”Happy ending, masyarakat Sota bercampur dengan wisman yang berdatangan dari Papua Nugini terhibur dengan konser Wonderful Indonesia. Saya ingin, acara ini diteruskan dan rutin digelar, karena acara ini menghidupkan ekonomi masyarakat lokal. Kami mohon Kemenpar memasukkan agenda ini lebih sering, lebih rutin di 2017,” harap Konsulat Jendral Republik Indonesia di Papua Nugini, Abraham Lebalauw saat menghadiri acara Konser Wonderful Indonesia di Merauke, Papua.
Lebih lanjut Abraham mengatakan, yang terpenting adalah, debut Crosborder untuk Papua Nugini sudah beberapa kali diadakan di Papua. Yang pertama di Skouw, Jayapura dan yang ke dua di Sota, Merauke. Keduanya berbatasan dengan Papua Nugini. ”Yang terpenting itu adalah, di Papua Nugini sudah terdengar santer branding Wonderful Indonesia, melalui kegiatan ini. Kalau ingat Indonesia, pasti ngomongnya Wonderful Indonesia Festival di perbatasan yang selalu heboh. Acara ini semakin mengena di hati khalayak,” ujar Abraham.
Memang, Menpar Arief Yahya tidak berhenti menggelar banyak festival di perbatasan, yang dinamai crossborder festival. Baik di Aruk Kalbar dengan Malaysia, Atambua dengan Timor Leste, maupun di Jayapura dan Merauke, Papua Nugini. Jika lokasinya tetap, eventnya rutin, waktunya bisa dipastikan, maka destinasi di sana juga akan hidup. Dalam perhelatan sabtu malam (3/12) hingga dini hari Minggu (4/12) acara begitu meriah. Seluruh masyarakat Sota, Merauke berbaur dengan beberapa musisi yang mayoritas bergenre reggae.
Mereka bergoyang sambil terus berteriak Wonderful Indonesia dipandu oleh para artis Reggae ternama di Papua. Group band yang berhasil menyihir pengunjung adalah Band Sandy Bethay, Blacksound, Dave Solution dan beberapa artis ibukota.
”Skema mengajak masyarakat Papua Nugini itu harus cerdas. Kemenpar sudah melakukan itu, yakni dengan mengajak dan mengunci kepala suku yang satu klan, maka dia akan membawa massanya. Daerah yang dekat dengan Merauke adalah Kota Daru Papua Nugini, nah kalau pimpinannya sudah nyebrang ke kita, pasti yang lain ikut nyebrang. Jika sudah joget bersama Wonderful Indonesia, pasti yang lain ikut joget, sudah tepat yang dilakukan Kemenpar ini,” katanya.
Selama ini, imbuh Abraham, masyarakat Papua Nugini ke Indonesia mayoritas keperluan jual beli atau bergerak di bidang ekonomi. Namun, keuntungan Indonesia sangat baik jika mereka membelanjakan uangnya di tanah air. Karena satu Kina-mata uang Papua Nugini-sama dengan Rp 4 ribu. ” Jadi tahun depan, sudah bisa saya pastikan mereka membelanjakan uangnya untuk Pariwisata,” ujar pria bertubuh tambun itu.
Lantas mengapa musiknya beraliran Genre? Kepala Bidang Festival Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran Asia Pasifik Kemenpar Adela Raung mengatakan, mayoritas musik yang digandringi oleh Papua Nugini adalah Regge. ” Genre-nya regge, harus ada beat-nya. Mereka suka berdisko, lihat saja mereka langsung happy dan bergoyang,”ujar Adela.
Wanita asal Manado itu menjelaskan, Crossborder ini merupakan acara yang kedua yang digelar Kemenpar untuk mensasar Papua Nugini. Acara yang pertama digelar di tempat yang sama saat hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2016.
Crossborder, imbuh Adela, merupakan wisata perbatasan yang relatif murah untuk dilakoni wisatawan mancanegara. Strategi yang akan dilakukan terkait cross border tourism adalah membuka direct route ke beberapa daerah pariwisata yang banyak diminati. Kemenpar tak ingin membuang peluang sekecil apapun untuk mendatangkan wisatawan demi target 20 Juta Wisman di tahun 2019 mendatang.
“Kuncinya adalah musik, seni-budaya, dan kuliner ini untuk menggaet pasar negara tetangga. Apalagi mereka masuk ke Indonesia juga bebas visa kunjungan (BVK),” kata Adela. Adela berharap, Crossborder di Merauke untuk Papua Nugini ini bukanlah Crossborder terakhir yang digenjot Kemenpar. ”Semoga tahun depan di 2017 bisa berlanjut atau dengan skema yang lain dan semakin menarik,” katanya.
Sekadar informasi menurut data Dinas Pariwisata Papua, Juni tahun 2016 lalu pengunjung Cross Border rata-rata warga Papua Nugini, mencapai 1.300-an orang yang melakukan wisata belanja, Agustus naik hingga 1.400-an, lalu pada awal November 2016 hampir mencapai 1.400 orang. Sekadar informasi, lebih dari 75% turis masuk ke Indonesia melalui udara, sekitar 24% via penyeberangan fery, dari Singapore-Batam atau Singapore Bintan. Dan 1% yang melalui perbatasan atau crossborder
Adela dan Vinsensius Jemadu, Asdep Asia Pasifik Kemenpar, memang terus mengikiti apa yang diperintahkan Menpar Arief Yahya. Terutama untuk menghidupkan cross border, atau dekat dengan negara tetangga untuk memperbanyak event dan acara yang bisa dinikmati oleh tetangga negara kita.
“Jika sangat sering ada kegiatan rutin yang dibuat masyarakat daerah itu sendiri dan itu bisa menjadi tujuan negara tetangga, akan sangat bagus dan efektif sebagai border tourism yang bisa menaikkan jumlah wisman ke tanah air,” kata Adela. Karakter event sendiri bisa bermacam-macam. Bisa musik, bisa cultural festival, sport tourism, atau apapun untuk menarik wisman agar mau menyebrang ke Indonesia.(*)
in Nasional