Jumat, Sering Lihat ke Arah Mushala
Longsor yang menimpa Mapolres Arosuka Kabupaten Solok meninggalkan sekelumit cerita yang cukup membuat bulu kuduk merinding. Musibah Senin (4/12) dini hari itu mengakibatkan beberapa bangunan di sekitar mapolres rusak berat. Salah satunya kantin milik Bu Cecep, 55, yang telah berjualan sejak mapolres itu baru berdiri.
Sejak seminggu terakhir Bu Cecep selalu berpikiran untuk memindahkan dapurnya ke pojok kantin. Alasannya, hujan semakin deras, sehingga dikhawatirkan tanah di pinggir kantin tak kuat menahan derasnya air. Apalagi di samping kantin merupakan tanah gembur yang tanahnya sangat mudah ambruk. ”Sejak cuaca buruk dan tidak menentu, saya sudah berpikiran memindahkan barang-barang dapur ke pojok kantin, tapi tetap saja berat hati untuk melakukannya,” ungkapnya kepada Padang Ekspres, Senin (4/12).
Walaupun demikian, Bu Cecep beserta anaknya tetap berjualan di kantin yang menyediakan menu nasi, nasi soto, mi goreng, nasi goreng, kopi dan teh jahe. Langganan kantin ini adalah anggota kepolisian Mapolres Arosuka.
Hari demi hari berlalu, cuaca tak kunjung membaik. Pagi gerimis, siang hujan, sore gerimis, lalu malam hari hujan lagi. Begitu cuaca ekstrem yang melanda sepuluh hari terakhir di kawasan itu. Namun, Bu Cecep terus menjalankan kehidupannya dengan tetap menyediakan menu, tapi dalam kondisi hati bercampur aduk.
”Pada Jumat, saya cukup sering melihat ke arah mushala. Entah apa yang ada di pikiran saya, tapi hujan dan dingin membuat saya enggan ke luar dari dapur,” ceritanya sambil meracik kopi, serta teh jahe untuk beberapa anggota kepolisian yang sedang berkumpul di samping kantin.
Bu Cecep melanjutkan ceritanya, Sabtu pagi, terlihat retakan besar di sekitar mushala dan sepanjang jalan masuk halaman mapolres. Pihak Polres langsung mengambil tindakan dengan memasang police line di areal tersebut, termasuk kantin Bu Cecep.
Bu Cecep dengan sigap memindahkan barang-barang dan peralatan dapurnya ke pojok kantin yang diperkirakan cukup aman dari risiko tanah longsor. ”Namun, Sabtu (2/12), karena ada pemberitahuan dari pak polisi, saya bersama anak saya memindahkan peralatan dapur ke pojok kantin. Mungkin waktu itu dikasih pertanda oleh Allah SWT untuk menyelamatkan barang-barang yang ada. Kalau longsor datang tiba-tiba dan melanda kantin ini, dengan apa lagi kami berjualan,” tuturnya.
Kemudian, Senin (4/12) sekitar pukul 00.30, bencana longsor terjadi. Untung saja Bu Cecep menggunakan kantin tersebut hanya untuk berjualan, tidak untuk tempat tinggal.
Dia menyebut, beruntung ada pertanda tanah retak sebelum longsor terjadi, sehingga sempat menyelamatkan barang dagangannya pada Sabtu (2/12). ”Pada dini hari tadi, anggota kepolisian menelepon saya dan mengatakan kantin saya ikut ambruk kena longsor. Untungnya, cuma setengah badan kantin yang rusak sehingga barang-barang dapur saya masih selamat,” ujarnya.
Dengan kondisi kantin seperti itu, Senin (4/12) siang, Bu Cecep masih bisa melayani orang yang ingin minum kopi dan teh jahe. Cuaca masih hujan disertai angin kencang, sehingga membuat minuman tersebut laris dipesan anggota kepolisian, tamu yang melakukan pemantauan dan sejumlah awak media yang meliput peristiwa tersebut.
Bu Cecep dibantu anggota keluarganya terus siaga, karena kantinnya yang hanya tinggal setengah badan sangat rawan kembali ambruk. Apalagi hujan siang kemarin masih lebat.
Ketika pelanggan mulai sepi, Bu Cecep dibantu anak-anaknya memindahkan seluruh peralatan dapur ke ruangan lain yang cukup aman. Namun, sekitar pukul 14.00 ketika hujan masih mengguyur Lubukselasih, kantinnya menjadi hancur terseret longsor susulan. Beruntung, Bu Cecep sudah memindahkan semua peralatan dapurnya.
Di sisi lain, Syahrul Hasan, 50, warga Lubukselasih yang ditemui Padang Ekspres di bengkel motor miliknya, menyebutkan bahwa memang kawasan mapolres itu kontur tanahnya sangat labil dan lunak sehingga rawan longsor.
Sebelum didirikan mapolres, kata dia, kawasan itu dulunya sempat diproyeksikan untuk pembangunan terminal. Sebagai langkah awal, didatarkan dengan menimbun tanah yang agak rendah. ”Umumnya tanah di sekitar polres itu adalah tanah timbunan. Kalau tidak salah, dulu sempat akan dijadikan terminal, tapi entah kenapa tidak jadi dan jadi mapolres. Tanah tersebut adalah timbunan, makanya labil dan lunak,” katanya sambil menambal ban di bengkel yang tidak jauh dari mapolres.
Dia juga menyebutkan, umumnya masyarakat Lubukselasih enggan membuat rumah di sekitar kawasan itu karena banyak yang memprediksi sangat rawan bencana.
Wakil Bupati Solok, Yulfadri Nurdin yang juga mendatangi mapolres kemarin, mengimbau masyarakat terutama di kawasan Gunung Talang tetap wasdapa dan hati-hati terhadap keadaan alam yang ekstrem saat ini. Hujan dan dan angin kencang datang bersamaan.
”Masyarakat kita banyak yang tinggal di lereng bukit dan pinggir sungai. Oleh karena itu, mengingat cuaca yang ekstrem akhir-akhir ini, diharapkan masyarakat tetap waspada terhadap bencana yang mungkin terjadi seperti angin puting beliung dan tanah longsor,” imbaunya.
Kemudian dia dapat informasi, kawasan di sekitar mapolres itu merupakan daerah patahan gempa bumi. Bupati Solok Gusmal mengatakan, dia baru kali ini mendengar kalau daerah itu masuk jalur patahan Sumatera atau sesar semangka.
”Saya baru kali ini mendengar ini adalah patahan Sumatera atau sesar semangka. Untuk membuktikannya, tentu kita akan berkoordinasi dengan Dinas ESDM Sumbar dan nanti mereka memberikan petunjuk lebih lanjut pada kita, bagaimana sebaiknya langkah pengamanan mapolres kita ini ke depan,” katanya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.