in

Ulama Jangan Terlalu Dekat Dengan Penguasa

MEDAN ( Berita ) : Para ulama diingatkan jangan terlalu dekat dengan penguasa. Karena hal tersebut sangat rentan terhadap fitnah, dan jauh dari keridhaan Allah.Hal itu diungkapkan Penasehat Persatuan Islam (Persis) Sumut Mawardi Tanjung, kepada Wartawan,  Rabu (25/4).

Menurutnya  umat Islam merindukan sosok alim amil yang dapat memberikan penerangan. “Di tengah-tengah hiruk pikuk fitnah akhir zaman, umat Islam merindukan sosok alim amil yang dapat memberikan penerangan untuk melewati kegelapan dan suramnya fitnah akhir-akhir ini,” ujarnya.

Namun sangat disayangkan, lanjutnya,dewasa ini kita mendapatkan sosok yang disebutd engan alim yang tidak memberikan penerangan. Namun sebaliknya mengeluarkan syubhat-syubhat yang membingungkan umat.

Hal ini dikarenakan kedekatan mereka dengan para penguasa. Padahal jauh sebelumnya, lanjut Mawar diTanjung, Rasulullah telah memperingatkan umatnya akan hal ini, sebagaimana diuraikan dalam hadisnya yang diriwayatkan dari Abi Hurairah RA. Bahwasannya Rasulullah bersabda, siapa yang tinggal di pedalaman maka perangainya keras, dan siapa sibuk dengan berburu maka akan lalai, serta siapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa terkena fitnah, tidak seseorang semakin dekat dengan penguasa maka akan bertambah jauh dari Allah.” (Hr. Ahmad danBaihaqi)

Mawardi, mengungkapkan bahwa ulama terdahulu tidak hanya menjalankan tugas mereka sebagai penyebar ilmu atau pembimbing umat, tapi mereka juga berfungsi sebagai alat pengawas terhadap kebijakan para penguasa.

“Tentunya hal ini akan jadi mustahil dilakukan jika mereka sendiri menjadi kroni atau bahkan menggantungkan kehidupannya kepada penguasa. Oleh sebab itu, para ulama ketika itu selalu menjaga agar mereka senantiasa bersikap obyektif,” terangnya.

Mereka, lanjutnya tidak membedakan penguasa atau rakyat jelata, dan tidak pula menerima imbalan serta hadiah dari para penguasa. “Sehingga tidak jarang, para ulama yang berani mengingatkan penguasa harus berhadap dengan hukuman yang mengancam nyawa mereka,” lanjutnya.

Hal ini pernah terjadi pada Imam Malik(179 H ), diminta ketika itu oleh Khalifah Harun Ar Rasyid, untuk berkunjung ke istana dan mengajar hadits kepadanya. Tidak hanya menolak datang,  ulama yang bergelar Imam Dar Al Hijrah, itu malah meminta agar khalifah yang datang sendiri ke rumah beliau untuk belajar. “Wahai Amiul Mukminin, ilmu itu didatangi, tidak mendatangi.” Akhirnya Harun Ar Rasyidlah yang datang kepada Imam Malik, untuk belajar.

Tidak hanya Imam Malik, yang memper-akukan Ar Rasyid demikian, para ulama lainnya pun memiliki sikap yang sama. Suatu saat Ar Rasyid, pernah meminta kepada Abu Yusuf, qadhi negara waktu itu,untuk mengundang para ulama hadits agar mengajar hadits di istananya.

Mawardi Tanjung, juga mengisahkan wasiat dari Imam asy Syafii Rahimahullah.Nanti diakhir zaman akan banyak ualama yang membingungkan umat, sehingga umat bingung untuk membedakan dan memilih yang mana ulama Warosatul Anbiya (penerus nabi), dan mana ulama Suu (jahat) yang menyesatkan umat.

Sehingga Imam Syafii pun melanjutkan,carilah ulama yang paling dibenci oleh orang-orang kafir dan orang munafiq. Dan dijadikanlah ia sebagai ulama yang membimbingmu, dan jauhilah ulama yang dekat dengan orang kafir dan munafiq,karena dia akan menyesatkanmu,menjauhimu dari keridhoan Allah.( WSP/m38/C)

What do you think?

Written by Julliana Elora

DPR Minta Ombudsman Jelaskan Temuan Dugaan TKA Ilegal Di Sulteng

Pengedar Bakong Ijo Dicokok Polisi