ACEHTREND.CO, Banda Aceh – Perairan Indonesia merupakan salah satu habitat sekaligus sebagai jalur migrasinya mamalia laut.
Fenomena terdamparnya mamalia laut yang terkadang berujung pada kematian harus disikapi serius. Mengingat, dari 90 jenis mamalia laut yang ada di dunia, 33 jenisnya ada di Indonesia.
Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Darmawan, mengatakan, bimbingan teknis penanganan mamalia laut terdampar, yang dilanjutkan dengan pembentukan jejaring tugas penanganan mamalia laut terdampar penting dilakukan. Terlebih, kondisi perairan Indonesia yang kian padat, ditambah dengan bertaburnya sampah, dan perburuan menyebabkan kehidupan mamalia laut terancam.
“Harus ada gugus terdepan di lokasi mamalia laut kerap terdampar. Jejaring ini yang bergerak melakukan penanganan awal. Sehingga, mamalia bisa diselamatkan dan dirilis kembali ke habitatnya,” ujar Agus, saat membuka Bimbingan Teknis Mamalia Laut Terdampar, di Pontianak, seperti dilansir mongabay.co.id.
Agus mengatakan, mamalia laut dari kelompok paus, lumba-lumba, dan dugong, saat ini berstatus terancam punah menurut kategori IUCN Redlist. Paus dan lumba-lumba merupakan kelompok akuatik yang sering terdampar di pantai-pantai Indonesia.
Tindakan
Koordinator Spesies Laut WWF Indonesia, Dwi Suprapti, mengatakan jika menemukan mamalia laut yang terdampar maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mendekati mamalia tersebut secara hati-hati. “Hindari daerah mulut dan ekor. Lindungi lubang nafas dan matanya dari pasir atau benda-benda asing lainnya, termasuk air. Jika mamalia tersebut berada di air, bopong dan berikan sokongan agar terapung,” kata Dwi.
Berikutnya, lindungi sirip agar tidak patah. “Sirip terdiri dari tulang rawan, sehingga rentan patah. Jika patah mamalia tersebut tidak bisa berenang,” tambahnya.
Jika terdamparnya di pasir, gali lah pasir di bagian bawah sirip dada dan badan. Lalu, isi lubang tersebut dengan air. Hal ini untuk mengurangi tekanan gravitasi, karena tulang dada mamalia juga rentan. Gunakan matras sebagai alas.
Untuk menghindari stres, hindari banyak orang di sekeliling mamalia terdampar itu. Stres bisa menyebabkan kematian pada mamalia. Jika terkena terik matahari, mamalia yang terdampar harus dilindungi. Selanjutnya, saat mengangkat ke tandu, sirip harus ditekus sejajar tubuh, tetapi jangan dipaksa. “Saat pelepasan, kepalanya harus mengarah ke laut. Jika menggunakan kapal sisi kain tandu yang dibuka di bagian yang jauh dari kapal. Sehingga, saat berenang mamalia ini tidak menabrak kapal,” tambahnya.
Dwi menambahkan, ada beberapa kode yang dapat diberikan pada mamalia laut yang terdampar ini. Kode 1, artinya hewan masih hidup (alive). Kode 2, hewan baru saja mati dan belum ada pembangkakan (fresh dead). Kode 3, bangkai mulai membangkak (moderate decomposition), Kode 4, bangkai sudah membusuk (advance decomposition). Kode 5, bangkai sudah menjadi kerangka (severe decomposition). “Kode ini untuk memudahkan pelaporan, dalam bentuk SMS, MMS atau aplikasi komunikasi lainnya,” tukas Dwi.
Dalam bimbingan teknis tersebut, dibentuk pula jejaring tugas penyelamatan mamalia laut terdampar regional Kalimantan dengan Balai Pengelola Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak selaku koordinator kegiatan.
“Kecepatan dan ketepatan penanganan berkontribusi besar terhadap keselamatan mamalia laut yang terdampar. Setiap komponen, bertugas untuk mempercepat penanganan dan penyelamatan mamalia laut yang terdampar,” terang Iwan Taruna Alkadrie, Kepala Seksi BPSPL Pontianak.[].
Sumber :mongabay.co.id.