Demi Nonton Langsung, Fans Gadaikan Motor
Indonesia sudah sangat lama tidak pernah melakukan selebrasi juara di dalam lapangan sepak bola, yaitu pada 25 tahun lalu. Ketika itu skuad Timnas Indonesia berhasil meraih medali emas Sea Games Manila 1991 dengan mengalahkan Thailand di pertandingan final lewat drama adu penalti.
Dan, seperti dejavu, kisah seperempat abad itu kembali terulang. Indonesia berpotensi mematahkan puasa gelar tersebut dengan harus menaklukan Thailand dalam pertandingan final Piala AFF 2016. Kedua tim akan bersua dalam first leg di Stadion Pakansari, Bogor, nanti malam (tayangan langsung RCTI Pukul 19.00).
Pelatih Timnas, Alfred Riedl mengatakan bahwa, ini adalah kesempatan emas bagi Indonesia untuk mengulangi sejarah lama itu. Dengan catatan, Boaz Solossa dan kawan-kawan harus berjuang maksimal sepanjang pertandingan. Sebab, tim yang mereka lawan nanti, memiliki keunggulan di semua sektor.
“Dalam laga ini, kami akan melawan tim paling kuat di Asia Tenggara. Kami underdog, dan Thailand jelas merupakan favoritnya,” kata Riedl saat melakukan press converence di Aston Hotel, Bogor. “Tentunya ini akan menjadi laga paling sulit bagi kami. Tapi, saya yakin, pemain kami bisa mengatasinya,” lanjut dia.
Pelatih asal Austria itu memang layak percaya diri dengan tim besutannya. Sebab, pengalaman di babak penyisihan grup lalu, kendati kalah 2-4 dari Thailand, Boaz Solossa dan kawan-kawan sejatinya bisa berbuat banyak. Bahkan, menurut Riedl, dua gol awal Thailand tersebut adalah akibat kesalahan lini belakang sendiri.
“Sementara di sisi lain, kami menciptakan banyak peluang dan bisa mencetak gol. Ini memberi kami keyakinan dan harapan bahwa kami bisa meraih hasil bagus di laga besok (nanti malm, red),” ujar Riedl. “Apalagi, semua pemain kami sudah membuktikan bahwa mereka sudah berjuang keras untuk memenangi iven ini,” tegasnya.
Dalam latihan terakhir tadi malam, Riedl tidak terlalu banyak memberikan latihan strategi kepada para pemain besutannya. Kalaupun ada simulasi formasi, itu lebih banyak dengan eksekusi tendangan pojok.
Maklum, saat membungkam Vietnam di firs leg semifinal, satu gol Indonesia lahir dari tendangan pojok yang dieksekusi Hansamu Yama. Dari latihan tersebut, juga terlihat bahwa Riedl akan bermain taktis dengan menguatkan lini pertahanan dengan mengandalkan counter attack cepat.
Formasi 4-2-3-1 seperti pertandingan terakhir di kandang Vietnam dalam semifinal lalu, bakal menjadi opsi. M Abduh Lestaluhu, Hansamu Yama, Fachruddin Wahyudi dan Benny Wahyudi akan menjadi tembok tebal.
Boaz sendiri mengatakan bahwa dia akan menyerahkan semua jiwa raganya untuk bisa memenangkan laga itu. Apalagi, sehari sebelumnya, dia sudah bertekad mencetak gol yang akan dia dedikasikan untuk perayaan Natal tahun ini.
“Saya tidak mau berbicara banyak, lihat saja nanti di lapangan,” kata striker Persipura itu singkat. Di sisi lain, pelatih Timnas Thailand, Kiatisuk Senamuang mengatakan bahwa kekuatan tuan rumah sangat berbeda dengan waktu jumpa di fase grup lalu.
“Tentu, mereka juga akan mengerahkan semua kekuatan terbaik mereka dalam laga yang berlangsung di depan pedukung mereka. Tapi, saya punya 23 pemain hebat yang sudah siap,” papar dia.
Segala Cara demi Tiket Garuda
Di sisi lain, antusias sangat besar masyarakat Indonesia menyaksikan langsung pertandingan final tersebut, membuat banyak drama. Achmad Fuad, 55, memiliki cerita yang mengharukan. Dia harus menjalani perjalanan darat selama 18 jam dari Palembang, Sumatera Selatan.
Agar bisa sampai di Jakarta, Fuad mengaku bahwa dia bersama rekan-rekannya harus melepaskan sejumlah barang berharga mereka. Ada yang menggadaikan cicin pernikahan, ada juga meminjam uang di tetangga.
“Sementara saya gadaikan sepeda motor dengan harga Rp 1 juta. Ini semua hanya untuk bisa mendukung timnas dari atas tribun,” harapnya.
Belum cukup di situ, dia bersama 12 rekannya harus rela enggan makan dan minum sejak semalam penuh agar antrian tiket mereka tidak bermasalah. “Karena kami takut, saat sudah berada dalam antrean dan perut terasa mules. Bisa-bisa jatah kami dalam antrean bisa bubar,” jelas ayah satu anak itu.
“Tapi, alhamdulillah, saya bisa dapat tiga tiket,” ucapnya. Fuad adalah salah seorang fans Garuda yang beruntung dari puluhan pembeli tiket yang harus pingsan kehabisan oksigen, akibat berdesak-desakan dalam antrean.
Bahkan, ada ratusan pembeli yang harus terinjak-injak oleh kaki peserta lain yang sama-sama berusaha masuk ke lokasi terletaknya loket penjualan tiket.
Sebagai catatan, penjualan tiket offline di markas militer yang mulai dibuka sejak pukul 08.00 itu, memang sudah dipadati para pembeli sejak malam hari sebelumnya.
Awalnya, proses penjualan tiket yang dikawal oleh puluhan prajurit TNI itu berjalan tertib dengan tersedianya enam loket di halaman Markas Komando Garnisum, kebetulan bersebelahan dengan Makostrad.
Dengan sistem buka tutup, setiap loket melayani sepuluh pembeli yang sebelumnya sudah diberikan nomor antrean. Sayang, kondisi yang tertib itu hanya bertahan selama 30 menit. Tapi, setelah itu, semua berubah menjadi tak terkendali setelah para pembeli di bagian belakang mencoba merangsek maju ke barisan depan. (*)
LOGIN untuk mengomentari.