Wakil Konsul Jepang di Medan Takashi Aoki (tiga kanan) berfoto dengan Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Dr Budi Agustono, MS (empat kanan), Kepala UPT Taman Budaya Sumut Deni Elpriansyah, SH (tiga kiri), mewakili Konjen Turki Sudarmaji (dua kanan) pada acara Bukansai USU 2017 di Pendopo USU Kamis (27/4). (Berita Sore/Hj Laswie Wakid )
MEDAN (Berita): Festival Kebudayaan Jepang Bukansai USU 2017 ditampilkan meriah dihadiri ribuan mahasiswa yang didominasi pagelaran budaya, termasuk makanan dan minuman negeri Sakura tersebut.
Acara pameran kebudayaan Jepang (Bukansai) USU 2017 dibuka Rektor USU Prof Runtung, SH,MHum di Pendopo USU Medan Kamis (27/4) siang, berlangsung hingga Sabtu (28/4).
Hadir di sana Wakil Konsul Jepang di Medan Takashi Aoki, Gubsu diwakili Kepala UPT Taman Budaya Sumut Deni Elpriansyah, SH, Konjen Turki diwakili Sudarmaji, Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Dr Budi Agustono, MS, Ketua Departemen Sastra Jepang USU Prof Hamzon Situmorang, PhD, Ketua Departemen Bahasa Jepang USU Diah Syafitri Handayani, SS, MLitt, PhD dan ratusan mahasiswa khususnya Program Studi (Prodi) Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya USU.
Rektor USU Runtung Sitepu mengatakan mahasiswa yang penuh kreatifitas cukup membanggakan dalam meningkatkan budaya Jepang. “Kalau di Jepang ada pesta budaya yang selalu digelar anak muda dengan sebutan Bukansai, maka di Karo ada Guro guro Aron,” katanya.
Ikut mensosialisasikan budaya anak-anak Jepang, khususnya bagi mahasiswa Prodi Sastra Jepang cukup membanggakan karena sejalan dengan peningkatan strata di fakultas tersebut. “Tapi mahasiswa jangan hanya mensosialisasikan budaya Jepang, tapi budaya Sumut, kaya etnis juga perlu dikembangkan. Sebab Sumut ini miniatur Indonesia,” katanya.
Tahun 2016, kata Runtung, akreditasi dan hasilnya menggembirakan dengan adanya peningkatan strata. Mahasiswa juga ikut menyumbang dalam rangka meningkatkan strata di USU.
Runtung mengingatkan kepada mahasiswa agar menghindari kegiatan yang sifatnya demonstrasi. Tak ada gunanya demonstrasi karena USU sifatnya terbuka sehingga bisa berbicara langsung untuk solusi terbaik.
Konjen Jepang Takashi Aoki menyatakan kaget ternyata Bukansai 2017 sudah ke 9 kali dengan ribuan peserta. Setiap tahun Konsulat Jenderal Jepang selalu bekerjasama memberi dukungan terhadap pagelaran Bukansai. “Bukansai merupakan salah satu motivasi untuk jatuh cinta pada Jepang,” kata Aoki. Banyak budaya dan makanan Jepang yang dicintai seperti Anime, Manga, Sushi, Tempura, AKB48 yang cantik, pokoknya apa saja yang berkaitan dengan Jepang.
Pada Bukansai ini, jelas Aoki, ada semua budaya Jepang seperti makanan Jepang, Manga, Cosplay, Shodo, Mochitsuki, informasi belajar di Jepang. “Orang-orang yang belum berminat pada Jepang diharapkan akan menjadi peminat pada Jepang mulai hari ini,” ungkap Aoki.
Tahun 2018, jelasnya, merupakan tahun ke 60 hubungan diplomatik Jepang-Indonesia. Momen tersebut merupakan momen yang tepat di dalam membuat gebrakan terbaru. “Semoga Nihon Bukansai ini dapat memperat hubungan Jepang dan Indonesia,” katanya.
Gubsu HT Erry Nuradi dalam sambutannya diwakili Kepala UPT Taman Budaya Sumut Deni Elpriansyah, SH mengatakan Sumut mempunyai keragaman budaya yang dapat memperkaya budaya nasional, salah satunya seni budaya Jepang. Dengan diselenggarakannya Bukansai ini menambah bukti bahwa Sumut merupakan daerah majemuk yang mampu memperlihatkan kesatuan dalam keanekaragaman budaya masyarakatnya.
Perbedaan budaya tidak menghalangi kita untuk berinteraksi dan saling memahami antara satu sama lain untuk memupuk kebersamaan, harmonisasi dan toleransi. “Hal ini merupakan Sabuk Pengaman untuk meminimalisasi potensi konflik,” kata Gubsu.
Gubsu Erry menambahkan harmonisasi di Sumut bukan bersifat semu atau inklusivisme, melainkan harmonisasi yang dinamis dan siap berinteraksi positip dengan siapapun. Sehingga kalangan wisatawan dari mancanegara akan kagum dengan gambaran harmonisasi budaya.
Konjen Aoki bersama pejabat di sana menggunting pita pelepasan balon ke udara membuka konvoi Bunkasi USU 2017 dan Omikoshi yang merupakan paham agama sinto di Jepang. “Artinya kendaraan bagi Tuhan. Masyarakat Jepang beranggapan Tuhan diatas Omikoshi itu,” kata Konsul Aoki.
Omikoshi merupakan rumah mini yang ditandu saat konvoi. Di Jepang Omikoshi sering tampil saat musim gugur, pesta di rakyat. Untuk dapat berkah padi. Acara itu menampilkan tarian, aneka jajanan ala Jepang dan pameran produk lainnya. (wie)