Dulu tak Terpikirkan Bakal Seterkenal Sekarang
Melejitnya Carolina Marin turut membuat para pemain dari luar Asia percaya diri mengejar prestasi. Kebanggaan Spanyol kepadanya diwujudkan lewat penunjukan sebagai duta La Liga sampai gedung olahraga yang dinamakan dirinya.
Laga di Stadion Bernabeu tengah seru-serunya. Tapi, tatap mata pria itu justru tak tertuju ke lapangan. Melainkan ke perempuan yang duduk berselang satu kursi darinya.
Beberapa menit berselang, mungkin setelah meyakinkan diri atau mengumpulkan keberanian, pria tersebut akhirnya menyapa, “Maaf, tapi Anda mirip sekali dengan Carolina Marin…”
Yang ditanya langsung tersenyum lebar sambil mengangguk. Sebab, dia memang Carolina Marin! “Sampai dengan beberapa tahun lalu, (dikenali di tempat umum, red) itu sesuatu yang tak terpikirkan,” kata Marin dalam sebuah wawancara dengan media terkemuka Spanyol, Marca.
Peristiwa di Santiago Bernabeu itu terjadi tak lama setelah dia menjadi juara dunia bulu tangkis untuk kali kedua pada 2015. Alias back toback karena gelar pertama dia rebut setahun sebelumnya.
Ketika kemudian Marin juga sukses merebut emas tunggal putri di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, yang tak terpikirkan beberapa tahun lalu itu kian menjadi tak terduga. Tidak hanya selalu dikenali orang di mana pun dia berada. Para bintang olahraga Spanyol pun ramai-ramai turut memberikan selamat.
Mulai petenis Rafael Nadal, pesepakbola Iker Casillas, hingga pebasket Pau Gasol. Di Huelva, kota kelahirannya, sebuah gelanggang olahraga juga dinamai Palacio de Deportes Carolina Marin.
“Saya bangga tentu saja,” kata pebulutangkis 24 tahun itu kepada Jawa Pos (Group Padang Ekspres) yang menemuinya di sela-sela BCA Indonesia Open Super Series Premier (BIOSSP) 2017 di Jakarta.
Kalau awalnya Marin menganggap popularitasnya tersebut sebagai sesuatu yang tak terpikirkan, itu wajar. Sebab, dia datang dari negara yang kaya prestasi kelas dunia. Di berbagai cabang olahraga yang keterkenalannya di level global jauh di atas bulu tangkis.
Mulai sepakbola, basket, tenis, sampai MotoGP dan Formula 1. Jadi, warga Negeri Matador itu punya banyak sekali bintang yang bisa dibanggakan. Bulu tangkis pun baru berkembang di Spanyol pada era 1970-an. Mengutip situs Spanish Unlimited, kejuaraan nasional diadakan untuk kali pertama di sana pada 1982.
Tapi, melejitnya prestasi Marin telah turut sangat mendorong perkembangan bulu tangkis di Spanyol. Anak-anak kecil hingga remaja yang berlatih olahraga tepok bulu itu semakin banyak. Akademi-akademi pun bertumbuhan di berbagai kota.
Stigma bahwa bulu tangkis adalah olahraga Asia dengan sendirinya juga turut tertepis. Sebab, Marin adalah perempuan non-Asia pertama yang bisa merebut emas Olimpiade di badminton. Di level kejuaraan dunia, tunggal putri non-Asia terakhir yang juara adalah pebulu tangkis Denmark Camilla Martin pada 1999.
Karena itu, juara tunggal putri Eropa pada 2014 dan 2016 itu pun seolah menjadi wajah lain kekayaan prestasi olahraga Spanyol. Ada semacam “konsensus” di sana, keberhasilan Marin menjadi juara dunia dan Olimpiade dianggap jauh lebih mengejutkan ketimbang, misalnya, keberhasilan Spanyol menjadi juara Eropa dan dunia di sepakbola.
Atau kesuksesan Nadal mengoleksi 15 gelar Grand Slam. Sebab, Negeri Matador itu secara tradisional memang dikenal sebagai kekuatan besar di cabang-cabang olahraga tersebut.
Karena itu, LFP, operator La Liga, pun langsung menunjuk pebulu tangkis peringkat kedua dunia tersebut sebagai duta global. Marin juga mendapat kepercayaan mengenalkan 64 cabang olahraga (cabor) non-sepakbola plus cabor Paralimpiade.
Sponsor pun terus berdatangan. Sebelum tampil di BIOSSP 2017, pebulu tangkis kelahiran 15 Juni 1993 itu juga menjadi duta salah satu hotel ternama di Jakarta.
Sampai-sampai ada yang menyebut, dia kalah oleh pebulu tangkis Tiongkok Chen Xiaoxin di babak pertama BIOSSP karena konsentrasinya terbelah.
Tapi, Marin membantah. “Saya sudah mencoba fokus di permainan. Tapi, lawan memang tampil lebih baik,” terangnya.
Seperti umumnya kesuksesan, Marin meraihnya melalui proses panjang dan pengorbanan besar. Lahir di Huelva, bagian dari Andalusia, Marin memang mengenal olahraga sejak usia dini. Bulu tangkis mulai diakrabi sejak berusia 8 tahun di klub IES La Orden, Huelva. Di saat berbarengan, dia juga mempelajari flamencoo, tarian khas Spanyol.
Empat tahun berselang, orang tua meminta dia memilih antara bulu tangkis dan flamenco. Pilihannya jatuh pada yang pertama. “Pada usia 14 tahun, saya harus meninggalkan keluarga dan teman-teman di Huelva dan menuju (ke pemusatan latihan nasional di) Madrid,” katanya.
Bakatnya mulai terlihat saat menjadi runner-up kejuaraan junior Eropa 2009. Di tahun yang sama, dia juga sukses memenangi kejuaraan Eropa U-17. Karena tak banyak lawan latih setara, Marin pun harus berpindah-pindah ke sejumlah negara untuk menimba ilmu. Di antaranya ke Indonesia dan Tiongkok.
Di Cipayung, Marin berlatih dengan tunggal putri Spanyol lainnya, Beatriz Corralez, selama sekitar sebulan pada 2013. Jelang Olimpiade dan Indonesia Terbuka 2016, dia juga sempat kembali nebeng latihan di tempat yang sama bersama pemain Skotlandia Kirsty Gilmour.
Kontribusi Cipayung dalam kesuksesannya itu pula yang membuat Marin sangat populer di sini. Bahkan, secara guyon, Marin pernah menyebut, di Indonesia, dirinya tak ubahnya Cristiano Ronaldo.
“Tenaga dan kecepatannya istimewa. Bahkan waktu pas latihan (di Cipayung) pun sudah terlihat,” kata Dinar Dyah Agustine, tunggal putri penghuni Cipayung, yang sempat berlatih bersama pada 2016.
Jenjang prestasinya juga sangat stabil, memperlihatkan penataan latihan dan jadwal bertanding yang terkonsep. Lihat saja, setelah menjadi juara Eropa junior pada 2011, dia memenangi kejuaraan junior dunia di tahun yang sama. Tiga tahun kemudian merajai level senior dan pada 2016 merebut emas Olimpiade.
“Peluang pemain Eropa dan Asia untuk berprestasi sama besarnya,” kata Marin. Kelebihan Marin terletak pada keberhasilannya memadukan gaya Asia dan Eropa. Ketajaman serangan dan kelengkapan pukulannya sangat Asia. Sedangkan ketahanan fisik dan kekuatan mentalnya khas Eropa.
Melejitnya pemain yang telah mencatat 281 kemenangan di sepanjang karir itu pada akhirnya juga turut membantu bulu tangkis mengepakkan sayap. Banyak pemain dan negara di luar Asia yang jadi percaya diri untuk mengejar prestasi. Apalagi ditambah keberhasilan Denmark menjuarai Piala Thomas untuk kali pertama dua tahun lalu.
Selama ini salah satu handicap bulu tangkis hingga eksistensinya di Olimpiade sempat terancam adalah olahraga tersebut terlalu dikuasai Asia. Sebelum Marin melakukannya tahun lalu, sejak dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992, hanya Poul-Erik Hoyer Larsen dari Denmark yang bisa merebut emas. Selebihnya milik para pemain Asia.
“Apa yang dilakukan Marin itu bagus untuk persaingan, bagus untuk bulu tangkis. Kami jadi percaya diri untuk mengejar prestasi,” kata tunggal putra Inggris Rajiv Ouseph. (*)
LOGIN untuk mengomentari.