Bulan puasa identik dengan menahan. Tapi, tidak bagi kami orang lapangan. Bulan Ramadhan justru menjadi energi luar biasa untuk turun ke lapangan. Siang hari melihat pelaksanaan kegiatan pembangunan, dan malamnya Safari Ramadhan berkunjung dari rumah ibadah ke rumah ibadah.
Inilah momentum yang tepat memperkuat silaturahmi. Melalui Safari Ramadhan, tidak sekadar menginformasikan capaian terhadap tahapan pembangunan, kita juga menjemput aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat. Masyarakat bebas bertanya, dan kita pun mencatat. Berbagai input dari warga akan kita jadikan bahan masukan untuk rencana pembangunan daerah ke depan.
Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Hadits di atas menunjukkan bahwa dianjurkan untuk senantiasa berbuat baik terhadap orang lain, apapun profesi kita. Maka, ketika kita turun ke lapangan dalam bersilturahmi dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat, sekaligus menjadi indikator bagaimana menjadi mukmin yang sesungguhnya.
Di Padangpariaman, misalnya, ada gerakkan Padangpariaman sehat yang menjadi program utama kami. Petugas puskesmas sebagai ujung tombak di lapangan, setiap hari berkeliling melakukan checking kesehatan dari rumah ke rumah masyarakat. Tak jarang di lapangan, petugas menemukan masyarakat yang enggan berobat dengan alasan ekonomi, lewat program “Padangpariaman Sehat” hal demikian bisa kita bereskan. Semua kita bantu dengan gratis.
Melalui program tersebut, kepada petugas kesehatan, kami menekankan bahwa wilayah pekerjaan adalah ladang amal. Apalagi di bulan suci Ramadhan, Allah akan membalas setiap perbuatan baik kita dengan berlipat ganda. Sebagaimana Firman Allah SWT, “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.” (QS, Al- Isra ayat 7).
Saya juga melihat, makna puasa Ramadhan adalah berbagi kebahagiaan ketika kita bisa membantu sesama. Dengan terus meningkatkan gerakkan peduli sesama demi kemanusiaan, ladang amal akan terus meluas, dan pada saatnya akan menjadi kebiasaan menebar kebaikan. Kita akan rugi besar bila tidak memaksimalkan bulan suci Ramadhan untuk kesalehan sosial. Meski hanya sebatas memperbaiki keran berwudhuk mushala. Atau membersihkan toliet yang sangat penting artinya bagi kesucian dalam beribadah.
Sebagaimana diriwayatkan Imam Al Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya umatku mengetahui pahala-pahala yang ada di bulan Ramadhan, niscaya mereka akan berharap sepanjang tahun seluruhnya adalah Ramadhan.” Inilah, misteri luar biasa dan rahasia bulan suci Ramadhan yang harus kita rebut.
Menjalani amanah, menunaikan tugas, saya lebih banyak berada di “lapangan”. Langsung menyaksikan fakta sosial dan budaya masyarakat. Dengan demikian saya bisa langsung menikmati kedekatan dengan rakyat, baik siang maupun malam, terutama melalui safari Ramadhan saat ini.
Hal demikian, saya mengistilahkan “ibadah lapangan”, dalam artian meraih ridha dan hidayah Allah, dengan berupaya memahami kondisi riil masyarakat, dan berusaha mencarikan solusi untuk kemaslahatan, kesejahteraan masyarakat tentu. Ibadah lapangan, adalah ibadah yang tidak bersifat fisik semata, di mana dalam Ramadhan misalnya, kita tak lagi memahami sebagai menahan haus dan lapar, melainkan mendobrak keterbatasan yang secara fisik dianggap banyak orang tidak bisa maksimal. Di sinilah sesungguhnya hakikat lain Ramadhan, yakni menguatkan apa yang terlanjur menjadi “anggapan” kalau puasa itu ya banyak istirahat. Justru dengan menjadikan lapangan, alam takambang sebagai ladang amal, dengan melakukan kebaikan-kebaikan sekecil apa pun.
Sebagai kepala daerah, saya menjadikan tugas lapangan sebagai wujud tanggung jawab yang maksimal, apalagi ketika amanah sebagai ibadah kemuliaan dijalankan, tentu hal ini kita selalu dalam rangka melibatkan Allah dalam melihat kenyataan sosial masyarakat, memohon kekuatan-Nya dalam mengatasi permasalah daerah yang ada di jorong dan nagari.
Ketika ada beberapa kalangan mengatakan saya bupati pengawas, karena suka datang sendiri mengawasi proyek yang sedang berjalan di lapangan, hal itu bukan lantaran ingin mengambil tugas pengawas yang ada. Tapi, kontrol sebagai pemimpin, agar mereka yang diamanahkan membangun untuk masyarakat sesuai dengan ketentuan. Di sinilah upaya menegakkan kebenaran, menegur dan menindak, sebelum kehancuran atau masalah muncul lebih besar di kemudian hari.
Ibadah lapangan, sebuah wilayah mahaluas dari-Nya, untuk menjadikan alam takambang jadi amal ibadah kita, apalagi di bulan suci Ramadhan. Kita harus menyatu dengan alam, sebagai wujud merasa dekat dengan ciptaan Allah, yang kemudian kita pahami ruang luas untuk berkarya atau berbuat baik.
Saya memang banyak menghabiskan waktu di lapangan, sehingga ibadah wajib saya pun ditunaikan di mana ketika itu saya berada. Dalam memaknai Ramadhan, energi orang berpuasa kalau dimanfaatkan maksimal, maka ia kekuatan dahsyat. Karena tubuh dan hati digerakkan oleh kekuatan dari Allah yang tanpa kita sadari, justru terasa dahsyat ketika ia dimanfaatkan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak.
Jika energi kita hanya untuk sekadar istirahat, bermalas-malasan menunggu waktu berbuka, tentu kita secara fisik akan lemah, dan malas melakukan sesuatu. Tetapi, ketika berpuasa inilah, energi untuk menggerakan hati, pikiran dan fisik bisa menjadi kekuatan, dan hal ini saya rasakan ketika mengabdi langsung ke tengah masyarakat, membaca yang tersirat dan tersurat, sehingga memunculkan kebijakan atau sesuatu yang diharapkan tentu pertimbangannya adalah bermanfaat untuk menyejahterakan masyarakat. Puasa Ramadhan adalah penguatan diri yang secara fisik mungkin kita lapar, tapi secara batin kita sedang menikmati makanan bergizi dari Allah SWT. (*)
LOGIN untuk mengomentari.