in

Bersimpuh di Antara Dua Sujud

Ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan ampunan. Bulan, di mana saatnya amalan ditingkatkan. Bukankah orang yang berpuasa di bulan suci Ramadhan dengan penuh keikhlasan, maka ketakwaannya kepada Allah SWT akan meningkat? Karena itulah banyak kaum muslimin berlomba-lomba untuk banyak mengerjakan amal. 

Salah satunya adalah shalat berjamah di masjid, baik shalat wajib ataupun tarawih. Namun, tidak semua yang bisa berbuat demikian. Harus ada niat dan harus pula ada kemampuan secara fisik. Bapak lanjut usia jamaah kami itu punya keinginan yang kuat, namun fisiknya tidak mampu. Dia tidak bisa lagi melaksanakan semua rukun shalat. Apalagi duduk bersimpuh di antara dua sujud. Dia terpaksa duduk sembahyang di atas kursi. 

Sesungguhnya, kemampuan untuk melaksanakan seluruh gerakan dalam shalat dengan baik tergantung kepada tingkat kemampuan fisik seseorang. Ada dua kemungkinan gerakan shalat tidak sesuai dengan yang yang disuruh agama. Pertama, mungkin dia belum mengerti dan kedua, mungkin ada gangguan atau ada penyakit pada tubuhnya.

Mustahil, seseorang akan berdiri tegak shalat jika dia dalam keadaan pusing. Seseorang tidak akan sempurna rukuknya kalau sedang menderita sakit pinggang. Gerakan shalat yang memerlukan tingkat kemampuan fisik prima adalah sikap “duduk di antara dua sujud. Posisi itu  bisa dilaksanakan sempurna jika tidak sedang menderita sakit punggung, sakit panggul, sakit lutut, sakit tumit dan sakit ujung jari. Itulah sebabnya, salah satu pemeriksaan kesehatan untuk menilai apakah fungsi sendi panggul, sendi lutut ataupun tumit adalah menyuruh penderita duduk bersimpuh seperti duduk di antara dua sujud. 

Di antara sendi panggul, sendi lutut dan sendi pada tumit, maka sendi lutut adalah sendi yang paling berperan untuk posisi duduk di antara dua sujud. Jika sendi itu sudah mulai terganggu seperti adanya nyeri dan kaku, maka sangat susah menekukkannya untuk duduk bersimpuh. Sebelum bulan puasa, banyak ibuk-ibuk setengah umur minta obat agar nyeri dan kaku lututnya berkurang atau hilang. Salah satu tujuannnya, adalah agar tidak ada masalah pada lututnya ketika Shalat Tarawih. Memang mereka mendapatkan beberapa obat ataupun membelinya. Tapi ketika pengaruh obat itu habis, maka lutut itu akan sakit dan kaku lagi. Hal itu terjadi karena nyeri dan kaku lutut itu umumnya terjadi karena faktor ketuaan. 

Sebagaimana diketahui bahwa penuaan usia, juga diikuti oleh penuaan fungsi fisik tubuh. Salah satunya penuaan pada sendi terutama sendi yang menopang tubuh, seperti sendi lutut dan panggul. Dengan pertambahan umur dan pemakaian yang lama maka, sendi itu akan haus, rawannya menipis dan mengapur, serta keropos. Lama-lama berubah bentuk jadi bengkok, goyah dan  kaku, sehingga tidak bisa dibengkokkan secara sempurna. Dalam istilah kedokteran, penuaan sendi itu  disebut osteoartritis.

Osteoarthritis lutut dengan nyeri dan kaku diderita oleh jutaan orang di seluruh penjuru dunia karena ketuaan. Bisa dicontohkan bagai sebuah engsel, setelah lama dipakai, suatu saat akan berkarat dan haus. Begitu juga sendi lutut, dia akan goyah, tidak stabil dan rawannya menipis tidak merata lagi. Akibatnya, sendi itu susah digerakkan dan terdengar bunyi waktu dilipatkan dan diluruskan. Secara medis, osteoarthritis terjadi akibat tulang rawan dan bantalan antara sendi sudah menipis dan rusak disertai kekurangan cairan pelumas sendi. 

Biasanya gejala osteoarthritis dimulai sesudah umur 40 tahun ke atas dan keluhan bertambah dengan bertambahnya umur. Hampir 99%, orangtua di atas 75 tahun akan  menderita penyakit lutut ini. Jumlah penderita yang lebih muda semakin meningkat, karena perubahan pola hidup yang cenderung memberi beban  berlebihan pada lutut. Misalnya, kegemukan dengan kelebihan berat badan, jenis pekerjaan yang banyak berdiri, berjalan, jongkok apalagi harus sering naik turun tangga. Pada orang kita sering keluhan awal dibawa berobat adalah tidak bisa duduk bersimpuh lagi di antara dua sujud. Lama-lama, akhirnya sendi lutut itu goyah dan bengkok. 

Pada keadaan awal, pengobatannya hanya dengan istirahat dan mengurangi aktivitas yang menambah beban lutut. Bisa ditambah dengan obat-obatan penghilang nyeri dan penambah cairan sendi. Jika penyakitnya bertambah, dapat dipakai alat bantu seperti tongkat dan pemanasan (fisioterapi). Namun yang terpenting adalah menjelaskan pada penderita bahwa osteoartritis merupakan proses penuaan sendi lutut alamiah dan pengobatan hanya memperlambat proses.

Kalau sudah sampai pada keadaan penyakit lanjut di mana sendi lutut sudah rusak total, maka pengobatan satu-satunya adalah operasi penggantian sendi lutut dengan sendi buatan. Tidak ada artinya lagi obat-obatan, baik yang dimakan atau disuntikkan ke dalam lutut. Obat-obatan yang dimakan mungkin  hanya untuk sekadar penghilang nyeri.

Bagi yang masih berumur muda tentu penting sekali dilakukan usaha pencegahannya. Pertama, memperkuat otot dan urat sekitar lutut sehingga beban rawan sendi jadi berkurang saat berdiri. Memperkuat otot itu bisa dilakukan dengan bersepeda ringan, menghindari sering naik tangga atau melatih gerakan lutut itu sesering mungkin. Jika sudah mulai ada gejala kurangilah beban lutut itu dan kurangi berat badan. Jika suatu pekerjaan bisa dilakukan berdiri janganlah dilakukan sambil berjalan. Jika suatu pekerjaan bisa dilakukan duduk janganlah dilakukan dengan berdiri. 

Duduk di antara dua sujud di samping mengandung banyak implementasi terkait aspek kebugaran fisik, posisi ini juga baik untuk kesehatan terutama untuk memperbaiki aliran balik pembuluh vena di anus. Posisi ini bisa meningkatkan aliran balik vena, sehingga bisa mengurangi atau mencegah penyakit hemorhoid atau wasir.

Dapat disimpulkan bahwa semua gerakan dalam shalat, adalah gerakan yang menggambarkan tingkat kesempurnaan fungsi tubuh. Berbahagialah kita ketika fungsi tubuh itu  masih sempurna. Jika fungsi tubuh seseorang  sudah menurun, banyak kita saksikan gerakan sembahyang mereka terganggu. Terpaksa duduk di atas kursi dan pakai alat bantu lain. Karena itulah mungkin ada hadis Rasullullah yang  berisi peringatan pada para imam agar tidak memperlama shalat jika sedang  shalat berjamaah (Syarh Shahih Muslim, 4: 164). Jadi, apabila kebanyakan makmum orang-orangtua yang umumnya sudah bermasalah dengan lutut, para imam sebaiknya berusaha tidak membaca ayat ayat-ayat yang panjang. Pengalaman di beberapa masjid,  saya dapati bahwa ada jamaah yang tidak jadi melanjutkan tarawihnya ketika tahu imamnya suka berlama-lama saat membaca ayat, rukuk dan sujud.

Masa tua pasti akan datang. Begitu juga penuaan tubuh termasuk sendi lutut. Karena itu selagi muda, perkuatlah urat- urat lutut sembari mengurangi bebannya dengan menghindari kegemukan yang berlebihan. Di samping itu, ingatlah selalu bahwa shalat itu adalah hadiah terbaik dari Allah buat umat Islam. Shalat itu memiliki aspek vertikal berupa aspek ihsan dan aspek kesehatan. Selamat berpuasa dan memperbanyak amal agar kita makin takwa. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

WhatsApp Tambahkan Filter di Fitur Kamera

Kondisi Yandri terus Membaik