Jumat, 21 Juni 2019 11:30 WIB
SIGLI – Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Pidie berhasil mendeteksi 25 jaringan sabu-sabu yang masih aktif beroperasi di kabupaten tersebut. Jaringan itu memasok sabu dari Bireuen, Aceh Timur, Meulaboh, Medan (Sumatera Utara) dan Malaysia.
Kepala BNNK Pidie, AKBP Werdha Susetyo SE, kepada Prohaba, Kamis (20/6), menjelaskan, keberhasilan itu dicapai berkat hasil kerja keras pihaknya dibantu masyarakat. “Dari jumlah itu, sepuluh jaringan sabu menjalankan aktivitas menggunakan pola berbeda. Sementara 15 jaringan lainnya cenderung menjual sabu menggunakan sistem terintegrasi di masyarakat,” ujar Werdha Sustyo.
Menurutnya, sabu yang dipasok oleh 25 jaringan di Pidie itu berasal dari Bireuen, Aceh Timur, Meulaboh, Medan, dan Malaysia. Di Pidie, sebut Werdha, barang haram tersebut ditampung di tiga kecamatan yaitu Mila, Delima, dan Indrajaya. Bahkan, kata Werdha, saat stok sabu di Mila habis, pengedar mengambilnya di Delima dan Indrajaya, untuk diedarkan di kecamatan lain di kabupaten itu. Seperti di kawasan Beureunuen juga terungkap marak peredaran sabu yang dipasok dari tiga kecamatan tersebut.
“Kami menamakan Mila, Delima, dan Indrajaya, sebagai kecamatan segitiga emas. Sebab, ketiga kecamatan itu saling menutupi sabu saat barang haram tersebut habis di salah satu kecamatan. Setelah berhasil mendeteksi tingginya aktivitas peredaran sabu, kami akan kawal ketat ketiga kecamatan tersebut,” janjinya.
Werdha menambahkan, dukungan kuat dari masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung utama keberhasilan pihaknya mengungkap jaringan sabu di Pidie. Karena itu, menurutnya, peran masyarakat dalam menghentikan peredaran narkoba di Pidie perlu diberi apresiasi. Sasaran dan target peredaran sabu di Pidie, Sambung Werdha, lebih dominan untuk warga miskin yang minim pendidikan agama. Untuk itu, partisipasi masyarakat dalam membantu BNNK Pidie untuk memberantas peredaran narkoba di kabupaten itu harus terus berlanjut.
Bahkan, kata Werdha, dalam waktu pihaknya juga akan mengungkap jaringan sabu di Pidie Jaya. “Mudah-mudahan kita akan bisa mengungkap jaringan sabu yang lebih besar di Pidie dan Pidie Jaya, mohon doa dan dukungan dari warga,” harapnya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, tambah Kepala BNNK Pidie, 73 ribu warga Aceh ikut mengonsumsi narkoba dan merreka perlu direhab. Sayangnya, menurut Werdha, Aceh hingga kini belum memiliki tempat rehabilitasi bagi mereka yang mengonsumsi narkoba. Padahal, tempat rehabilitasi narkoba tersebut sangat penting dibangun di Aceh.
Werdha juga mengungkapkan, pihaknya kemarin memusnahkan 1.081,98 gram sabu di Kantor BNNK Pidie, kawasan Blang Paseh, Kecamatan Kota Sigli. Sabu tersebut dimusnahkan dengan cara diblender dan sabu yang sudah larut dalam air kemudian dibuang ke laut.
Disebutkan, sabu yang dimusnahkan itu merupakan barang bukti dari dua tersangka di Pidie seberat 1.200 gram. Kedua tersangka itu adalah Marianto alias Mari (26), warga Gampong Tuha Lala, Kecamatan Mila, dan Iskandar (24), warga Gampong U, Kemukiman Lhok Kaju, Kecamatan Indrajaya. “Sabu yang kami musnahkan seberat 1.081,98 gram. Sedangkan sisanya untuk barang bukti di pengadilan,” pungkasnya.(naz)