Djakarta, 31 Desember 1958 (Antara) – Kalau pada Minggu malam jang lalu hudjan telah membawa rintju bagi para penumpang mobil dan pengendara betjak, siang tadi para penumpang bis kota jang terkena petaka.
Alkisah, ketika sebuah bis kota lewat Djalan Tamrin dalam hudjan lebat, di tepi djalan anak-anak lagi ramai-ramai main perang-perangan.
Gerombolan anak-anak ini dengan telandjang bulat membentuk pasukan gerilja, dan dengan bersendjatakan bola-bola lempung mereka bidik membidik, kemudian lempar melempar, seperti pradjurit melemparkan granat di medan perang.
Bis tersebut dengan lambat dan berat menjeberangi genangan air jang penuh bentjah, satu pihak pasukan anak-anak berkerompol mengitari bis sambil bersorak- sorak mengedjek para penumpang. Anak-anak itu lupa bahwa mereka sedang dalam medan pertempuran.
Kesempatan ini digunakan dengan baik oleh pihak pasukan lainnja dan dengan serempak menjerangnja dari arah belakang, dbarengi dengan berondongan peluru lempung basah.
Tapi malang, dua buah peluru njasar masuk ke dalam bis dan tepat mengenai dua anak kakak beradik jang lagi asik menonton permainan perang-perangan itu. Keduanja kaget terhenjak dan badjunja penuh petjahan peluru lempung.
Lagi, satu peluru ketjil sebesar gundu tepat mengendon di pelipis baji, dan satu peluru sebesar telur seperti diatur masuk menerobos mulut anak perempuan, langsung ke tenggorokan.
Sumber: Pusat Data dan Riset ANTARA //pdra.antaranews.com/Twitter: @perpusANTARA
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016