Palembang, BP
Lektor (Assistant Professor) Waseda University Japan, Prof Riela Provi Drianda PhD, yang memiliki pengalaman dalam merekonstruksi beberapa kota besar di Indonesia dan beberapa negara mengaku sangat tertarik mempelajari sejarah Palembang terutama Kerajaan Sriwijaya yang beribukota awal di Palembang.
Hal ini berawal saat dirinya mengerjakan sejumlah proyek dan banyak membaca literatur asing yang kebanyakan tentang Sriwijaya.
“Misalnya catatan dari biksu I Tsing , ada beberapa jurnal yang bercerita tentang hal itu, atau tentang disease saya lupa negaranya di Laos atau dimana mereka menduga penyakit itu datangnya dari tanah semenanjung Sumatera dari Sriwijaya, bagi saya hal-hal tersebut menarik ya dan ketika saya tahu Sriwijaya dari literatur-literatur asing itu membuat kayak kok saya belajar sejarah apa aja ya? sampai tidak ada melekat hanya Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terbesar di Sumsel itu aja, tapi tidak ada narasi-narasi lebih banyak ,” kata Riela usai menjadi narasumber di Seminar dan Workshop Digital Culture and Social Design di UIN Raden Fatah Palembang, Rabu (18/12).
Dia menyayangkan narasi-narasi tentang Sriwijaya minim di Indonesia sedangkan di negara lain narasi-narasi tentang Sriwijaya sangat banyak.
“ Karena saya latar belakangnya urban planing , bahwa Palembang kota tertua di Indonesia nah itulah kok enggak ada narasi kota tertua, padahal itu potensi yang sangat bangus dikembangkan kedepan,” katanya.
Setelah belajar tentang Sriwijaya dan tentang heritage yang ada di Palembang pihaknya ingin kota Palembang bisa menjadi kota pusaka dan budaya.
Dia melihat perkembangan Kota Palembang sudah cukup modern dan maju.
Namun ada beberapa hal yang masih belum difokuskan seperti heritagenya yang masih kurang dikenalkan ke masyarakat luas.
“Padahal Palembang ini banyak potensi historinya yang perlu kita sounding. Maka semuanya harus turut serta membangun Palembang ini,” katanya.
Untuk itu menurutnya, perlu diadakan workshop seperti ini untuk mengedukasi generasi muda, yang diharapkan jadi pencetus ide-ide untuk memastikan dan membranding kota Palembang sebagai kota pusaka dan budaya.
“Selama ini kalau diamati, orang datang ke Palembang kebanyakan karena ingin makan pempek dan masih sedikit sekali yang datang karena ingin tahu tentang sejarah Palembang seperti Sriwijaya maupun Palembang Darussalam,” kata wanita asli Bandung ini.
Jadi menurutnya, ketika seseorang ditanya siapa raja Sriwijaya, mereka tidak tahu. Artinya cara menyampaikan sejarah selama ini belum maksimal.
Untuk itulah diperlukan peran masyarakat lokal dan generasi muda yang ada.
“Maka masyarakat lokal ini juga perlu tahu sejarah yang ada. Apa jadinya kalau masyarakat lokalnya sendiri tidak tahu tentang sejarah yang ada. Untuk itu perlu dicari identitas Palembang ini dulu, baru adakan event-event,” katanya.#osk