ACEHTREND.CO, Banda Aceh – Akademisi UIN Ar Raniry Banda Aceh Eka Januar, S.IP., M.Soc., Sc mengatakan bahwa fenomena pindah dukungan dan pindah partai atau nama lainnya migrasi politik merupakan hal yang biasa, orientasinya pun sangat rendah yakni masih berkisar pada pragmatis politik.
Hal tersebut dikatakan oleh Eka Januar saat menjadi narasumber pada diskusi publik Haba Pilkada Aceh 2017 pada Kamis, (2/2/2017) di Media Center KIP Aceh, Jeulingke , Banda Aceh.Pada Diskusi yang merupakan kerjasama Aceh Institute (AI), KIP Aceh dan Panwaslih Aceh tersebut Januar juga mengungkapkan bahwa perpindahan dukungan lebih sering terjadi pada negara berkembang dan multi partai.
“Kalau negara yang demokrasinya sudah stabil, perpindahan dukungan atau migrasi politik jarang sekali terjadi. Seperti di Amerika jarang kita mendengar anggota dari partai demokrat pindah ke partai republik,” ujar Eka Januar.
Menurut Januar hal berbeda terjadi di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia orang – orang yang pindah dukungan dari satu partai ke lainnya lumrah terjadi. Namun perpindahan akan bernilai positif apabila disebabkan oleh hal – hal yang tidak bisa ditolerir seperti calon yang didukung tidak pro rakyat maka hal tidak tersebut bukan pragmatis. Migrasi politik akan bermakna apabila para pendukung pindah dukungan bukan karena kepentingan pribadi tetapi karena calon yang ia dukung tidak sejalan dengan cita-cita kepentingan rakyat.
Eka Januar juga mengungkapkan bahwa ada beberapa penyebab terjadinya migrasi politik. Diantaranya adalah merasa tidak diperhatikan karena datangnya pendukung lain yang lebih mumpuni, masalah finansial, dan merasa tidak diberikan posisi yang lebih baik serta terjadi konflik di internal pendukung.
Acara yang dipandu oleh Aklima,S.Fill,MA dan berlangsung selama dua jam tersebut juga menghadirkan Zulfikar Muhammad dari Koalisi NGO HAM Aceh sebagai narasumber.Pantauan AceHTrend, acara yang mengambil tema “Fenomena Pindah Ke Lain Hati” di hadiri oleh sejumlah aktivis LSM, timses, pimpinan partai politik dan mahasiswa ini menjadi sedikit kurang lengkap karena dua narasumber yaitu dari KIP Aceh dan Panwaslih Aceh tidak hadir.Ketidakhadiran ini menurut panitia karena tugas luar kota dan agenda lain pada saat bersamaan.[]