in

Rapat Terbatas (melalui Video Conference) mengenai Percepatan Peningkatan Nilai Tambah Batu Bara, 23 Oktober 2020, di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden,
Bapak-Ibu sekalian para menteri yang saya hormati.

Pagi hari ini akan kita bicarakan mengenai percepatan peningkatan nilai tambah batu bara. Sebelumnya saya ingin mengingatkan bahwa kita semua harus bergeser dari negara pengekspor bahan-bahan mentah, dan salah satunya adalah batu bara, menjadi negara industri yang mampu mengolah bahan mentah menjadi barang jadi ataupun barang setengah jadi. Ini saya kira strategi besar yang kita harus konsisten untuk menjalankannya.

Untuk itu, kita harus bergerak untuk pengembangan industri turunan dari batu bara, mulai dari industri peningkatan mutu (upgrading), kemudian pembuatan briket batu bara, kemudian pembuatan kokas, kemudian pencairan batu bara, kemudian gasifikasi batu bara, sampai dengan campuran batu bara air. Saya yakin dengan mengembangkan industri turunan ini, kita akan mampu meningkatkan nilai tambah dari komoditas berkali-kali lipat, mengurangi impor bahan baku yang dibutuhkan beberapa industri dalam negeri seperti industri baja (dan) industri petrokimia, dan yang tidak kalah pentingnya tentu kita bisa membuka lapangan pekerjaan yang sebanyak-banyaknya.

Untuk itu, saya minta roadmap optimalisasi pemanfaatan batu bara dalam negeri betul-betul dipercepat dengan penerapan teknologi yang ramah lingkungan. Tentukan strategi (dan) tentukan target, produk hilir yang akan kita kembangkan sehingga jelas arah mana yang akan kita tuju, berapa banyak yang akan diubah menjadi gas, berapa banyak yang ingin kita ubah menjadi produk petrokimia. Kemudian juga (lakukan) pemetaan kawasan yang dapat dikembangkan untuk melakukan hilirisasi industri batu bara ini ada di mana saja, sehingga menjadi jelas ke depan strategi besar kita ini seperti apa. Pastikan wilayah yang memiliki cadangan sumber batu bara yang cukup untuk menjamin pasokan kebutuhan batu bara dalam proses hilirisasi ini.

Ada beberapa prioritas yang bisa dikerjakan, seperti program gasifikasi batu bara (DME/dimethyl ether). Gasifikasi batu bara menjadi syngas yang diperlukan industri petrokimia, serta dimethyl ether (DME) yang sangat penting sebagai substitusi dari LPG/Elpiji. Di mana kita tahu LPG kita ini masih impor, sehingga bisa mengurangi impor LPG kita.

Yang kedua, saya mendapatkan laporan bahwa pengembangan industri turunan ini masih terkendala urusan yang berkaitan dengan keekonomian, juga terkendala dengan faktor teknologi. Saya kira ini bisa diatasi kalau perusahaan-perusahaan itu atau BUMN itu berpartner/mencari partner. Dan kita tahu tahun 2019 baru lima pemegang IUPK OP (Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi) yang melakukan coal upgrading dan dua pemegang IUPK OP yang memproduksi briket batu bara. Saya ingin agar dicarikan solusi untuk mengatasi kelambanan pengembangan industri turunan batu bara ini, karena ini kita sudah lama sekali mengekspor batu bara mentah ini, sehingga saya kira memang harus segera diakhiri apabila nanti akan ada beberapa perpanjangan dengan kewajiban untuk memulai ini.

Saya rasa itu sebagai pengantar.

What do you think?

Written by Julliana Elora

KPK Selenggarakan Sertifikasi Penyuluh Antikorupsi Secara Daring

Gedung Putih Tetap Selenggarakan Halloween di Tengah Pandemi