in

”Energi” for Rohingya

“Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya, serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. Al-Nisa: 93).”

Pesan suci yang disampaikan Allah subhanahuwata’ala pada ayat di atas cukup alasan memastikan bahwa Islam adalah agama yang sangat memuliakan hak-hak hidup yang berlaku untuk semua. Universalitas ajaran Islam menegaskan azab dan dosa besar bagi siapa saja yang dengan sengaja menghilangkan, mencabut dan membunuh hak hidup orang lain, tanpa ada dasar kebenaran (haq) yang membolehkannya. Misi suci Al Quran adalah menjamin hak hidup, hak kemanusiaan dan hak asasi manusia yang melampaui dekalarasi hak-hak asasi manusia dunia sekalipun.

Maqasid al-Syariah (tujuan utama) adanya syariat Islam memuat lima hak-hak dasar yang menjadi tujuan utama dari seluruh sistem hukum, sistem moral dan sistem sosial Islam. Hak untuk hidup (hifzun nafs) menjamin hak hidup adalah tujuan paling awal. Hak untuk memelihara dan mendayagunakan kecerdasan (hifzul’aqli) menjadi prioritas kedua, karena akal cerdas yang membedakan manusia dengan ciptaan Allah lainnya. 

Kemudian, hak untuk berkeyakinan (hifzuddiin) bahwa tidak boleh ada pemaksaaan terhadap keyakinan atau iman, karena iman itu adalah hidayah dan pilihan manusia berakal cerdas. Hak untuk menjaga sistem keturunan (hifzul nasal) melalui pernikahan yang sah dan resmi adalah jaminan untuk kebaikan sistem sosial dan peradaban manusia. Hak atas kepemilikan (hifzulmaal) bagian yang penting untuk menyatakan eksistensi komunitas manusia. Kelima tujuan syariat di atas adalah misi besar Islam untuk kebaikan umat manusia, rahmatan lil ‘alamin.

“Jihad” Dana untuk Rohingya

Kesadaran kolektif umat Islam di dunia, tak terkecuali tentu juga umat Islam Indonesia, terhadap pembunuhan, pengusiran dan penzaliman yang menimpa saudara seiman mereka di negara Myanmar sana, adalah yang sesuatu yang niscaya, keharusan dan bukti bahwa iman itu satu dan hidup. Iman yang hadir dari kesadaran mendalam, tanpa tekanan dan paksaan diyakini menjadi energi pengikat kemanusiaan yang memiliki rantai dan jaringan yang kuat, tidak akan mudah putus dengan tarikan apapun. 

Al Quran memberikan penegasan, artinya; Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah SWT] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS.  Al Baqarah: 256).

Iman umat Islam pada dasarnya satu, tunggal dan bulat karena memang ia bersumber dan bertujuan pada penganggungan kemahakuasaan Allah subhanawata’la, bukan pada pemujaan makhluk nisbi, jauh sama sekali dari pemujaan pada kekuasaan, uang dan apapun bentuk berhala yang merendahkan kemuliaan manusia. Imannya umat Islam adalah murni tunduk dan loyal pada Allah, Tuhan pencipta kehidupan, bukan tunduk pada tekanan dan rayuan kehidupan duniawi belaka. 

Komitmen iman diwujudkan dalam realitas kehidupan yang tak boleh tunduk kepada apa dan siapapun. Seluruh persembahan kehidupan, hanya untuk Allah Tuhan yang Maha Esa dan Kuasa. Hidup mati dan semua sisi kehidupan semata-mata untuk menjalani perintah dan kehendak-Nya. Artinya; Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. Al An’am: 162-3). Penyerahan diri total hanya pada Allah, begitu kehendak iman. Oleh karena itu, bagi umat Islam menciderai iman seseorang dan atau kelompok orang, lebih lagi menghancurkan bangsa adalah perbuatan melawan Allah. 

Berjuang dalam bentuk pengalangan dana, memberikan bantuan kemanusiaan, melakukan aktivitas yang memungkin dan atau dapat memberikan jaminan terhadap kehidupan saudara seiman yang tengah dihadapkan pada fitnah disebabkan iman mereka adalah bahagian dari kewajiban jihad yang melekat pada setiap diri umat yang mengaku beriman. Rasul Muhammad sallahuwa’alaihi wasalam dengan jelas menyebut bahwa umat Islam itu laksana tubuh yang satu, sakit bahagian tertentu jelas akan membawa penderitaan bagi badan seluruhnya. Umat yang tidak merasakan penderitaan atas saudaranya yang dizalimi, dirampas hak-hak hidupnya, dinodai istri dan anak perempuannya adalah mereka yang dapatkan dikatakan dayus, artinya mati suri imannya.
 
Pengalangan dana dengan beragam cara dan aktivitas dengan tujuan untuk memberikan bantuan pembiayaan bagi kelangsungan hidup saudara seiman di Rohingya adalah tugas mulia dan harus mendapat perhatian dan partisipasi semua pihak. 

Umat tidak perlu pula ikut mendiskusikan sebab-sebab timbulnya konflik itu, pengalihan opini dan pendapat umum, sudah sejak lama menjadi agenda dari mereka yang phobia terhadap Islam harus diwaspadi. Yakini dan pastikan alasan apapun penyebab konflik, politik, budaya, etnis, ekonomi dan macam-macam lainnya, realitasnya kini saudara seiman kita di sana tengah ada yang meregang nyawa sakit tanpa ada pengobatan, luka korban dari tindakan kekerasan manusia biadab, anak-anak yang membutuhkan asupan makanan dan penderitaan lainnya, itu semua tanggung jawab manusia beriman, dan berakal sehat. 

Pengumpulan dana yang dilakukan kelompok masyarakat, umat Islam dan umat lainnya adalah salah satu indikasi masih hidupnya ruh kemanusiaan dihati umat. Menghalangi dan atau menghambat orang atau kelompok memberikan bantuan pada korban keganasan manusia bejat adalah tindakan tidak berprikemanusiaan. Menjadi kewajiban kemanusiaan untuk semua bangsa, etnis, agama, suku dan komunitas apapun untuk membebaskan manusia lain dari keganasan apapun. Tidak ada alasan bagi manusia beradab dan berkebudayaan melakukan tindakan pembiaran terhadap kezaliman yang sistimatis dan tak bermoral. 

Umat Islam khususnya harus lebih nyalang matanya, peka hatinya, tajam pendengarannya terhadap mereka yang tidak menempatkan manusia sebagai umat mulia dan berkeadaban. Sungguh harus dilawan dan diberikan sikap yang tegas dan tuntas bagi mereka yang memiliki pikiran sesat dan jahat terhadap umat Islam. 

Terzaliminya umat Islam oleh prilaku menyimpang dari sebagian sangat kecil umat yang tidak sabar, harus dijelaskan bahwa Islam adalah agama rahmat dan tidak menjadi pemicu kerusuhan. Justru umat lain yang menjadi pelaku tindakan yang tak berprikemanusiaan, kasus pembunuhan massal bangsa Rohingnya kelak akan menjadi catatan sejarah gelap kemanusiaan.    

Menghimpun energi, kekuatan dan potensi umat untuk menolong saudara seiman di Rohingya adalah kewajiban jihad kolektif yang tak boleh ditunda lagi. Semangat menolong dan spirit memenuhi seruan Al Quran bahwa orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS. Al-Hujuurat: 10) adalah bagian kewajiban syar’i yang harus ditunaikan. Tidaklah pantas umat Islam berpangku tangan atas penderitaan saudaranya. Besar, kecilnya bantuan dan dukungan yang diberikan adalah bukti tipis, tebalnya imannya.  

Ikhtiar cerdas, kerja keras dan apapun bentuk upaya untuk membebaskan saudara seiman di Rohingya  dari penindasan, memberikan bantuan kemanusiaan, melakukan perjuangan fisik membatu mereka di lapangan dan segala jenis dukungan umat Islam adalah energi bagi bangsa Rohingya dan sekaligus menjadi tali ikatan kokoh yang tak akan putus oleh panjangnya zaman. 
Umat harus bangkit dan paham bahwa umat Islam itu besar, mulia dan punya harga diri. Sepertiga penduduk dunia didiami oleh penganut Islam, mengapa harus lemah dan takut. Apapun bisa dilakukan ketika umat Islam bersatu dan tidak mudah dipecah belah oleh kekuatan yang tak ingin Islam tegak di bumi Allah. 

Yakinilah, musuh Islam tidak akan pernah bisa menang, kecuali bila umat lengah, atau dilengahkan oleh rayuan materialistik, hedonistik dan kekuasaan yang tak bertuhan. Semoga umat Islam terus membangun diri, keluarga dan komunitasnya, untuk izzul Islam wal muslimun. Amin. (*) 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Indonesia vs Thailand: Tegakkan Kepala, Masih Ada Esok

Pelni Tawarkan 4 Paket Wisata Bahari ke Destinasi Eksotis di Indonesia