JAKARTA – PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) menargetkan volume penjualan batubara tahun ini mencapai 3,5-4 juta ton. Dengan begitu penjualan batubara tahun ini diproyeksikan dapat meningkat 9,37 persen sampai 25 persen, dibandingkan penjualan pada 2016 sebanyak 3,2 juta ton.
Direktur Utama Resource Alam Indonesia, Pintarso Adijanto mengatakan peningkatan volume penjualan lantaran Perseroan menilai bahwa pasar ekspor batubara di negaranegara Asia cukup prospektif. “Mudah-mudahan volume penjualan batubara bisa 3,5-4 juta ton,” ungkapnya di Jakarta, Senin (27/3). Guna mendukung target volume penjualan batubara, Perseroan membidik pasar ekspor baru ke Kamboja dengan volume penjualan 300.000- 400.000 ton. Selama ini tiga negara tujuan ekspor terbesar yakni Tiongkok, Korea Selatan, dan India.
“Pengiriman pertama ke Kamboja sudah dimulai beberapa bulan lalu,” ujarnya. Saat ini kontribusi penjualan ekspor mencapai 95 persen dari total volume penjualan Perseroan secara keseluruhan. Perseroan memperkirakan harga rata-rata batubara tahun ini akan berkisar 75 dollar AS sampai 85 dollar AS per ton, lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata tahun lalu 65 dollar AS per ton.
“Dengan asumsi harga rata-rata tersebut, penjualan kami diperkirakan mencapai 300 juta dollar AS sampai 340 juta dollar AS,” jelasnya. Pemecahan Saham Pada tahun ini Perseroan mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expendicture/ capex) sebesar 1,5 juta dollar AS. Anggaran capex akan digunakan untuk memperbaiki imfrastruktur peralatan tambang yang rusak.
Apalagi saat ini Perseroan juga tengah mempersiapkan tambang baru berlokasi di Kalimantan Tengah. Diharapkan tambang baru tersebut dapat memproduksi 1 juta ton batubara pada tahun pertama. Terkait aksi korporasi lainnya, Perseroan juga melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:5.
Dengan begitu nilai nominal baru saham Perseroan setelah stock split sebesar 10 rupiah per lembar saham. Sebelum stock split nilai nominal saham sebesar 50 rupiah per lembar saham, dengan jumlah saham beredar sebanyak satu miliar lembar saham. Setelah stock split maka jumlah saham beredar meningkat mencapai 5 miliar lembar saham.
Menurut Pintarso, stock split dapat meningkatkan likuiditas sehingga akan semakin bagus dan menjangkau investor ritel di pasar modal.
yni/AR-2