in

2017, Mulai Membangun Nonfisik

Kota kita yang semakin tercelak di bawah kepemimpinan Mahyeldi-Emzalmi adalah fakta tak terbantahkan. Beberapa fasilitas kebutuhan warga dipermak dan dibangun. Drainase mulai diperbaiki. Trotoar sudah banyak yang datar dan lebar. Beberapa pedagang kreatif lapangan (PKL) sudah ada yang ditata. Pantai sudah pula ada yang bersih. Banyak kemajuan-kemajuan fisik lainnya yang dipersembahkan Pak Wali dan Wakilnya kepada warga. 

Berterima kasih kita kepada kedua pemimpin kota itu. Karena keseriusan mereka berdua dan kerja keras segenap aparatur daerah membangun fisik kota, kota kita berubah drastis setelah sekian lama diam tak bergerak-gerak. Namun, jalan cepat pembangunan fisik tidak berkejaran dengan gerak pembangunan nonfisik. 

Tata kelola kehidupan sosial kita masih sangat amburadul. Kota tercelak tapi gaya hidup sebagian besar warganya kampungan. Simaklah fakta-fakta di sekeliling kita. 

Pertama, sampah masih berserakan di banyak tempat. Di pasar, pantai, taman, jalan dan di atas trotoar sampah bertebaran. Bersihnya sebentar saja karena kerja sangat keras petugas kebersihan. Beberapa minggu lalu, pagi-pagi benar, saya mencoba menjajal arena jogging track baru di Pantai Padang di seberang Danau Cimpago yang hampir rampung pengerjaannya.

Pagi itu sekitar 5 orang petugas kebersihan sedang bersitungkin membersihkan pantai dari aneka sampah. Mulai dari sampah makanan, pembungkusnya sampai sampah rumah tangga mereka singkirkan dari pantai yang indah itu. Berat benar kerja mereka. Iba kita. Kebijakan pemerintah kota menyediakan penjaga kebersihan pantai sudah tepat. Pantai yang kinclong adalah syarat utama agar bisa menyabit rupiah dari para wisatawan. 

Kedua, jalan raya kita masih semrawut. Angkot berhenti sembarangan, seenak perut sopirnya. Musiknya disetel keras-keras serupa music room berjalan. Di zebra cross mereka tidak berhenti meskipun nenek-nenek tua yang baru datang dari kampung sudah beberapa menit tak kunjung bisa menyeberang. Perilaku kampungan di zebra cross tidak hanya melulu didominasi oleh para sopir angkot.

Pengendara mobil dan sepeda motor keluaran terbaru juga banyak yang mempertontonkan perilaku kampungan. Harga mahal mobil dan sepeda motor ternyata tak sebanding dengan perilaku orang yang meracaknya. 

Ketiga, fasilitas-fasilitas umum banyak yang diambil alih untuk keperluan pribadi. Untuk dan atas nama perut, PKL berjualan seenaknya. Tidak peduli dengan hak orang lain. Yang penting kebutuhan pagi dan petang mereka terpenuhi, perkara pejalan kaki terganggu tidak dianggapnya urusan yang perlu dipikirkan. Terpere-perelah pejalan kaki di beberapa tempat menghindari serempetan mobil dan angkot karena hak mereka atas trotoar tidak bisa dinikmati. 

Keempat, perilaku sebagian besar kita sebagai konsumen juga sangat kampungan menyikapi PKL nakal yang tidak peduli orang lain itu. Dengan riang gembira sebagian besar warga kita membeli dagangan PKL tanpa rasa bersalah. Efisien alias tidak mau rempong seringkali diambil sebagai alasan untuk selalu berbelanja kepada para PKL nakal.

Konsumen kampungan itu manja benar. Senangnya, membeli jeruk dan pisang berteriak saja dari dalam mobil sembari mengulurkan uang pembayar. Minum skotang tinggal melangkah barang selangkah dua dari tempat mobil atau motor berhenti. Mahal betul keringatnya. Akibatnya, membiak suburlah para PKL nakal. 

Membangun Nonfisik

Membangun karakter atau perilaku (character building) memang tidak enteng. Jauh lebih berat daripada membangun gedung dan fasilitas publik seumpama trotoar, taman, jogging track dan lainnya. Membangun gedung dan sejenisnya bergantung pada uang. Ada uang semua gampang. Gedung-gedung tinggi dan bagus serta fasilitas umum yang keren bisa dibangun dalam beberapa masa saja. 

Membangun perilaku warga butuh keseriusan, fokus dan dukungan uang juga. Jalan utama yang dapat ditempuh dalam membangun karakter adalah penegakan hukum. Menurut UU No 23 Tahun 2014 tetang Pemerintahan Daerah, pemerintahan hukum memang bukan urusan pemerintahan daerah. Akan tetapi, bukan berarti pemerintah daerah sama sekali tidak bisa ikut serta dalam penegakan hukum.

Kewenangan kepala daerah bersama-sama dengan DPRD membuat peraturan daerah (perda) adalah peluang bagus menegakkan hukum di daerah sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Pemda berkesempatan membuat perda yang baik dan juga menegakkannya dengan benar dan tegas. Begitu juga dengan peraturan kepala daerah. Kata-kata kuncinya adalah membuat dan menegakkan perda dan perkada dengan benar dan tegas. 

Kita di Padang, sebagai contoh, substansi Perda No 3 Tahun 2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL sudah bagus, tapi lemah pada penegakannya. Perda mengatur bahwa setiap PKL yang berjualan harus mengantongi tanda daftar usaha (TDU). Faktanya? Sudah lebih dua tahun lahir sejak 29 Agustus 2014, Perda itu belum lagi ditegakkan atau sependek pengetahuan saya, belum satu pun TDU untuk PKL yang jumlahnya ribuan itu dikeluarkan. Masih banyak perda yang belum lagi ditegakkan maksimal termasuk perda tentang sampah. 

Jalan lainnya (jangka menengah dan panjang) adalah mengintervensi praktik pendidikan formal. Harus diakui, praktik pendidikan kita dijalankan di atas desain besar pendidikan nasional yang belum ideal. Praktik ujian nasional (UN) adalah salah satu faktor penting sekolah-sekolah dan pemerintah daerah melalui dinas pendidikan berlomba-berlomba meraih ‘prestasi’ abal-abal.

Bagaimanapun caranya, sekolah dan pemerintah daerah melalui dinas pendidikan harus mampu ‘meraih prestasi’ bagus mengalahkan sekolah-sekolah dan provinsi atau kabupaten/kota lainnya. Sekolah dan pemerintah daerah merasa ada arang yang tercoreng di kening bila rangking UN sekolah dan provinsi atau kabupaten/kota mereka bertengger di urutan bawah.  

Substansi dari intervensi melalui pendidikan formal adalah membuat cara-cara baik hidup bermasyarakat tertanam (embedded) dalam kepala setiap warga yang dimulai dari sejak usia dini. Pendidikan yang membangun warga kota yang merasa malu membuang sampah sembarangan, berkendara seenaknya di jalan raya, berjualan di atas trotoar dan perilaku-perilaku kampungan lainnya.

Tahun 2016 Masehi baru saja meninggalkan kita dengan torehan beragam prestasi pembangunan fisik yang dipersembahkan pasangan Mahyeldi-Emzalmi. Tahun ini kita dorong mereka berdua dan segenap aparatur penyelenggara pemerintahan untuk memulai membangun nonfisik. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Biaya STNK Naik, Korlantas Polri Janjikan Perbaikan Layanan

Memukul Anak Kini Dilarang di 52 Negara