup dua gerainya di Pasaraya Blok M dan Manggarai, Jakarta. Namun, itu bukan berarti pelaku industri ritel menyetop ekspansi. Pelaku bisnis tersebut tetap optimistis mampu menggenjot penjualan.

Corporate Secretary & Legal Director PT Matahari Department Store Tbk Miranti Hadisusilo mengonfirmasi bahwa dua gerai di Jakarta segera stop operasi. ”Matahari Department Store Pasaraya Blok M dan Manggarai ditutup per akhir September ini. Industri ritel sedang slowing down sehingga dua gerai itu tidak sesuai target manajemen,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos  (Grup Padang Ekspres) kemarin (17/9).

Meski menutup dua gerai, Miranti menambahkan, kinerja Matahari secara keseluruhan masih cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan rencana Matahari untuk terus melakukan ekspansi. Dua gerai yang ditutup itu digantikan dengan pembukaan satu sampai tiga gerai baru hingga akhir tahun ini.

”Ada (pembukaan baru, Red) satu di Jawa dan dua lagi di luar Jawa. Di samping itu, kami tentu berharap pemerintah melakukan tindakan untuk meningkatkan investasi dan perekonomian Indonesia, terutama di sektor ritel,” ungkap Miranti.

Berdasar kinerja keuangan per semester I-2017, penjualan Matahari Department Store menyusut 27,4 persen menjadi Rp 3,76 triliun jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) juga mengaku menutup gerai. Emiten yang membawahkan jaringan ritel merek Hero, Giant, Guardian, dan Ikea tersebut menutup gerai karena beberapa alasan. Misalnya, perkembangan demografi yang memengaruhi kunjungan ke toko, juga bergesernya perilaku konsumen ke e-commerce.

Presiden Direktur HERO Stephane Deutsch menyatakan, bisnis perseroan mengalami pertumbuhan penjualan yang berbeda. Dari divisi nonmakanan (nonfood), penjualannya tercatat naik 12,2 persen (yoy) pada semester I 2017. Selanjutnya, divisi food turun 6,2 persen.

”Tapi, kami tidak berencana menutup toko besar-besaran tahun ini. Kami akan ekspansi toko-toko baru seperti menambah toko hypermarket Giant, Ikea, dan Giant Mart” katanya.

Deutsch enggan berkomentar apakah penutupan jaringan grup HERO terkait dengan kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat. Dia juga tak mau menjelaskan berapa toko yang ditutup selama setahun terakhir dan jumlah karyawan yang terdampak.

Pada semester I 2016, jaringan toko Grup Hero dari semua merek berjumlah 476 toko. Pada semester I tahun ini, angkanya turun menjadi 449 toko. Saat ini HERO tercatat memiliki 56 toko Giant Ekstra, 109 Giant Ekspres, 32 Hero, 249 Guardian, 1 Ikea, dan 2 Giant Mart.

Selain menutup gerai, HERO melakukan efisiensi dengan menekan biaya operasional, terutama biaya listrik. Efisiensi tersebut cukup menolong kinerja keuangan perseroan.

Kendati emiten ritel harus putar-putar otak untuk bertahan di tengah persaingan sengit, penjualan ritel secara umum diharapkan dapat tumbuh dalam waktu dekat. Berdasar survei penjualan eceran yang dilakukan Bank Indonesia (BI), indeks ekspektasi penjualan (IEP) pada Oktober 2017 mencapai 127,9 poin, lebih tinggi daripada bulan sebelumnya yang diindikasikan 123,1 poin.

Responden optimistis penjualan eceran meningkat hingga Januari 2018. Indikasinya kenaikan IEP 12,3 poin, dari 141,3 poin menjadi 153,5 poin.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo menilai ada indikasi bahwa kegiatan perekonomian mulai bergerak. Indikatornya, antara lain, dari sisi pendapatan upah riil buruh tani dan buruh bangunan yang naik. ”Selain itu, dari indicator sales retail akan naik dan durable goods (pembelian barang tahan lama, Red) juga akan baik. Terutama barang rumah tangga serta penjualan mobil dan motor,” urainya.

Sementara itu, Ketua Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Budiharjo Diuansjah menyebutkan, penyewa tempat belanja, khususnya sektor fashion, memang menurun. Saat mengalami penurunan tersebut, pengusaha juga menanggung biaya operasional yang selalu naik setiap tahun.

Menurut Budiharjo ada beberapa hal yang menjadi kendala pengusaha penyewa pusat belanja. Salah satunya, tingginya biaya operasional, khususnya listrik.

”Kami selalu berharap ada kemudahan yang ditawarkan pemerintah soal listrik. Sama-sama terkait dengan industri padat karya, seharusnya bisa dipertimbangkan tarif listrik yang lebih kompetitif,” ujarnya kemarin (17/9). Menurut dia, biaya listrik menjadi komponen yang sangat besar dalam operasional penyewa tempat belanja atau peritel. 

Budiharjo berharap traffic pengunjung dan penjualan pengusaha ritel, khususnya di mal, lebih diperhatikan. ”Itu memang menyangkut hubungan B2B, tapi kami berharap kalau memang traffic pengunjung stagnan atau bahkan menurun, mungkin bisa disesuaikan lah dengan kenaikan tarif sewa yang tidak terlalu tinggi,” tambahnya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebutkan, ada faktor pelemahan daya beli yang dihadapi pelaku bisnis ritel. Pemerintah perlu memberikan perhatian. Sebab, jika kondisi tersebut berlanjut, ancaman bakal merambat ke bisnis lain. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Tusuk Petugas LP, 12 Napi Sijunjung Kabur

Kala Tangan Irwandi Dicium Satgas Partai Aceh