Koordinator Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan Korwil Aceh, Munawar, bersama Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Kementerian Desa, DeRe Indonesia, BP2DK, University Putra Malaysia, Universiti Malaya, University Kebangsaan Malaysia, MARDI Malaysia, Unsyiah, PT PIM, Pemerintah Kota Lhokseumawe dan Aceh Bertani Community menggelar seminar dan diskusi Duek Pakat Tanah Serumpun yang mengangkat tema “Perkongsian Hasil Penelitian dalam Bidang Pertanan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ekonomi Masyarakat Gampong” bertempat di Taufik Kopi Lhokseumawe (15/12/2017).
Acara ini turut dihadiri tiga orang profesor dari negeri jiran Malaysia, Prof Mohammad bin Osman dan Prof Suhaimi Nafis dari University Putra Malaysia serta Prof Faridah Norr Mohd Noor dari University Malaysia.
Acara diskusi yang dihadiri oleh para kepala desa, penyuluh, praktisi pertanian, perwakilan PT. PIM dan pendamping desa Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara tersebut dipandu oleh Jaswar, Sp. Msc selaku Tenaga Ahli P3MD Kota Lhokseumawe yang turut didampingi Hendri Saputra.
Munawar selaku Korwil Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan mengatakan bahwa Kehadiran para profesor dari Malaysia ini untuk membahas mutu pertanian di Aceh dan Malaysia.
Sementara Tenaga Ahli P3MD Kota Lhokseumawe, Jaswar, menyampaikan bahwa kedatangan para profesor tersebut merupakan bagian dari rangkaian lawatan ilmiah ke Aceh 12-15 Desember 2017.
Dalam acara tersebut, Profesor Muhammad menyampaikan keinginan dari Malaysia untuk membantu meningkatkan hasil pertanian di Indonesia.
“Malaysia tidak ada lagi perluasan lahan tanaman, baik pertanian maupun perkebunan, tetapi saat ini Malaysia melakukan peningkatan intensifikasi guna meningkatkan hasil pertanian melalui bibit unggul. Kami dari Malaysia mau membantu meningkatkan hasil pertanian di Indonesia”, kata Muhammad, guru besar University Putra Malaysia.
Sementara Prof Faridah Noor mengingatkan generasi muda agar bangga menjadi petani. “Jika ada yang bertanya maka harus bangga menjawab , saya petani dan saya anak petani”, demikian disampaikan Faridah di hadapan para peserta. Dia juga menekankan agar para petani memelihara tradisi dan teknologi modern tidak selamanya harus dipraktekkan. “Para pemuda harus menggali tradisi bertani orang tua dulu”, kata Faridah.
Acara yang berlangsung selama 2 jam tersebut juga diisi dengan sesi tanya jawab dan dialog antara peserta dan pemateri.