Palembang (Antaranews Sumsel) – Kota Palembang, Sumatera Selatan, jika ditinjau dari konten pariwisatanya tak kalah dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Salah satu kota tertua di Indonesia yang diyakini pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya di masa silam itu memiliki lokasi wisata sejarah, wisata belanja, wisata kuliner, wisata alam dan wisata religi.
Hanya saja, patut diakui dari sisi kemasan masih perlu dipercantik jika berkaca dengan dua kota unggulan pariwisata Tanah Air, yakni Yogyakarta dan Bali.
Momentum untuk berbenah itu pun tiba setelah kota ini dipercaya menjadi tua rumah ajang olahraga paling bergengsi 45 negara Asia, Asian Games XVIII tahun 2018.
Sejak ditetapkan sebagai penyelenggara bersama Jakarta pada akhir tahun 2014 lalu, pemerintah kota setempat gencar berbenah, mulai dari memperbaiki objek wisata lama hingga menemukan tujuan wisata baru.
Tampaknya, Palembang sebagai tuan rumah berharap momen 10 hari penyelenggaraan Asian Games pada Agustus 2018 itu menjadi kesempatan untuk meninggalkan kesan mendalam ke para tamu negara. Harapannya, mereka akan bercerita ke koleganya dan akan kembali membawa serta keluarganya pada tahun-tahun mendatang.
Mengutip ucapan Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam kunjungannya ke Palembang untuk meresmikan Poltek Pariwisata, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk Asian Games itu sama saja dengan biaya promosi pariwisata. Jika untuk menggelar Asian Games ini, negara mengeluarkan Rp6 trillium – Rp7 triliun maka sebesar itu pula artinya Palembang mempromosikan dirinya.
Tak ayal, khusus untuk Asian Games ini, beberapa gebrakan dilakukan Pemerintah Provinsi Sumsel bekerja sama dengan Pemerintah Kota Palembang untuk memunculkan objek atau tujuan wisata baru, salah satunya Kampung Arab Al Munawar.
Kampung Arab ini hingga kini tetap terjaga kelestariannya meskipun sudah berusia sekitar 400 tahun, yakni ketika pertama kali dibangun oleh Syed Abdurrahman bin Muhammad Al Munawar (keturunan Yaman yang menikah dengan putri Sultan, yakni Masayu Bariyah).
Di kampung ini terdapat delapan rumah berarsitektur limas (rumah kayu khas Palembang) dan indis (rumah beton bergaya Eropa) yang berada di bantaran Sungai Musi.
Kampung Arab ini sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya oleh pemerintah, dan saat ini ditempati oleh generasi kelima Syed Abdurrahman bin Muhammad Al Munawar.
Pembenahan infrastruktur sudah tuntas dilakukan, seperti jalan-jalan di lingkungan kampung, gorong-gorong, hingga fasilitas toilet dan gerai untuk pajangan produk UMKM khas daerah.
Tak kalah penting, di kampung yang berada di bantaran Sungai Musi ini telah berdiri sebuah dermaga sehingga para wisatawan dapat menggunakan moda transportasi sungai untuk menggapai objek wisata itu.
Dermaga dengan ukuran sekitar 20 x 10 meter itu juga akan dipercantik dengan adanya cafe yang menyajikan makanan khas Arab, seperti nasi samin dan nasi kebuli. Saat puncak gerhana matahari total tahun 2016 lokasi itu juga digunakan para wisatawan.
Beragam kegiatan wisata mulai dilaksanakan di kampung itu, di antaranya yang rutin dilakukan dalam dua tahun terakhir, yakni festival kopi.
Ketua RT setempat Muhammad mengatakan, ada satu hal yang belum terwujud, yakni menyediakan homestay untuk para wisatawan “backpacker”.
“Untuk ini masih perlu dibicarakan dengan warga, karena patut dipahami bahwa ada budaya dan kebiasaan tersendiri di kampung ini yang perlu dijaga. Apakah wisatawan bisa menyesuaikan, ini yang masih menjadi pertanyaan. Sementara untuk fasilitas menjadi tidak masalah, karena ada rumah-rumah bersejarah justru bisa ditempati 9-10 kepala keluarga karena luasnya ukurannya,” kata dia.
Sejauh ini yang sudah disepakati dengan warga, yakni terkait waktu kunjungan dari pukul 08.00-17.00 WIB dan khusus pada hari Jumat tidak menerima kunjungan.
Warga kampung yang terdiri dari 75 kepala keluarga atau berpenghuni sekitar 250 orang ini, pada dasarnya telah menyetujui keinginan pemerintah itu.
Sejumlah warga semula sempat khawatir jika nantinya wisatawan yang datang tidak mengenakan pakaian yang sopan, seperti bercelana pendek.
Namun, karena perwakilan dari Dinas Pariwisata Provinsi Sumsel mengatakan akan menyiasatinya dengan membuat gerbang di depan kampung sebagai tempat untuk memberikan pakaian, seperti kain atau selendang, akhirnya keinginan ini mendapatkan respons positif.
Selain memunculkan Kampung Arab Al Munawar, Palembang juga memiliki objek wisata baru, yakni “Sudirman Walk” akan difokuskan sebagai tempat untuk menampilkan atraksi seni modern dan tradisional, khususnya pada akhir pekan.
Konsep yang diusung seperti layaknya kawasan Orchard Singapura sehingga wisatawan dapat duduk bersantai dan berlama-lama di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman itu.
Hal ini didukung dengan fasilitas infrastruktur, yakni jalur pejalan kaki yang telah disulap lebih modern dan adanya car free night khusus di akhir pekan. Toko-toko di kawasan itu juga dicat warna-warni sehingga memberikan kesan hidup di malam hari.
Namun, masih ada persoalan yang menjadi pekerjaan pemerintah setempat. Meski objek wisata ini mulai diminati dengan indikator selalu ramai setiap akhir pekan, sebagian toko di jalan utama Kota Palembang itu dalam keadaan tutup lantaran sebagian besar merupakan toko onderdil yang hanya buka di siang hari.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani mengatakan telah melakukan sosialisasi ke pemilik toko untuk memanfaatkan kesempatan berdagang di malam hari.
“Caranya pada siang hari jual onderdil, malamnya jual suvenir khas Palembang. Kami sudah berikan contoh maket ruang toko sebagai rujukan,” kata dia.
Satu lagi lokasi yang juga mencuri perhatian untuk dijadikan destinasi wisata baru Kota Palembang, yakni Kawasan Sekanak, kawasan yang memiliki perwajahan kota tempo dulu.
Kawasan yang terletak di pinggiran Sungai Musi ini akan dikembangkan dalam konsep Sekanak Kerihin (Sekanak Tempo Doloe) karena terdapat sejumlah bangunan tua.
Bangunan tua itu, yakni Bioskop Rosida atau Reks, Gudang Kopi atau Gedung Opera, Jembatan Sekanak, Gedung Tomson, Kantor Hoktong, Hotel pertama di Palembang atau bekas kantor Harian Sumeks.
Wisata Sungai
Momentum Asian Games ini akan dimanfaatkan Palembang untuk memunculkan konsep wisata sungai yang menjadi pertama di Indonesia. Berbagai objek wisata di bantaran Sungai Musi, seperti Kampung Arab Al Munawar, Kampung Kapitan, Pulau Kemaro, dan lainnya akan terkoneksi menggunakan moda transfortasi sungai.
Melalui cara ini dinyakini akan memberikan kesan mendalam ke para wisatawan sesuai dengan tagline, yakni Palembang sebagai Venesia dari Timur.
Ketua Asosiasi Travel Wisata Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Willy mengatakan organisasinya sangat mendukung apa yang sudah dilakukan pemerintah setempat. Hanya saja, objek wisata di Palembang masih perlu ditambah untuk menyambut Asian Games XVIII tahun 2018.
“Memang sudah ada penambahan tapi masih kurang karena nanti ada sekitar 15.000 orang pengunjung,” kata Willy.
Ia mengatakan sejauh ini langkah yang dilakukan pemerintah kota yang memunculkan objek baru di kawasan Sungai Musi patut diapresiasi. Namun, alangkah baiknya jika ditambah lagi karena Asian Games mendatang menjadi kesempatan daerah untuk promosi.
Sementara ini hanya sedikit objek yang sudah dikenal, seperti Benteng Kuto Besak, Kampung Al Munawar, Kampung Kapitan, dan Pulau Kemaro.
“Hingga kini pemkot belum mewujudkan rencana membangun hotel di pinggir sungai. Jika hotel ini sudah terwujud maka pelaku pariwisata akan lebih mudah menjual Kota Palembang,” ujar dia.
Meski masih banyak kekurangan di sektor pariwisata, tapi Asosiasi Travel dan Wisata Indonesia tetap mengapresiasi langkah yang diambil Pemkot Palembang dalam menggaet investor pariwisata.
Kehadiran Trans Studio diperkirakan akan mendongkrak kunjungan wisatawan, terutama wisatawan Nusantara.
“Saya rasa Sumsel harus konsisten dalam pengembangan wisata olahraga karena daerah lain belum ada yang menggarap,” kata dia.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani mengatakan, beberapa destinasi wisata baru dimunculkan tahun ini seperti kampung rumah rakit warna-warni di tepian sungai Musi, Sekanak Kerihin, Tugu Belido, dan Sudirman Walk.
“Sudah banyak yang bermunculan, tapi Palembang terus menggali termasuk wisata bercitarasa `kampung` seperti Kampung Al Munawar dan Kampung Kapitan,” kata Isnaini.
Ia mengatakan untuk destinasi wisata lainnya yang sudah eksis tak luput dari penataan terkait Asian Games ini. Destinasi itu seperti Bukit Siguntang, Benteng Kuto Besak, Kampung Al Munawar dan Kampung Kapitan, Monpera kreatif corner, dan taman sky park.
“Kami juga telah meminta jam operasional museum di Palembang bisa dibuka sampai malam,” kata dia.
Selain wisata sungai, potensi di depa mata yakni wisata olahraga. Keberadaan Jakabaring Sport City atau kawasan “newtown” yang menjadi pusat pertandingan Asian Games juga tak kalah menarik.
Bisa dikatakan JSC menjadi satu-satunya di Indonesia karena didalamnya terdapat 20 arena olahraga berskala internasional, plus sebuah danau cantik dan kawasan terbuka hijau yang sangat luas.
Pemerintah Kota Palembang telah memiliki konsep untuk memanfaatkan keberadaan JSC ini yakni paket wisata olahraga yakni tur keliling venue olahraga sembari merasakan sensasi menjadi atlet.
“Yang memungkinkan itu seperti memanah, sepeda dan sepak bola,” kata Isnaini.
Kini, saatnya bagi Sumsel meraih berkah dari sektor pariwisata setelah cukup dikenal di mancanegara karena perannya menjadi tuan rumah berbagai ajang olahraga skala internasional.
Ada baiknya, Sumsel fokus menggali potensi budaya sendiri yang tidak kalah dengan negara-negara lain.