Gelar pasukan ini apalagi kalau bukan untuk menghadapi rencana aksi besar-besaran pada Jumat ini. Diperkirakan ribuan orang yang konon bahkan datang dari luar Pulau Jawa akan terlibat aksi mengecam perkataan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Bukan hanya para petinggi Polri dan TNI yang turun tangan langsung, bahkan orang nomer 1 di negeri ini sejak awal pekan sudah memulai sejumlah langkah antisipasi. Mulai dari mendatangi rivalnya pada pemilihan umum 2014, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto hingga menggundang ke istana para ulama dari Nahdlatul Ulama (NU), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Muhammadiyah. Kata Jokowi, para Ulama itu diundang lantaran mereka para penerus nabi yang tugasnya membawa kabar baik dan memberi tuntunan pada semuanya.
Kehebohan yang menyita banyak energi ini semestinya tak terjadi bila tak ada kelompok-kelompok kecil yang memanfaatkannya untuk kepentingan tertentu. Meminjam kata seorang Tokoh Nahdlatul Ulama, memaafkan Ahok adalah cara membela Islam. Ini lantaran Ahok memang sudah meminta maaf atas ucapannya di Kepulauan Seribu. Demo yang berisi ancaman kata Gus Nuril Arifin tak sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Begitulah, kepentingan sesaat lantas melupakan nilai-nilai yang membuat bangsa dan negara ini berdiri. Nilai-nilai kebaikan yang juga ada pada semua ajaran agama. Mengamalkan itu tentu bikin hidup lebih tenang, hingga apel ribuan aparat, mobilisasi ribuan pendemo bisa digunakan untuk hal-hal lain yang lebih produktif bagi kemaslahatan bangsa.