London (ANTARA News) – Kedutaan Besar RI (KBRI) di Den Haag, bekerja sama dengan Rumah Budaya Indonesia mengelar “Indonesian Film Festival 2016” untuk mengenalkan Indonesia lewat karya Riri Riza di gedung bioskop Wolff Hoog Chatarijn di Utrech, Belanda pada 17-20 November.
Di depan theater 1, gedung bioskop Wolff Hoog Chatarijn, antrean anak-anak, remaja, orang dewasa serta para orang tua mengantre untuk menyaksikan film berjudul Ada Apa Dengan Cinta 2.
Mereka juga ingin berfoto bersama sutradara Riri Riza, bintang film Nicholas Saputra dan Sissy Prescillia, kata Konselor Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Denhaag Azis Nurwahyudi kepada Antara London, Minggu.
Riri, Nico dan Sissy menemui penggemarnya usai pemutaran film “Ada Apa Dengan Cinta 2” termasuk melakukan tanya jawab dengan penonton.
Indonesian Film Festival digelar untuk memperkenalkan kultur sinema Indonesia, sejarah, pertumbuhah, tantangan yang dihadapi juga perkembangannya di Indonesia, negara yang kaya budaya.
Pergelaran ini merupakan yang kedua, setelah pada musim gugur tahun lalu, mengangkat film karya Nia Dinata.
Tahun ini, sejumlah karya besar Riri dipertontonkan kepada khalayak Belanda, seperti “Ada Apa Dengan Cinta 2”, “Drupadi”, “Atambua 390 C” dan “Athirah”.
Pergelaran di Belanda menandai 15 tahun karier Riri dalam dunia perfilman.
Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 46 tahun lalu ini lulus dari Departemen Film, Institut Kesenian Jakarta dan meraih gelar masternya di Royal Holloway University di London.
Filmnya “Eliana Eliana” memenangkan penghargaan Young Cinema Award dan FIPRESCI pada Festival Film Internasional di Singapura pada 2002.
Film ini juga memenangkan The Special Jury prize di Festival Film Internasional di Vancouver. Setelah itu, penghargaan demi penghargaan diraih Riri lewat karya berikutnya.
Untuk festival kali ini, Riri mempersiapkan selama setahun, sehingga bisa memunculkan karya terbarunya “Athirah” yang meraih penghargaan Piala Citra 2016 sebagai film terbaik.
“Saya merasa ini merupakan kesempatan yang sangat luar biasa untuk perfilman Indonesia, dan khususnya untuk pribadi. Sebab, dilibatkan dari awal proses dari formatnya sampai ke proses pemilihan film dan penyusunan program,” kata Riri.
Lewat film yang diputar dalam Indonesian Film Festival ini, publik Belanda terutama anak-anak mudanya bisa melihat Indonesia yang sudah memiliki wajah Indonesia modern.
Film yang diputar selama empat hari di gedung bioskop Wolff Hoog Catharijn Utrecht ini menunjukkan kepada penonton gambaran masyarakat kontemporer Indonesia.
Film merupakan jendela yang baik untuk melihat keindahan kultur dan alam Indonesia. “Tak hanya keindahan kota Yogyakarta, yang dimunculkan dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2, tetapi, juga keindahan alam dan kultur Indonesia Timur, seperti Nusa Tenggara Timur, dalam film Atambua 39 derajat Celcius,” ujar Riri Riza.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016