in

Taste of Gajeboh

Beberapa hari ini, viral di media sosial kata-kata taste. Taste adalah bahasa Inggris yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti rasa. Bisa jadi ini mungkin biar disebut kekinian, agar tak ketinggalan jaman. Maklum, era jaman now. Oya, saya kemarin sempat juga menyibak diskusi hebat dalam sebuah grup whatsApp (WA) yang membahas tentang “Taste of Padang”. Banyak masukan dan kritikan, bahkan banyak pula yang mempertanyakan sikap pemerintah. Sikap dalam hal ini, mereka mengganggap pemerintah provinsi takicuah di nantarang.

Kenapa? Sebab upaya pem-branding-an wisata Sumatera Barat dengan kalimat “Taste Of Padang” ternyata proyeknya kementerian pariwisata senilai Rp 2 miliar. Dan, proyek ini dikerjakan oleh perusahaan yang berada di Yogya. Kenapa tidak Sumbar? Kenapa tidak “Taste of Minangkabau”, atau “Taste of West Sumatera”, atau lainnya. Dan, masih banyak lagi pertanyaan. Dan, pastinya pihak penggagas dan pemprov juga punya jawaban sendiri, walaupun sebenarnya saya sudah tahu. Hehehehe.

Tapi, kali ini, saya tak akan ikut-ikutan membahasnya. Saya, hanya teringat pada kawan yang begitu doyan makan. Kawan saya yang sangat hobi makan itu, begitu terobsesi dengan gulai gajeboh. Ke mana saja kami pergi, selalu menu utamanya, gajeboh. Kenapa, menurutnya Taste of Gajeboh ini, seksi. Bikin, makan terasa nikmat. Hehehe.

Apa sih gajeboh. Ditilik dari asal-muasal, gulai merupakan makanan khas Sumatera yang banyak ditemui di daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Lauk berkuah santan ini tercipta karena pengaruh masakan India yang dahulu dibawa oleh pedagang India yang singgah ke daratan Sumatera.

Aneka gulai ini sering ditemui pada rumah makan khas Minang seperti menu gulai nangka, gulai ikan dan gulai cincang. Tetapi masih banyak gulai lain yang belum banyak dikenal luas. Salah satu penyebabnya adalah karena bahan intinya sulit didapat. Atau karena pengolahannya terbilang sulit.

Salah satu gulai yang masih terasa awam adalah gulai gajeboh. Yakni gulai yang dibuat dari daging sapi bagian punuk. Gulai yang terkenal satu ini mengandung kolesterol tinggi karena punuk sapi terdiri atas gajih atau lemak yang cukup banyak.

Menu gulai gajeboh menjadi istimewa karena tidak semua rumah makan khas Minang menyajikan menu lezat ini. Bahan utamanya cukup sulit didapat. Tak heran jika sajian sedap yang satu ini pun kian langka.

Selain dibuat dari bagian punuk yang tinggi lemak, gulai gajeboh juga ditambahkan daging dan gajih atau lemak gurih yang melekat pada daging.
Sehingga ketika digigit akan terasa seperti sedang mengunyah tulang muda dengan sensasi kriuk.

Gulai gajeboh juga dikenal dengan nama sandung lamur terbuat dari daging sapi. Bagian daging sapi yang diambil untuk gulai ini adalah bagian dari punuk sapi yang hampir seluruh bagian dagingnya memiliki lemak kenyal. Tidak jarang, gajeboh disebut-sebut sebagai makanan paling enak di Padang sekaligus “musuh” banyak orang karena berisiko menaikkan kadar kolesterol. Buat para pecinta kuliner yang memiliki bakat kolesterol sebaiknya tidak mengkonsumsi gulai gajeboh terlalu banyak, nanti bisa sakit. Hehhehe.

Wah, bicara soal gajeboh saya jadi lapar neh. Tapi intinya, gajeboh adalah salah satu kuliner khas Minangkabau. Tak ada daerah lain yang punya. Ini, patut dijaga. Yah, Taste of Gajeboh harus tetap dijaga dan lestarikan. Termasuk Taste Of Bangga jadi Orang Minang. Semoga. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Jangan hanya Kejar KKSB

Mencicipi Sajian Kuliner Unik di Sumbar