in

Polisi Buru Pria Misterius

Novel Baswedan Diboyong ke Singapura 

Siapa pelaku penyiraman air keras ke wajah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan masih gelap. Tim khusus yang dibentuk atas perintah Kapolri Jenderal Tito Karnavian terus bergerak.

Mereka memeriksa sejumlah saksi dan mengumpulkan barang bukti. “Saya sudah meminta kepada jajaran Ditreskrimum (Polda Metro Jaya, red), ayo segera cari (pelaku). Bagaimanapun, Pak Novel merupakan purnawirawan Polri. Jadi masih keluarga besar polisi, ’kan?” ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Mochammad Iriawan. 

Kabag Mitra Ropenmas Divhumas Polri Kombespol Awi Setiyono menjelaskan, sebanyak 14 saksi sudah dimintai keterang pasca olah tempat kejadian perkara (TKP) dua hari lalu. Pemeriksaan tersebut berlanjut hari ini.

“Rencananya hari ini sekitar empat orang diperiksa. Kami sangat membutuhkan saksi yang mengetahui, melihat dan mendengar kejadian tersebut,” kata pria yang akrab dipanggil Awi itu. 

Menurut Awi, dari sejumlah saksi yang diperiksa, keterangan asisten rumah tangga (ART) di rumah Novel sangat berarti. Keterangan itu berkaitan dengan seorang pria berperawakan besar yang menyambangi rumah Novel sekitar satu pekan lalu. Dia menanyakan produk gamis yang dijual oleh istri Novel.

“Apakah di rumah korban menjual gamis untuk laki-laki?” ungkap Awi menirukan pertanyaan pria berperwakan besar itu kepada ART di rumah Novel. 

Bagi tim khusus yang bekerja untuk mengungkap kasus penyiraman air keras terhadap Novel, pertanyaan tersebut agak janggal. Sebab, istri Novel hanya menjual gamis untuk perempuan. Pelanggan dan warga sekitar sudah mengetahui hal itu.

“Apakah ada hubungannya? Kami sedang proses pemeriksaan yang detail dan mendalam,” kata Awi. Selain mendalami keterangan saksi, barang bukti yang mereka temukan di TKP juga turut diperiksa. 

Awi menjelaskan, tim khusus yang bekerja di bawah koordinasi Polda Metro Jaya juga memeriksa baju yang dikenakan Novel ketika insiden penyiraman air keras terjadi. Selain itu, cangkir seng yang kuat dugaan dipakai untuk menyiramkan air keras juga tengah diperiksa.

“Penyidik juga melakukan penyitaan terhadap DVR (Digital Video Recorder) Closed Circuit Televison (CCTV) milik korban,” ujarnya. 

Namun demikian, untuk melihat gambar yang terekam dalam DVR CCTV tersebut, petugas butuh waktu. Selain jarak antara rumah korban dengan TKP yang cukup jauh untuk dijangkau CCTV, proses digital forensic juga butuh waktu.

Terlebih sampai saat ini, rekaman video pada DVR CCTV tersebut masih berada di tangan KPK. Penyidik Polda Metro Jaya belum mengantong DVR CCTV tersebut. 

Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Suntana membenarkan hal itu. Dia menyebutkan bahwa polisi sudah meminta rekaman video pada DVR CCTV tersebut sejak insiden penyiraman air keras kepada Novel terjadi. Namun, KPK belum memberikannya.

“Masih di KPK sampai hari ini (kemarin),” tutur Suntana saat ditemui di lapangan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Mapolda Metro Jaya kemarin. Lantaran membutuhkan rekaman video pada DVR CCT itu, Suntana berkomunikasi kembali dengan KPK.

“Segera kami komunikasikan lagi nanti,” ujarnya. Dia tidak menyebutkan detail jumlah rekaman yang dipegang KPK. “Saya juga belum tahu ada berapa rekaman. Kemungkinan secepatnya. Bisa Kamis (hari ini) atau hari ini (kemarin) akan kami minta. Mohon doanya saja supaya cepat selesai,” tambah dia. 

Keterangan dari Novel, sambung Suntana, juga menjadi hal yang diperlukan petugas. Sambil menjalankan pengobatan, Suntana menerangkan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Novel. “Untuk hasil komunikasi apa dengan Pak Novel merupakan materi penyelidikan. Jadi, saya belum bisa paparkan,” terang dia. 

Suntana optismis Polri mampu mengungkap pelaku di balik insiden penyiraman air keras itu. “Insya Allah dalam waktu dekat kami berhasil ungkap siapa pelakunya,” tutur Suntana percaya diri. Saat disinggung mengenai keterlibatan sejumlah nama dalam kasus e-KTP yang tengah ditangani oleh Novel, Suntana enggan berkomentar. 

Menurut dia masalah tersebut merupakan wilayah KPK. Dia menyatakan, pihaknya tidak dapat menduga-duga ada keterlibatan nama-nama pada kasus e-KTP dengan insiden penyiraman tersebut.

“Semua berdasar pada saksi fakta di lapangan. Jadi, kami nggak bisa menduga-duga. Termasuk, misal ada aktor intelektual atau nggak. Saya belum tahu,” bebernya.

Perlindungan terhadap penegak hukum sebenarnya sudah dilakukan oleh Polri. Termasuk untuk Novel. “Kami sebenarnya sudah mengingatkan untuk tetap waspada kepada siapa saja. Termasuk Pak Novel. Karena dia kan penyidik, takutnya berpotensi besar dijadikan sebagai sasaran empuk penjahat,” ungkapnya. 

Dirujuk ke Singapura

Kemarin (12/4), Novel Baswedan diboyong ke Singapura untuk menjalani perawatan yang lebih intensif. Namun, KPK tidak mau menyebutkan nama rumah sakit rujukan Novel tersebut demi alasan keamanan. 

“Kami tidak bisa sebutkan namanya (rumah sakit di Singapura, red),” ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah, kemarin. Novel sempat didampingi ketua KPK Agus Rahardjo dari Rumah Sakit Jakarta Eye Centre (JEC) Menteng menuju Bandara Soekarno Hatta Cengkareng, Tangerang, Banten. 

Informasi terakhir, sore kemarin, Novel sudah menjalani pemeriksaan awal dan diagnosa oleh tim dokter rumah sakit mata terbesar di Singapura tersebut. “Kalau hasilnya belum tahu,” ujar pegawai KPK yang tidak mau disebut namanya. 

Sumber tersebut mengungkapkan, siraman air keras membuat mata kiri Novel mengalami luka cukup serius. Hasil observasi tim medis JEC Menteng, pembuluh kornea mata kiri Novel sempat drop di angka 5 persen. Sebelum diboyong ke Singapura, kondisinya membaik di angka 30 persen.

“Untuk membuatnya (mata Novel) kembali normal dokter menyarankan untuk dibawa ke Singapura,” terangnya. Sementara itu, teror di lingkungan KPK tidak hanya menyasar penyidik.

Salah seorang pegawai komisi antirasuah mengatakan, ancaman juga mengarah ke para jaksa KPK yang menyidangkan kasus kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP).

Teror itu muncul setelah terendusnya seorang oknum anggota DPR yang menyuruh seorang staf memotret para jaksa saat sidang di pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) Jakarta. Sebagaimana diketahui, peran jaksa penuntut umum (JPU) KPK dalam pengusutan perkara korupsi juga cukup besar.

Misal dalam kasus e-KTP, tidak sedikit jaksa KPK yang ikut andil merumuskan nama-nama besar yang terseret di surat dakwaan e-KTP Irman dan Sugiharto. Mereka juga kerap mencecar para petinggi yang menjadi saksi sidang korupsi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan.

Dikonfirmasi terkait ancaman itu, Febri membenarkannya. Hal itu masih dibicarakan di kalangan internal. Febri menyatakan, KPK kemarin mulai melakukan revitalisasi susunan protokol. Langkah itu merupakan bagian dari evaluasi yang dilakukan KPK pascaperistiwa penyiraman air keras yang menimpa Novel.

“Kami akan terus evaluasi,” ungkapnya. Aksi mengecam penyiraman Novel terus berdatangan. Tidak terkecuali para pegawai KPK. Bersama para jurnalis, mereka menggelar orasi dan memunajatkan doa untuk kesembuhan Novel di lobi gedung Merah Putih, Jakarta, tadi malam. 

“Pak Novel membisikan kepada saya sebelum berangkat ke Singapura, tolong dijaga semangatnya (pegawai),” kata Nanang Farid Syam, penasihat Wadah Pegawai (WP) KPK. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Bos Baru Garuda Bakal Kaji Ulang Biaya Operasional

Mendikbud Hapus Sekolah Dua Sesi