Diposkan pada: 6 Feb 2018 ; 1902 Views Kategori: Berita
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, kekayaan sumber daya alam (SDA) tidak bisa menjamin kesuksesan sebuah bangsa. Ia mencontohkan, banyak negara yang maju yang justru alamnya keras dan tidak subur yang tidak punya tambang tidak punya minyak dan tidak punya gas.
“Bahkan, sumber daya alam yang melimpah sering kali justru memanjakan dan membuat kita malas, melemahkan daya juang, membuat kita lengah dan tidak mendorong kita semuanya untuk berinovasi dan berkreativitas,” kata Presiden Jokowi saat menyampaikan arahan pada acara Rembuk Nasional di Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Selasa (6/2) sore.
Menurut Presiden, pada intinya yang memajukan sebuah negara adalah SDM nya sumber daya manusianya, dan ini berada pada tanggung jawab yang besar sekali di pundak para peserta Rembuk Nasional.
Di sinilah, lanjut Presiden, posisi penting pendidikan yang membangun watak Pancasila yang mengutamakan kepentingan bersama dan solidaritas sosial, yang mengajarkan kejujuran, yang mengajarkan kebersamaan, yang mengajarkan kesantunan, yang mengajarkan nilai nilai dan budaya pekerti pada anak-anak.
“Di sinilah posisi pentingnya pendidikan. Pendidikan yang mengajarkan daya juang pendidikan yang membangun watak pembelajar pendidikan yang selalu memberikan pengajaran belajar tanpa menunggu digurui yang selalu berinovasi tanpa menunggu diajari,” sambung Presiden seraya menambahkan, itulah modal kita sebagai bangsa besar yang mampu memecahkan masalah di masyarakat, di daerah, dan sekaligus mampu memenangkan kompetisi global nantinya.
Pemerintah, menurut Presiden, berusaha keras sekuat tenaga untuk meningkatkan pelayanan pendidikan, baik di pusat, provinsi, kabupaten, dan kota. Ia menunjuk program Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang berusaha menjamin akses pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu.
Dukungan anggaran dari pusat ke daerah, lanjut Presiden, juga terus ditingkatkan dan tentu saja upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan infrastruktur pendidikan.
Namun Presiden Jokowi mengajak semuanya untuk tidak terjebak pada rutinitas. “Sudah bertahun-tahun kita berjalan rutin tanpa ada sebuah pembaharuan tanpa ada sebuah inovasi besar di dalam dunia pendidikan dan kebudayaan,” ujarnya.
Mampu Bersaing
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyampaikan rasa bangganya karena pelajar-pelajar Indonesia mampu bersaing dalam ajang ajang kompetisi nasional maupun internasional meskipun mereka berasal dari daerah yang tidak maju.
“Bukan dari Jakarta atau bukan dari Bandung misalnya Made Radikia Prasanta dan Bagus Putu Satria Suarima siswa SMK Negeri di Provinsi Bali dari keluarga sederhana yang meraih penghargaan khusus dari American Meterogical Society tentang alat prediksi cuaca,” ungkap Presiden.
Selain itu, Presiden juga menyebut nama M Naufal Al Ghifari siswa SMA Negeri 1 Mataram NTB. Ini peraih emas dalam international foundation for art and culture di Jepang 2017 yang lalu. Kemudian Ahna Fauzy Zulkarnain siswa Sekolah Dasar Negeri Karang Rejek 2 Kabupaten Gunung Kidul yang menemukan teknologi sederhana perontok jagung, dan menjadi peneliti terunggul dalam ajang Kahfi Junior Scientist Award di 2016.
“Saya kira prestasi prestasi seperti ini memang harus dimunculkan dan diangkat agar anak anak kita juga terpacu, termotivasi untuk mengikuti teman teman nya yang memiliki prestasi yang tadi saya sampaikan,” ucap Presiden.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani, dalam sambutan menyampaikan bahwa acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) merupakan komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Jumlah peserta yang ikut, menurut Menko PMK, sebanyak 1.050 orang peserta dari daerah dan juga perwakilan dari luar negeri.
“Pembahasan akan difokuskan untuk agenda prioritas nasional seperti Kartu Indonesia Pintar,” ujar Puan.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam acara kali ini Menko PMK Puan Maharani, Mensesneg Pratikno, dan Mendikbud Muhadjir Effendy. (EN/OJI/ES)