Jakarta (ANTARA) – Musik campursari kini semakin populer di kalangan anak muda. Salah satunya berkat lagu-lagu sang legenda musik campursari yakni Didi Kempot.
Meski penyanyi asal Surakarta, Jawa Tengah itu sudah tiada, namun lagu-lagu The Godfther Of The Broken Heart itu akan terus terukir di hati para “sad boys” dan “sad girls”, dua istilah yang digunakan untuk menyebut para penggemar Didi Kempot.
Untuk mengobati kangen para penggemar kepada Didi Kempot sekaligus melestarikan campursari, stasiun televisi GTV menggelar audisi pencarian bakat menyanyi campursari bertajuk “The Next Didi Kempot”.
“GTV memiliki tanggung jawab dan peranan terhadap pelestarian budaya lokal. The Next Didi Kempot akan melahirkan talenta bernyanyi campursari yang berkualitas yang secara langsung melestarikan jenis musiknya,” kata Valencia Tanoesoedibjo selaku Managing Director GTV dalam siaran resmi, Kamis.
Audisi The Next Didi Kempot dibuka mulai 13 Oktober hingga 9 November 2020 lewat audisi daring via aplikasi RCTI+. Audisi luring juga bisa dilakukan melalui audisi radio.
Calon peserta audisi yang berada di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Dan Jawa Timur pilihan audisi radio bisa membawa rekaman video bernyanyi dalam bentuk CD ke radio-radio berikut : Radio Mersi Tangerang, Radio Flamboyan Karawang, Radio Elshanda Indramayu, Radio Yes Cilacap, Radio Rasika FM Pekalongan, Radio Elisa Salatiga, Radio Swara Semarang, Radio CJDW Boyolali, Radio Pesona Bara Yogyakarta.
Untuk wilayah Jawa Timur bisa menyerahkan rekaman ke Radio Bahana Ngawi, Radio Rasi FM Magetan, Radio Tidar Sakti Malang, Radio R FM Mojokerto, Radio Warna Pasuruan, Radio Prosa Probolinggo, Radio Vis Banyuwangi.
Selain itu ada juga radio RDI Jakarta, Radio Bonansa Kediri, Radio Salma Klaten, Radio Ronggohadi Lamongan, Radio Dahlia Bandung, Radio Kota FM Surabaya.
Baca juga: Anak Didi Kempot kolaborasi dengan Betrand Peto nyanyikan lagu “Bapak”
Baca juga: Rilis “Kapusan Janji”, Yuni Shara doakan almarhum Didi Kempot
Baca juga: Sindrom “broken heart” penyakit “ambyar”
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2020