Bandung 11 Mei 1952 (Antara) – Tahun jang terdjadi peristiwa kandidat2 jang tidak lulus di Bandung pergi ke Djakarta dimana mereka mendapat idjazah S.M.A. dengan entah djalan bagaimana.
Malahan diantara anak2 itu ada jang dikirimkan ke Nederland, dimana mereka ternjata tidak bisa mengikuti peladjaran2 jang harus mereka tempuh.
Salah seorang anggota Panitia Udjian Penghabisan S.M.A. menerangkan betapa bagusnja tjita2 pemerintah supaja sebanjak2nja orang mendapat idjazah S.M.A. Tapi sekarang ternjata, bahwa idjazah S.M.A itu hampir tidak ada harganja lagi berhubung dengan banjaknja orang main “sunglap”.
Harus diinsjafi pula bahwa dinegara2 lain pun tidak semua manusia mempunjai ketjakapan untuk menempuh udjian penghabisan S.M.A. dan kemudian masuk sekolah tinggi.
Selain daripada itu dikalangan murid2 S.M.A. jang baik2 terdapat suasana jang tidak bisa disebut sehat. Ini disebabkan oleh karena adanja S.M.A. partikelir jang menjelenggarakan pengadjaran sebagai “bedrijf” sadja.
Sekolah2 demikian di Bandung sudah bukan rahasia lagi. Murid2 S.M.A. negeri jang tidak naik dari kelas I ke kelas II, oleh S.M.A. partikelir itu bisa diterima dikelas III asal sanggup membajar sadja.
Murid2 demikianlah sekarang ikut udjian penghabisan, sedang kawan2nja jang dulu naik setjara reglementer kini masih duduk dalam kelas II di S.M.A negeri.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2017
Ikuti berita dalam topik #
Terkait