in

Bentuk Badan Pengelola Ekosistem WTBOS, Seniman dan Anak Nagari Beri Rekomendasi

Grup musik Darak Badarak meramaikan Galanggang Arang Kota Solok di Stasiun Kereta Api Kota Solok, Kamis sore (14/12) lalu.

PADEK.CO–Aktivasi Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) lewat Galanggang Arang 2023 menghasilkan sejumlah rekomendasi. Salah satunya dari seniman dan anak nagari yang terlibat dalam progam Direktorat Jendral Kebudayaan, Kemendikbudristek RI tersebut.

Rekomendasi ini lahir dari Diskusi Terpumpun bertajuk ”Penciptaan Karya Seni Merespon Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS)” yang digelar Kamis (14/12) lalu di Tarumbu Karang Cafe, Kota Solok.

Salah satunya adalah mengidentifikasi potensi anak nagari (masyarakat) dan memperluas ruang keterlibatannya sehingga bisa berkolaborasi dan berpartisipasi aktif pada perhelatan yang berhubungan dengan aktivasi WTBOS.

Sebagaimana diketahui, UNESCO menetapkan WTBOS sebagai Warisan Dunia pada 6 Juli 2019. WTBOS merupakan konsep tiga serangkai dari industri pertambangan batubara di Sawahlunto yang dibuat kolonial Belanda pada akhir abad ke-19 lalu. Kemudian dibawa keluar Sawahlunto dengan transportasi kereta api melalui lima kabupaten dan kota di Sumbar hingga penyimpanan di Silo Gunung, Pelabuhan Emmahaven atau Teluk Bayur sekarang di Kota Padang.

Selain dari Sawahlunto sebagai lokasi pertambangan hingga Padang sebagai tempat penyimpanan sebelum dibawa ke berbagai negara, jalur kereta api untuk pengangkutan batubara tersebut melewati Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanahdatar, Kota Padangpanjang, dan Kabupaten Padangpariaman.

Diskusi terpumpun Kamis lalu itu diiukuti 32 peserta perwakilan anak nagari dan seniman dari delapan  kabupaten dan kota di Sumbar. Ini merupakan rangkaian dari program kuratorial Kaba Rupa di Galanggang Arang Kota Solok.

Sesi awalnya dipantik oleh lima dewan kurator Galanggang Arang. Yakni Edy Utama, Dede Pramayoza, Sudarmoko, Donny Eros dan Mahatma Muhamad. Mereka memaparkan terkait pengalaman kreatif selama perhelatan. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian kelompok untuk diskusi dan refleksi mendalami sekaligus penyusunan rencana aksi bersama yang kemudian menghasilkan tujuh rekomendasi.

Dalam penutupan Galanggang Arang 2023 di Stasiun Kereta Api Kota Solok pada Kamis malam (14/12), rekomendasi tersebut diberikan kepada Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah dan Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jendral Kebudayaan, Kemendikbudristek RI Ahmad Mahendra.

Salah seorang kurator Mahatma Muhamad menjelaskan, diskusi itu refleksi dari kerja-kerja komunitas di setiap titik perhelatan Galanggang Arang. Nah, rekomendasi yang telah dilahirkan untuk menguatkan pelaksanaan Galanggang Arang ke depan.

”Setiap upaya untuk perangkulan komunitas perlu direfleksikan. Ruang kritik otokritik ini diperlukan supaya perhelatan yang dilakukan untuk mengaktivasi WTBOS bisa berjalan lebih baik ke depannya. Benda-benda warisan itu tanpa dilekatkan memorial warga, maka ia hanya menjadi benda mati tanpa nyawa. Benda itu hidup karena diingat dan dijaga sebagai sebuah kepemilikan,” ujar Mahatma dalam relis yang Padang Ekspres terima kemarin.

Kurator lainnya, Donny Eros menyebutkan, Galanggang Arang terlaksana di delapan kabupaten dan kota di Sumbar. Yakni Kota Padang, Kota Padangpanjang, Kabupaten Padangpariaman, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanahdatar, Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto dan Kota Solok.

Pada setiap titik, perhelatan ini dinilai berhasil merangkul ribuan anak nagari serta berbagai kelompok seni dari masyarakat, serta tergalinya berbagai inspirasi penciptaan seni dan sinergitas antar stakeholder. ”Selain itu, dampak Galanggang Arang ini adalah terciptanya ruang-ruang publik baru. Salah satunya stasiun. PT Kereta Api Indonesia (KAI) ke depan berkomitmen membuka stasiun untuk acara budaya yang diselenggarakan masyarakat,” ujar Eros.

Selain rekomendasi dari anak nagari dan seniman, juga diserahkan pernyataan kesepakatan bersama 7 kabupaten dan kota tempat WTBOS berada. Kesepakatan ini ditandatangani kepala organisasi perangkat daerah yang membidangi kebudayaan. Isinya, mereka sepakat memulai proses pembentukan sebuah badan pengelola yang dapat menguatkan ekosistem WTBOS dan menunjuk Sawahlunto sebagai koordinator teknis pembentukan badan pengelola.

Komitmen Kemendikbutristek

Sementara itu, Ahmad Mahendra menyampaikan, Kemendikbudristek akan terus berkomitmen terhadap kegiatan Galanggang Arang. Karena merupakan program prioritas dari Direktorat Jendral Kebudayaan, Kemendikburistek RI, sebagai bentuk respon atas penetapan WTBOS oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia.

”Galanggang Arang ini ajang yang tepat untuk bersinergi, berkolaborasi dan berkomitmen bersama soal Warisan Dunia kita yang ada di WTBOS ini,” sebutnya.

Dia pun berharap, semua stakeholder di WTBOS dan masrayakat, sama-sama berkomitmen untuk pelaksanaan Galanggang Arang. ”Semoga Galanggang Arang bisa diadakan di seluruh kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Barat,” ujar Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jendral Kebudayaan, Kemendikbudristek RI itu.

Koordinator kurator Galanggang Arang Edy Utama, pada orasi kebudayaan di penutupan Galanggang Arang menyampaikan pesan agar anak nagari hendaklah menjaga warisan ini, memanfaatkan dan meningkatkannya untuk kemajuan dan kesejahteraan anak nagari Minangkabau.

”Bagaimana seyogianya masyarakat Minangkabau memperlakukan warisan yang mereka warisi, jangan sampai ada yang hilang dan terlupakan. Prinsip ini seyogianya juga dipakai untuk Warisan Dunia seperti Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto, karena telah berkontribusi bagi perkembangan kebudayaan Minangkabau,” tukas Edy. (gan)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Padang dan Bandung Masuk Daftar 100 Kota dengan Kuliner Terbaik Dunia

Tebing Longsor dan Timpa Satu Rumah Warga di Sumbar Setelah Gempa