in

Bantjah Jadi Buruan Pencinta Kopi

PREMIUM: Ketua
Kelompok Tani Kopi
Sikayan Balumuik Yulisman (kiri) dan Ketua HKM Sikayan Balumuik Salmi
Akhyar bersama salah satu produk kopi Bantjah hasil budidaya para petani kopi di Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh Kota
Padang.(SUYUDI/PADEK)

Saat ini minum kopi menjadi trend masyarakat. Terutama kaum muda yang sering nongkrong di kedai-kedai kopi yang ada Kota Padang. Perkembangan pesat coffee shop membuat para petani dan pembudidaya kopi semakin menggeliat.

Produk kopi yang ada di Sumbar pun saat ini sudah semakin beragam. Diantaranya adalah kopi Bantjah dari Kelompok Tani Kopi Sikayan Balumuik yang terdapat di Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang.

Kopi Bantjah memiliki cita rasa unik. Ini merupakan salah satu kopi terbaik di Kota Padang. Dengan iklim yang sempurna dan alam yang masih terjaga menjadi salah satu poin yang mendukung pertumbuhan kopi Bantjah hingga saat ini.

Ketua Kelompok Tani Kopi Sikayan Balumuik Yulisman mengatakan, pengembangan kopi Bantjah di kawasan Limau Manis Selatan berawal saat masyarakat ingin beralih dari tanaman musiman ke tanaman tahunan. Diusulkanlah kopi.

Sebelum mulai Yulisman dan kawan-kawan mencari informasi dari masyarakat yang terlebih dahulu menanam kopi. “Di tahun 2017 mulailah kami bergerak menanam kopi di lokasi ini. Dua tahun setelah itu kami melihat progres yang cukup bagus. Jenis kopi yang kami tanam waktu itu adalah robusta,” katanya, baru-baru ini.

Dengan keberhasilan tersebut masyarakat mulai mengembangkan produk kopi yang mereka tanam. Dari hanya sekadar buah menjadi kopi yang bisa disajikan dan diminum.
Saat awal tersebut mereka tidak memiliki peralatan yang memadai dalam pengolahan kopi. Dengan kondisi itu, ungkap Yulisman, ia meminta bantuan dari berbagai pihak. Salah satunya PT Semen Padang.

“Dari Semen Padang kami mendapatkan bantuan untuk belajar ke Kopi Solok Rajo guna meningkatkan pengetahuan kami terkait kopi dan pengolahannya,” ucap dia.

Dengan bantuan tersebut, Yulisman dan kelompok tani kopinya mulai masuk ke dalam tahap produksi kopi Bantjah dengan skala yang lebih masif. Usai mendapatkan pelatihan dan sebagainya antusias masyarakat sekitar untuk ikut serta menjadi petani kopi pun mulai meningkat pesat. Sehingga jumlah petani kopi dari yang sebelumnya belasan orang menjadi puluhan.

“Usai pelatihan tersebut ada 26 orang yang ikut serta dalam menanam kopi. Dengan total keseluruhan waktu itu sebanyak 12 ribu batang kopi yang terus bertambah jumlahnya setiap tahun,” terangnya.

Bukti kenikmatan kopi Bantjah adalah meraih peringkat dua sebagai produk kopi ternikmat di Sumbar pada perhelatan festival kopi di Payakumbuh beberapa tahun lalu.

“Saat ini para pemesan produk mayoritas mencari green been kopi dimana cafe-cafe yang ada kerap me-request produk green been kopi Bantjah yang kita sediakan. Selain green bean kopi, kita juga memasarkan produk kopi bubuk kepada para pecinta kopi di Kota Padang,” tuturnya.

Green been pengolahan kopi Bantjah per kilogramnya seharga Rp 40 ribu. Untuk roasting jauh lebih menjanjikan. Yakni Rp 160 ribu hingga Rp 200 ribu per kilogram.

Yulisman mengatakan, dengan kapasitas yang ada saat ini kelompok tani kopi Bantjah mampu menyediakan 300 kg green been kopi per bulan. Diprediksi per bulannya ada sekitar satu ton produk kopi yang dipesan masyarakat, namun belum mampu tersediakan karenak stok yang masih terbatas.

Kekurangan ini tentu saja membutuhkan dukungan. Ia mengatakan PT Semen Padang sendiri sebagai salah satu penyokong penuh perkembangan kopi Bantjah memberikan kurang lebih 80 ribu bibit kopi.

Imus, salah seorang petani kopi Bantjah mengatakan, dengan cara penanaman yang sederhana dan harganya yang sekarang cukup tinggi membuat bertani kopi menjadi hal yang sangat menjanjikan.

Ia menyebut, untuk bertani kopi di kawasan itu bisa cukup mudah. Kawasan yang masih asri sangat mendukung pertumbuhan kopi. Karena suburnya, penanaman kopi tidak terlalu bergantung kepada pupuk, meski di beberapa momentum tetap harus dilakukan pemupukan.

Sementara itu Kepala Departemen Komunikasi & Hukum Perusahaan PT Semen Padang Iskandar Z Lubis mengatakan, awal mula PT Semen Padang melirik kopi Bantjah saat melakukan mapping di sekitaran wilayah PT Semen Padang dan melihat ada kopi Bantjah. Potensinya dinilai cukup besar untuk dikembangkan.

“Namun, pada saat awal tersebut masih dikelola secara tradisional sehingga hasilnya masih belum maksimal,” katanya.

Iskandar menyampaikan, dengan luas lahan kurang lebih 22 hektar, PT Semen Padang kemudian berdiskusi dengan kelompok tani dan sebagainya. Dari sanalah diketahui kelompok tani belum memiliki keahlian dalam pengolahan kopi yang sesuai standar.

“Lantas kita mencoba membuat kajian dan kita coba mencari petani atau kelompok usaha yang memiliki kemampuan untuk mengolah kopi. Alhasil di tahun 2021 akhir kita menemukan KPSU Solok Rajo dan kita kontrak mereka sebagai pendamping agar tepat sasaran dan tujuan tercapai. Dengan harapan terjadi peningkatan ekonomi dikalangan para petani kopi Bantjah,” ujarnya.

Usai dilakukan pendampingan, lanjut Iskandar, akhirnya terjadi peningkatan yang luar biasa dari produksi kopi Bantjah. “Kemudian dengan peningkatan tersebut, kami pun membantu kembali petani melalui bibit kopi dengan harapan, terjadi peningkatan produksi kopi,” katanya.

“Dari hasil green bean kopi tersebut yang biasanya di kisaran 400 kg hingga 500 kg di akhir tahun 2022 mencapai 1 ton. Kemudian pendapatan mereka di tahun 2022 juga sudah cukup luar biasa. Mereka berhasil menghasilkan sekitar Rp 53 juta dari hasil produksi kopi Bantjah,” ucapnya.

Ia mengatakan, secara kualitas kopi Bantjah bisa dikatakan salah satu kopi premium di Kota Padang. Saat ini, pihaknya sedang melakukan pengurusan agar kopi Bantjah diakui sebagai salah satu kopi dengan kualitas premium.

“Kenapa kami katakan sebagai kualitas premium? Karena kopi Bantjah telah berhasil meraih peringkat dua sebagai salah satu kopi terbaik yang ada di Sumbar beberapa tahun yang lalu. Padahal saat itu, kopi Bantjah masih tergolong sebagai kopi baru,” pungkas Iskandar. (y)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Presiden Tinjau Harga Komoditas Pangan di Pasar Jatinegara

2024, Belanja Daerah Direncanakan Rp1,288 T