in

Pusatkan Pikiran, Bangun Jati Diri Kepri

Paula Agustina

Oleh: Paula Agustina UMRAH

Negeri Segantang Lada yang katanya masih sangat kental dengan kebudayaan khas Melayu Kepulauan Riau, kini telah berubah makna menjadi negeri yang bercampur aduk dengan budaya asing. Hal tersebut dapat kita lihat dari masyarakat yang dahulu kerap menggunakan budaya lokal dalam keseharian, namun sekarang hanya menjadi simbol semata.

Apa yang salah? Itu semua tergantung kembali kepada diri pribadi masyarakat yang menilai dan memaknai arti  pentingnya pemeliharaan suatu budaya daerah.

Kepulauan Riau sebagai Kota Gurindam Negeri Pantun sangat mencerminkan tentang kepribadian Melayu yang kental dan khas. Tetapi seiring perkembangan zaman budaya yang khas dan kental mulai menghilang dan digantikan dengan budaya yang sejati bukan berasal dari budaya lokal daerah.

Gurindam 12 Gubahan Raja Ali Haji juga sudah banyak dikenal bahkan mendunia yang merupakan karya sastra yang sangat tinggi nilainya serta mengandung arti yang mendalam tentang makna yang terkandung di dalamnya.

Dari sinilah Bahasa Indonesia diperkenalkan di wilayah nusantara jika dikaji dari aspek historis. Untuk itu perlunya sebuah aspirasi kebanggaan yang melekat di diri masyarakat Kepri.

Dewasa ini, anak muda Kepri mulai enggan untuk mempelajari bahkan mempraktikkan kebudayaan Melayu asli Kepri. Lebih ironisnya lagi di zaman super canggih ini, mereka cenderung lebih senang untuk mempelajari, mempraktikkan budaya-budaya yang tak sepatutnya dicontoh jika dilihat dari aspek etika dan norma. Mereka lebih membanggakan budaya asing dari pada budaya asli Kepri sendiri.

Negeri Melayu adalah negeri bertamadun, negeri berazam, negeri bersendikan kitabullah, negeri Melayu dijunjung, kian lama menjadi sebutan saja tanpa ada pembuktian yang jelas apalagi generasi sekarang cenderung lebih ke arah budaya asing.

Ini menjadi suatu problematika kita bersama. Dalam memelihara dan melestarikan kebudayaan khas Kepri menjadi masalah utama yang terkendala karena kurangnya partisipasi dan antusias masyarakat dalam mendukung lajunya perkembangan budaya lokal dimasa sekarang.

Seiring dengan perkembangan ilmu teknologi, nampaknya telah menghasut dan menghipnotis masyarakat akan pentingnya kelangsungan suatu budaya. Kita boleh menerima budaya asing, namun tidak seharusnya budaya lokal ditinggalkan.

Seharusnya dengan masuknya budaya asing bukan menjadi suatu faktor yang bisa menghancurkan suatu budaya yang telah ada. Justru dengan masuknya budaya asing kita dapat semakin mencintai budaya lokal yang sudah ada. Dengan begitu masuknya budaya asing tidak mengikis kebudaya lokal daerah.

Namun saat ini masyarakat salah bertindak dan mengambil keputusan dalam hal ini. Mengapa demikian? Karena Kebanyakan dari mereka cenderung lebih suka kearah negatif kebanding dengan arah yang positif.

Dengan artian budaya asing yang masuk telah mampu mengubah cara berfikir masyarakat yang awalnya kritis terhadap suatu masalah kini menjadi hal yang biasa dan sepele. Terlihat jelas budaya asing telah merajalela bahkan telah menghilangkan jati diri budaya lokal.

Dengan begitu lama kelamaan budaya lokal Kepri bisa saja dikatakan musnah. Karena apa? Jelas sekali, kalau bukan kita yang menjaga dan mempertahankannya siapa lagi? Kita lah yang menjadi pondasi dan dasar dalam melestarikan budaya asli kita.

Untuk itu saatnya bangun kembali jati diri Kepri yang kini hampir hilang. Hendaknya generasi muda menjadi pelopor dalam hal ini. Karena generasi muda saat ini adalah penentu masa depan bangsa. Untuk itu mari kita berpegangan tangan berpusat pada satu tekad demi terciptanya Kepri Madani Sejahtera Berbudi Pekerti.

Dengan kata lain, negeri melayu yang bersimbolkan gurindam 12 ini menjadi icon terpenting dalam penggagas masa depan bangsa. Selain itu, perlunya campur tangan masyarakat dalam pemeliharaan kebudayaan lokal ini. Secara garis besar budaya lokal menjadi budaya yang mendarah daging yang sangat perlu untuk dikembangkan keberlangsungan hidupnya.

Kebudayaan asli Kepri menjadi faktor terpenting dalam menunjukkan icon kepri yang identik dengan sopan santun, keagamaan, berbudi pekerti luhur, dan lain sebagainya. Sebagai negeri Melayu yang memegang konsep keagamaan mari kita bentengi anak-anak muda kita saat ini agar tidak tergiur dengan maraknya budaya asing yang kian mewabah dalam persfektif menghancurkan generasi saat ini.

Dengan demikian, percayalah kekuatan Kepri menjadi negeri yang tersohor dan termasyhur dengan icon Gurindam 12 akan tersalurkan dan bisa membangkitkan kembali citra nama Kepri sebagai negeri Melayu yang bertamadun. ***

What do you think?

Written by virgo

Akom Dilengserkan, Setnov Jadi Ketua DPR lagi

2017, Separuh SKPD Pemko Batam Online