BATAM – Pesona Batam terus dilirik traveller China. Setelah sebelumnya ada 1.700 turis dari Provinsi Chagsha, 11 Agustus nanti, giliran 2.088 turis dari Ordos yang akan berkunjung ke Batam. Mobilitasnya akan dikawal Citilink yang dengan menerabas rute baru Batam – Ordos, salah satu dari dua belas kota subdivisi utama Mongolia Dalam.
“Sama halnya dengan rombongan turis dari negeri Tirai Bambu sebelumnya, 2.088 turis China ini juga akan menggunakan pesawat sewa (charter flight) untuk terbang dari Negeri Tirai Bambu ke Batam. Bedanya, jika turis dari Changsha menyewa pesawat Lion, wisman dari Ordos akan terbang bersama Citilink,” kata General Manager Marketing Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Dendi Gustinandar, Jumat (28/7).
Sama halnya dengan Lion Air, Citilink juga akan mendatangkan 2.088 turis China secara bertahap. Semua diterbangkan secara bergelombang dengan frekwensi 12 kali penerbangan mulai dari 11 Agustus hingga Oktober mendatang.
“Para turis China yang masuk ke Batam ini menggunakan fasilitas bebas visa. Semua akan diterbangkan dengan menggunakan pesawat Airbus A 320 berkapasitas 180 penumpang dengan nomor penerbangan QG5900 dan QG5901,” timpal R Hendra JS, Area Manager Citilink Wilayah Kalimantan Sumatera.
Hendra menambahkan, penerbangan dari Batam dengan nomor pesawat QG 5900 akan berangkat pada pukul 16.30 menuju Ordos dan sebaliknya dari Ordos ke Batam dengan nomor QG 5901 jam 00.00. “Pesawat Citilink ini destinasi akhirnya di Jakarta. Dan akan transit di Batam untuk melakukan CIQ (custom imigration Quarantine),” ujarnya.
Lantas apa daya tarik Ordos? Mengapa juga Citilink sampai berani menerabas daerah yang kerap disebut Kota Hantu Terbesar di China? Wilayah yang berada di tengah gurun Mongolia? Originasi yang banyak dikelilingi gedung tanpa penghuni itu apa bisa sustainable?
Rupanya, Ordos adalah kota dengan cadangan batu bara dan gas alam yang besar. Kota itu diprediksi menyimpan seperenam gas alam di seluruh dunia. Pertumbuhan ekonominya sangat oke. Sejak 2011, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Ordos dan Mongolia telah mengalahkan negara berkembang lainnya di pasar Asia Timur Pasifik. Pada 2013, Mongolia mencatat pertumbuhan PDB sebesar 11,7 persen.
“Dengan destinasi Batam, ini akan matching. Ordos dan Mongolia secara keseluruhan kawasannya dibalut pegunungan yang tertutup salju. Mereka tak bisa lihat laut, pantai, apalagi underwater. Batam punya bahari yang bisa membuat mereka terharu. Turis-turis asal Ordos pasti happy berwisata ke Batam,” ucap Asdep Pengembangan Pasar Asia Pasifik Kemenpar Vinsensius Jemadu.
Dia mengapresiasi upaya Citilink menerabas rute baru Ordos-Batam. “China memiliki ceruk besar wisatawan. Angka outbond-nya menembus lebih dari 120 juta per tahun 2015, dan terus naik. Jadi perlu ada pola perjalanan yang membuat mereka ringkas. Jumlah wisatawan ke Kepulauan Riau juga masih kurang. Dari 2,6 juta kunjungan yang dicanangkan sepanjang 2017, hingga Mei baru tercatat sebanyak 801.000 orang.
Ini yang harus dikejar, agresivitas maskapai penerbangan seperti Lion Air dan Citilink ini wajib didukung semua pihak,” katanya.
Vinsensius menambahkan Mongolia juga punya kedekatan budaya dengan Indonesia. Salah satunya, bisa dilihat dari sejarah nama “Rupiah” untuk mata uang Indonesia.
“Selama ini banyak orang menduga bahwa nama “Rupiah” berasal dari kata “Rupee” mata uang negara India. Namun, menurut sejarawan yang banyak meneliti tentang sejarah uang Indonesia, Adi Pratomo, “Rupiah” sebenarnya berasal dari kata “rupia” yang memiliki arti “perak” dalam bahasa Mongolia,” tuturnya.
Bila dikaji lebih jauh, ucapan VJ – sapaan akrab Vinsensius Jemadu – itu nyambung. Mongolia yang saat itu di bawah Genghis Khan yang dilanjutkan Timur Leng dan Kubilai Khan, dulunya pernah melakukan serangkaian invasi sampai ke negara-negara selatan. Di antaranya India, Afghanistan, dan Pakistan serta negara utara hingga Rusia. Negara-negara bekas jajahan Mongolia itu kemudian melakukan perdagangan ke berbagai belahan dunia, termasuk Nusantara. “Jadi Rupee India, Rupiah Indonesia dan Rubel Rusia itu memiliki sejarah yang sama. Ada kedekatan budaya yang bisa menjadi koneksi dan magnet pariwisata, ini menjadi daya tarik masyarakat Mongolia China ke Indonesia” ucapnya.
Bagi Menpar Arief Yahya, Ordos dan Mongolia juga pilihan yang tepat untuk berpromosi wisata. China itu potensinya besar sekali. Faktor ekonomi dan kedekatan budaya di masa lalu bisa dimanfaatkan untuk menarik wisman, terutama yang berasal dari Mongolia. “Kedekatan budaya dan sejarah ini yang harus didorong untuk menjaring wisman asal Ordos ke Indonesia,” ucapnya.
Angin segar tadi makin membuat Menpar Arief Yahya bersemangat. Dia pun makin pede mematok target 2 juta orang pelancong China ke Indonesia. Angkanya naik 800 ribu dari tahun 2016.
“Rute baru Ordos-Batam ini bisa menjadi pendongkrak angka kunjungan wisman yang positif. aingat pasar China dan India itu besar. Terimakasih Citilink,” kata Menpar Arief Yahya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.