Penurunan angka stunting terus diupayakan oleh Pemko Solok. Salah satunya membentuk tim audit stunting daerah, yang bertujuan untuk mengurangi angka stunting.
“Tim audit ini merupakan tim akan melakukan gerakan jemput bola ke masyarakat, seperti kunjungan ke beberapa tempat sasaran,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinkes kota Solok, Hartini, Kamis (21/7).
Ia menyebut, baru-baru ini ditemukan kasus stunting balita dan ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Kota solok. Tim audit melakukan kunjungan lapangan kebeberapa tempat sasaran untuk melakukan konfirmasi, koordinasi serta verifikasi lapangan terhadap sasaran anak yang stunting.
Berdasarkan hasil kunjungan lapangan itu, tim audit menyusun laporan pelaksanaan di lapangan untuk audit kasus stunting oleh tim pakar yang terdiri dari dokter spesialis anak, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, psikolog dan ahli gizi dari Dinas Kesehatan.
Tak hanya itu dijelaskannya, kedatangan tim audit stunting guna memberikan edukasi kepada kedua orangtua guna adanya perubahan status gizi sang balita, seperti menanyakan kecukupan asupan gizi, lingkungan sekitar rumah dan kepatuhan si ibu membawa anak ke Posyandu.
“Kemudian output yang diharapkan yaitu adanya perubahan status gizi anak yang mengalami stunting menjadi lebih baik dan intervensi dari tim audit stunting sendiri,” tukasnya.
Kepala DPPKB Kota Solok, Ardinal, menyebutkan, menurut data yang diterima, sampai saat ini di Kota Solok terdapat 8.328 kepala keluarga yang termasuk keluarga berisiko stunting. Sementara angka stunting Kota Solok saat ini sebesar 18,5 persen, Kota Solok merupakan daerah yang terendah angka stunting di Provinsi Sumatera Barat.
Salah satu langkah awal yang dilakukan yakni dengan segera merumuskan dan menerbitkan regulasi penanganan dan penurunan stunting di Kota Solok sebagai pedoman dalam mengambil langkah-langkah teknis di lapangan.
Hal ini merupakan tantangan besar dan butuh kerja sama dari semua pihak, termasuk OPD dalam rangka penanganan dan upaya penurunan angka stunting di Kota Solok. Ia mengharapkan komitmen dan kerja sama antar OPD, baik sektor kesehatan maupun nonkesehatan, serta swasta dalam pembangunan pangan dan gizi.
“Meski persentase terbilang rendah, kita tak bisa terlena, malahan itu menjadi tantangan kita bagaimana terus menekan stunting agar persentasenya menurun, perlu langkah-langkah yang cepat dan tepat dalam upaya penurunan jumlah penderita stunting di Kota Solok,” tutupnya. (frk)