in

Doktrin Anak Pakai Buku Tulis

Betapa mengerikannya doktrin paham radikal terungkap dari barang bukti kasus teror penyerangan Polda Sumatera Utara (Sumut). Densus 88 Anti Teror menemukan 155 buku tulis yang diduga digunakan untuk mendoktrin anak-anak. Sampul buku tersebut terpampang bendera ISIS disertai foto pemimpinnya Abu Bakar al-Baghdadi. 

Di samping foto pemimpin ISIS tersebut terdapat sebuah kalimat pernyataan Baghdadi, yakni kabarkan ke seluruh murtadin di negeri-negeri muslim, ini adalah hari-hari terakhir mereka dan kabarkan ke setiap orang-orang kuffar, kami tidak main-main lain. Di baris akhir terdapat tanda kurung dengan kalimat khutbah jumat khalifah Abu Bakar al-Baghdadi. 

Di dalam semua lembaran buku tulis pada bagian atasnya tertulis sebuah kalimat yang kemungkinan sebuah penggalan Surat Al Baqarah ayat 216, diwajibkan atas kalian berperang. Pada bagian bawah ada sebuah tulisan lainnya yang kemungkinan juga sebuah penggalan ayat Al Maidah 44, manusia-manusia yang berhukum bukan pada Allah SWT adalah kafir.

Ternyata, salah satu buku tersebut juga telah dipakai. Terdapat sebuah tulisan tangan yang kemungkinan ditulis anak-anak. Tulisan tersebut dalam bahasa Inggris dan membahas soal planet-planet. Selain buku tulis, terdapat barang bukti lain berupa dua bilah pisau yang digunakan pelaku, satu senapan angin dan sejumlah dokumen. 

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Polri Brigjen Rikwanto mengungkapkan, 155 buku tulis tersebut ditemukan di rumah dari terduga pelaku penyerangan Polda Sumut Syawaludin Pakpahan. “Kita kembangkan temuan ini,” jelasnya.
 
Dari cover buku tulis itu sudah terlihat apa tujuan pencetakan buku tulis tersebut. Mereka ingin menggiring pengguna buku tulis itu ke arah paham tertentu. “Siapapun yang direkrut oleh mereka, remaja, anak-anak atau orang tua,” ujarnya.

Kemungkinan besar buku-buku itu disebarkan untuk komunitas mereka sendiri. “Bisa anak temennya atau yang satu kelompok dengan mereka,” paparnya ditemui di kantor Divhumas Polri, kemarin.

Dengan jumlah buku mencapai 155 buah, apakah jumlah anak-anaknya juga sama? Dia mengatakan, bisa jadi jumlah pengguna buku itu lebih sedikit dari jumlah buku. “Kan bisa saja untuk stok,” terangnya.

Temuan mengejutkan ini tentu membuat Polri bergegas untuk melakukan deradikalisasi. Setelah ditemukan pengguna buku itu, anak-anak, remaja atau dewasa tentu akan dilakukan upaya menkonter doktrin tersebut. “Arahnya upaya deradikalisasi,” jelasnya.

Dengan temuan itu, maka Densus 88 Anti Teror juga telah menangkap pencetak buku tersebut yang berinisial S. Saat ini pencetak buku tulis ini masih dalam pemeriksaan. “Statusnya masih saksi,” ujarnya.

Selain ditemukan buku tulis untuk doktrin paham radikal, Polri juga mengungkap hasil pemeriksaan terhadap tiga terduga pelaku teror Polda Sumut. 

Menurut Rikwanto, dari pemeriksaan diketahui ternyata dua terduga pelaku lain, FP alias Yudi dan HP alias Boboy melakukan beberapa kali survei lokasi. “Lokasi pertama Polda Sumut, lalu Markas Brimob di Sumut dan sebuah markas TNI,” jelasnya.

Dari sejumlah tempat yang disurvei, mereka memutuskan menyerang Polda Sumut karena dianggap yang memiliki penjagaan paling lemah. “Dengan begitu diketahui, mereka juga berupaya menyerang TNI. Kondisi ini tentu dikomunikasikan,” tuturnya. 

Rikwanto juga mengungkapkan bagaimana kondisi Aiptu Martua Sigalingging yang menjadi korban meninggal dalam serangan itu. Terdapat belasan tusukan di tubuh Martua dan luka paling besar terdapat di dua bagian tubuh, luka sayatan di leher dan luka robekan di mulut. “Tidak hanya menusuk, mereka juga membakar tubuh personel Polri itu. saat itu Aiptu Martua sedang beristirahat ya,” jelasnya. 

Dia mengatakan, saat ini masih terus dikembangkan dengan siapa saja yang terlibat dalam penyerangan tersebut. Total ada tiga tersangka yang telah ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua dan satu saksi yang ditangkap. “Pemeriksaan masih berlanjut ya,” ungkapnya. 

Tak hanya itu, SP salah satu pelaku yang diketahui pernah bertempur di Suriah ternyata melakukan berbagai upaya untuk bisa berangkat ke daerah perang tersebut. Sesuai keterangan terduga pelaku, dia meminjam uang Rp 20 juta dari sebuah bank BUMN untuk membiayai keberangkatannya. “Utang itu lalu dibayar oleh istrinya,” jelasnya. 

Setelah enam bulan bergabung dengan ISIS, pada 2013 SP kembali ke Indonesia dan mulai merencanakan aksinya tersebut. “Dia merekrut semua rekannya yang berhasil ditangkap tersebut. SP ini pemimpinnya,” ujarnya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Daftar Sekolah Pelaksana Kurikulum 2013 Tahun 2017

Kisah di Balik Terciptanya Aplikasi Ayo Mudik