in

Entang Wiharso dan perjalanan seninya dua tahun terakhir

Jakarta (ANTARA) – Seniman Indonesia, Entang Wiharso berbagi cerita tentang karyanya selama dua tahun terakhir dalam bincang virtual “Can’s Gallery: Promising Land Chapter 2” hari ini.

Entang yang kini bermukim di Amerika Serikat memaparkan tentang karyanya dalam kurun waktu 2019-2020, terutama sejak mendapatkan fellowship dari John Simon Gugenheim Memorial Foundation di New York, Amerika. Karya-karya terbarunya ini memberikan kejutan visual dan konsep estetika yang beragam.

Dalam bincang-bincang ini, Entang menceritakan tentang pengalamannya menggunakan materi logam industrial, akrilik, glitter hingga instalasi besar dan juga obyek dwi matra, semacam patung tiga dimensi sekaligus instalasi.

Pada karya “The Camouflage Series” (2020), Entang bereksperimen menggunakan glitter. Menurutnya, materi ini paling sempurna untuk mengekspresikan ide-ide tentang yang palsu dan nyata, persepsi dan asumsi serta identitas.

“Selama beberapa pekan menjelang Pemilu AS November, saya menggarap karya dari materi Glitter, yang mencerminkan kondisi politik dengan merenungkan terus-menerus esok hari. Terciptalah ‘Tree for Tommorow’ (2020) sebagai metafora atau simbol-simbol doa dan harapan untuk esok hari lebih baik untuk Amerika Serikat, Indonesia dan kondisi seluruh planet yang kita diami,” kata Entang.

Baca juga: Karya seniman Indonesia dipajang di pusat keramaian Shanghai

Baca juga: Seniman Indonesia di Nanjing gelar pameran Refleksi New Normal

Entang juga bercerita bagaimana iklim politik di Amerika mempengaruhi karya terbarunya. Entang kemudian mencari tahu tentang masa lalu Amerika, civil war dan melakukan berbagai riset untuk karyanya mendatang.

“Fenomena ini memberi sumbangsih besar sebagai semacam upaya reflektif dalam karya-karya saya,” ujar Entang.

Sementara itu, pandemi COVID-19 telah mengubah seluruh rencananya yang telah dibangunnya, namun kondisi ini sekaligus memberinya tantangan baru dalam berkarya.

Dari berbagai informasi dan hoax yang berseliweran, Entang mendapatkan banyak ide baru dalam berkarya. Dia juga memiliki banyak waktu untuk berada di studio kerjanya dan memilih materi baru untuk karya seninya.

“Saya menemukan bentuk, struktur, warna, tekstur tanaman, kebun halaman belakang rumah sampai metafor yang kaya bahwa pandemi sembilan bulan adalah saat kita merenungi segala yang hingar-bingar di luar dengan hal-hal kecil yang sebenarnya indah, di dalam hati kita untuk berdamai tanpa menafikan kita terus menemukan apa yang terbaik bagi hidup kita. Kebun bagi saya adalah kepanjangan studio saya,” kata Entang.

Karya-karya Entang selama pandemi masuk dalam “City on the Move”, di mana dia mengandaikan kota-kota di seluruh penjuru bumi terus berdetak meski ada atau tidaknya wabah virus corona.

Entang juga berupaya menggunakan medium digital untuk memperkenalkan karya lukisan digitalnya yang bertajuk “Asian-American Thanksgiving Dinner” (2020) agar dapat dinikmati oleh pecinta seni di seluruh dunia.

“Akhirnya dunia digital menjadi alat merefleksikan ide-ide saya saat ini. Bukan hanya masalah kenyamanan dan kebaruan tetapi teknologi digital membuka kemungkinan presentasi, mobilisasi dan kepemilikan yang berbeda,” kata Entang.

“Saya bereksperimen dengan media baru dalam keniscayaan dunia siber yang tak hanya sebagai instrumen atau alat penyampai pesan tapi juga penyebaran konten kritis kemungkinan-kemungkinan daya cipta visual baru saat ini,” ujar Entang melanjutkan.

Entang Wiharso lahir pada tahun 1967 di Tegal, Jawa Tengah, Indonesia. Dia belajar melukis di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta, lulus dengan gelar Sarjana Seni Rupa pada tahun 1994. Kehidupannya dan karya-karya terelasi dengan dua budaya yang kaya.

Praktik seninya adalah multi-disiplin yang medium ekspresinya disesuaikan dengan kondisi tertentu yang membutuhkan bahasa visual seperti lukisan, patung, video, instalasi atau seni performans. Dia dikenal luas sebab penggambaran yang unik tentang kehidupan kontemporer menggunakan bahasa visual yang dramatis.

Baca juga: Entang Wiharso bicara karya “Promising Land Chapter 2” & COVID-19

Baca juga: Bincang-bincang dengan seniman Entang Wiharso

Baca juga: Entang Wiharso-Sally Smart “berdiskusi” lewat karya seni

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2020

What do you think?

Written by Julliana Elora

BTS, BLACKPINK dan DAY6 paling banyak didengarkan di Indonesia

Australia kembali bekerja hadapi bidding tuan rumah Olimpiade 2032