Jakarta (ANTARA) – Menanam dan menjaga tegakan pohon menjadi salah satu upaya kecil yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah kekeringan di musim kemarau, kata Dekan Fakultas Kehutanan IPB Dr Rinekso Soekmadi.
“Karena tanaman bisa memperbaiki iklim mikro melalui prses fotosintesis yang menghasilkan oksin (O2) dan air (H2O),” kata Rinekso saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Rinekso menjelaskan tidak ada referensi khusus terkait berapa luas lahan dan berapa lama waktu diperlukan agar pohon yang ditanam mampu menampung air, karena masing-masing tanaman memiliki kecepatan tumbuh yang berbeda.
Tapi pada prinsipinya untuk mencegah kekeringan salah satu upaya yang dilakukan adalah jangan membiarkan adanya ruang yang terbuka. Jika terbuka, dapat dirapatkan dengan vegetasi yakni lewat penanaman.
Tetapi lanjut dia, jarang sekali masyarakat memanfaatkan ruang terbuka untuk penanaman karena tidak memiliki nilai ekonomi. Kebanyakan ruang terbuka dimanfaatkan untuk ruang terbangun.
“Selain itu juga, masyarakat juga memiliki lahan yang terbatas,” katanya.
Ia menjelaskan, penutupan vegetasi bertujuan supaya air hujan yang turun tidak langsung ke tanah, hingga terjadi erosi. Ketika musim kemarau perakaran pohon bisa menyimpan air lama sehingga merilis air pelan-pelan saat kemarau tiba.
“Pada skala mikro tanaman memiliki adaptasi juga terhadap kondisi perubahan cuaca misalnya melalui pengguguran daun dan lainnya,” kata Rinekso.
Rinekso menambahkan keberadaan tanaman utamanya pohon, harus menutup areal terbuka di kiri-kanan sungai, lereng dengan kemiringan di atas 45 persen daerah di atas ketinggian 1.000 m dpl dan daerah hulu (DAS).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan sejumlah wilayah Indonesia mulai masuk musim kemarau bulan April 2019. Puncak musim kemarau terjadi antara bulan Agustus dan September, dan terdapat pengaruh El-nino kategori lemah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terjadi 106 kejadian kekeringan selama periode Januari-Juni 2019. Salah satunya di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sebanyak 540 kepala kelurga terdampak kekeringan.