in

Berakhir Pekan saat Car Free Day di GOR H Agus Salim

Di Luar Padat, di Dalam Stadion Bayar

Sejak ditetapkan sebagai salah satu kawasan hari bebas kendaraan atau car free day, setiap Minggu pagi kawasan GOR H Agus Salim, Padang, selalu ramai dikunjungi masyarakat Kota Padang. Bagaimana kondisinya?

Pagi semakin terang. Ribuan masyarakat dengan pakaian olahraga, baju kaos, celana training, dan sepatu olahraga semakin memadati kawasan GOR H Agus Salim. Ada yang datang bersama teman dan keluarganya, tidak sedikit pula yang sendirian saja.

Di depan gerbang utama Stadion H Agus Salim, terlihat ratusan masyarakat bersenam diiringi suara musik yang menghentak setiap pengunjung untuk menggerakkan badannya. Dua orang instruktur terlihat memandu peserta untuk mengikuti gerakan senam.

Khusus untuk berkeluarga, tujuan utama lebih kepada membawa anak dan istri untuk menikmati hari libur sembari berolahraga di pagi hari. Namun, hampir tidak ada ruang bagi masyarakat untuk berlari pagi di GOR Agus Salim. 

Bagaimana tidak, sekeliling jalan di kompleks olahraga terbesar di Padang ini telah disesaki padagang yang menggelar lapak di badan jalan. Bukan hanya di jalan, setiap ruang kosong di GOR H Agus Salim tak luput diisi pedagang yang umumnya berjualan dengan membawa mobil maupun dengan tenda.

Karenanya, GOR seperti berubah menjadi pasar kaget. Kondisi itu membuat masyarakat yang hendak berolahraga terganggu. Berbagai macam jualan dipasarkan pedagang, mulai dari jualan pakaian orang dewasa hingga anak-anak.

Juga ada jualan jajanan ringan hingga santapan menu berat, dengan mudah ditemukan di GOR. Kemudian mainan anak-anak hingga perlengkapan hobi orang dewasa, bisa didapatkan pengunjung.

Bukan hanya itu, di beberapa tempat ditemukan pedagang yang menjual sayur-sayuran, bahan dapur, sampai dengan keperluan rumah tangga lain, serta perlengkapan pertanian seperti parang dan berbagai peralatan berjejer di sepanjang jalan.

Salah satu pengunjung yang ditemui Padang Ekspres Minggu pagi (15/1) itu adalah Asisten Pelatih Semen Padang FC, Delvi Adri, yang datang bersama istri dan kedua putrinya. Mantan penyerang Semen Padang era-90-an tersebut terlihat berjalan mengelilingi GOR H Agus Salim bersama keluarga. 

Delvi mengaku cukup rutin datang bersama keluarga ke kawasan GOR untuk berolahraga pagi, juga memanfaatkan waktu bersama keluarga. “Selain olahraga, datang ke GOR bersama keluarga juga untuk menghabiskan waktu bersama anak dan istri,” kata Delvi.

Delvi juga mengomentari terkait kondisi GOR H Agus Salim yang cukup semrawut setiap Minggu pagi. Menurutnya memang keberadaan para pedagang yang memakai badan jalan untuk menggelar dagangannya cukup mengganggu masyarakat yang ingin berolahraga.

“Diberlakukannya car free day di kawasan GOR H Agus Salim memang memberikan efek perekenomian yang cukup bagus. Tapi, mungkin perlu dirapikan lagi, karena jalan untuk berolahraga semakin sempit dengan banyaknya pedagang,” sebut Delvi.

Pengunjung lain, Diana yang datang bersama teman-temannya mengatakan, datang ke GOR memang untuk lari pagi. Tapi, keberadaan pedagang membuatnya harus berolahraga di dalam stadion. Tapi, masuk ke dalam stadion pengunjung juga harus dipungut bayaran lagi.

“Masuk ke stadion kami dipungut bayaran Rp 2.000, jadi harus mengeluarkan uang ekstra lagi. Kalau memang ingin olahraga,” sebut Diana.

Cukup sering datang ke GOR H Agus Salim, Diana mengakui, adakalanya datang ke kawasan car free day itu tidak saja untuk olahraga. Dia hanya berkeliling bersama teman-temannya, sembari sarapan pagi.

“Kadang tujuannya tidak untuk olahraga. Di sini cukup banyak pilihan sarapan. Selain itu juga bisa belanja yang lain,” sebutnya.

Heru Putra, warga Bypass yang datang bersama pasangannya, menyebut kondisi GOR H Agus Salim yang cukup semrawut setiap pagi memang cukup mengganggu. “Tidak bisa lari. Hanya sekadar jalan kaki, itupun dengan kondisi ramai,” katanya.

Dia berharap, Pemko Padang selaku pengelola bisa menata pedagang, sehingga pengunjung bisa menikmati kegiatan berolahraga di kawasan olahraga Padang itu. 

“Harus ditata. Karena, banyak yang datang ke sini untuk olahraga, tapi banyak yang harus mengurungkan niatnya,” jelasnya.

Salah seorang pedagang, Apen Putra, 35, kepada Padang Ekspres menyebut untuk bisa berjualan di sekitaran GOR H Agus Salim, dia harus membayar uang registrasi kepada petugas Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Padang sebesar Rp 5.000, sedangkan yang tertera di karcis hanya Rp 4.400. Selain iuran resmi tersebut, juga ada iuran lain yang harus dibayar, seperti uang kebersihan dan juga uang parkir.

“Satu hari itu saya bisa mengelurkan uang sebesar Rp 10.000, selain resmi. Juga ada beberapa pungutan lain. Tapi, hal itu biasa selama saya bisa jualan dengan aman,” kata Apen.

Untuk penghasilan, pria yang berjualan mainan anak-anak itu mengaku berjualan di kawasan GOR memang lebih baik dibanding jualan di hari-hari biasa. Meski tidak mau menyebut besaran omzet yang diraihnya, Apen mengaku perbandingannya mungkin dua kali lipat dibanding lokasi lain.

“Kadang saya jualan di acara-acara TK juga. Tapi, di GOR masih lebih baik, kalau bicara penjualan,” kata ayah dua putra itu.

Untuk lokasi berjualan, Apen menyebut tidak ada lokasi pasti, siapa cepat dia dapat. Karena itu, tidak jarang cek-cok antar-pedagang sering terjadi saat menggelar dagangan. Guna menghindari hal itu, Apen mengaku, malam hari pukul 10 atau 11 malam, dia sudah menandai lokasi berdagangnya dengan membentangkan tikar penanda.

“Jadi yang mau berdagang sudah tahu kalau di sini sudah ada yang isi,” katanya. Pedagang lain Eko Mardi yang berjualan jersey sepak bola dengan mobilnya mengaku untuk berjualan dirinya harus membayar registrasi sampai Rp 15.000.

“Yang resmi mungkin hanya satu. Tapi yang lain adalah uang lain, saya hanya membayar selama diizinkan berjualan,” sebut pria berkacamata itu.

Meski sudah beberapa kali diingatkan petugas untuk tidak berjualan dengan mobil, Eko mengaku harus tetap membawa mobil. Karena tidak ada lokasi lain untuk menggelar dagangannya. “Kalau diingatkan bilang iya saja. Tapi tetap diizinkan,” ulasnya.

Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Dispora Padang, Afriadi mengakui, kondisi GOR H Agus Salim sebagai kawasan car free day memang cukup dipenuhi pedagang. Namun demikian, pihaknya tidak mungkin melarang pedagang berjualan, yang bisa dilakukan adalah menata pedagang supaya lebih rapi.

“Setiap harinya petugas selalu mengingatkan pedagang untuk tidak terlalu menjorok ke jalan,” katanya, Rabu (18/1).

Dia juga mengatakan, untuk mobilnya sudah dilarang berjualan di kawasan GOR karena mengganggu. Tapi, setiap kali dilarang pedagang yang menggunakan mobil tetap saja ada. Apalagi mereka masuk saat dini hari, ketika palang belum dipasang.

“Sudah kami ingatkan. Kalau memang masih bandel, kami mungkin saja menertibkan mereka secara paksa,” tegasnya.

Terkait pungutan, Afriadi mengaku, memang ada pungutan resmi dari Dispora, sedangkan pungutan lain, dia melihat mungkin hal itu adalah keinginan pedagang juga yang minta tolong dengan pemuda sekitar untuk menjaga lapaknya.

“Kami memang akan mendata. Tapi untuk bisa melakukannya tentu saja perlu waktu,” pungkasnya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Duka Senen dan KPK

QS: Al-Baqarah ayat 11