in

Geliat Ekonomi Kreatif pada Visit Beautiful West Sumatra 2023

Oleh: Satria Haris
Tim Kerja VBWS 2022-2023

Ekonomi kreatif merupakan perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan dan/ atau teknologi. Hal ini tertuang dalam Peraturan Daerah Sumatera Barat tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif yang telah ditetapkan beberapa hari lalu pada rapat paripuna di DPRD Sumbar.

Pelaku kreasi dan pengelola kekayaan intelektual diatur secara detail pada perda yang merupakan inisiasi pemerintah provinsi tersebut.

Key point dari ekonomi kreatif yaitu monetisasi atau yang lebih populer dengan sebutan monetasi. Apa itu monetasi? Proses mengubah sesuatu agar bisa menjadi penghasilan. Hal ini yang harus dilakukan jika ingin disebut dengan pelaku ekonomi kreatif yang terhimpun dalam 17 sub sektor. Adapun 4 basis pengembangan ekonomi kreatif yaitu, seni dan budaya, inovasi, media dan teknologi.

Ekonomi kreatif menjadi leading sektor dalam pariwisata berkelanjutan yang dapat mendorong peningkatan jumlah wisatawan dan meningkatkan nilai ekonomi pada semua sektor potensial di Sumbar. Hal ini sejalan dengan konsep tahun kunjungan kerja wisata Sumbar yang dibungkus dengan brand “Visit Beautiful West Sumatra 2023”.

Pertama, seni dan budaya. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan beberapa waktu lalu, ada tiga motif utama orang datang ke Sumbar, yakni karena budaya yang khas, makanan yang lamak dan lamak bana serta alam. Hal ini dapat menjadi peluang bagi pelaku kreasi di Sumbar untuk menyajikan konten lokal baik dalam bentuk atraksi pada destinasi, sajian makanan dengan kearifan lokal ataupun produk kreatif yang berbasis seni dan budaya untuk dapat menjadi buah tangan saat kembali ke daerah masing-masing.

Kedua, Inovasi. Hanya satu kata untuk menyikapi persaingan global saat ini “shifting”. Pelaku kreasi harus mampu berinovasi pada produk yang dihasilkan ataupun layanan yang diberikan. Product signature dan service adalah key point dalam keberlanjutan. Sebagai contoh, Riau yang dahulunya terkenal dengan nenas sebagai oleh-oleh, saat ini berinovasi menyajikan produk “pisang kipas” dengan nilai ekonomi yang berkali-kali lipat karena dikemas secara rapi & konsisten dalam rasa. Mau apapun mereknya, pisang kipas telah mendapat perhatian jika kita berkunjung ke daerah yang terkenal dengan bumi Melayu tersebut.

Di sini, kita punya jengkol, pisang, kacang dan produk pertanian lainnya yang dapat dikembangkan menjadi produk kreatif, paling penting berinovasi.

Ketiga, Media. Ibarat pepatah “condong mato ka nan rancak condong salero kan nan lamak”, media menjadi hal yang sangat penting dalam menyajikan informasi, baik produk ataupun layanan yang dimiliki oleh destinasi yang akan kita tuju. Oleh karena itu, pemilihan media harus disesuaikan dengan “needs & wants” dari audiens yang ingin disasar.

Oleh karena itu, jangan latah dengan apa yang dilakukan tetangga, mencontoh boleh tapi harus tetap menjaga kelokalan (diferensiasi). Salah media sama halnya dengan salah kostum dan berakhir pada tidak percaya diri serta berdampak pada kehilangan identitas.

Keempat, Teknologi. Pertama akan selalu diingat, yang berinovasi adalah yang terbaik. Teknologi sejatinya memudahkan bukan merumitkan. Kita bisa dengan mudah mengakses apapun sebelum sampai ke tempat tujuan. Dengan menggunakan keyword “pariwisata Sumbar” pada mesin pencarian, langsung tersaji informasi pada platform komunikasi berbasis digital.

Adapun yang harus diperhatikan oleh pelaku kreasi pada ekonomi kreatif yaitu menjaga kualitas produk dan ramahnya layanan. Jika bagus bintang lima, jika buruk jempol akan diarahkan pada bintang satu, sesederhana itu.

Back to VBWS. Dalam upaya mendorong peningkatan jumlah wisatawan sekitar 8,2 juta jiwa pada tahun 2023, Sumbar melakukan aktivasi melalui Visit Beautiful West Sumatra 2023 (VBWS). Hal ini sangat erat kaitannya dengan kesiapan dan persiapan produk ekonomi kreatif yang ada di Sumatera Barat.

By data, pelaku kreasi pada 17 sub sektor ekonomi kreatif tersebar pada 19 kota dan  kabupaten di Sumatera Barat. Geliat ekonomi kreatif di Sumbar senada dengan nasional, yaitu unggul pada sektor kuliner, fashion dan kriya serta didukung sub sektor ekonomi kreatif lainnya.

Sinergi multi-stakeholder perlu diperhatikan guna mencapai tujuan mulia dari percepatan pariwisata Sumbar pasca pandemi. Mulai dari akademisi, bisnis, komunitas, media, pemerintah dan agregator sebagai helix ke-6 pada pengembangan ekosistem kreatif.

Geliat ekonomi kreatif sangat terasa pada kota dan kabupaten, khususnya di Padangpanjang, Bukittinggi, Payakumbuh, Sawahlunto, Solok dan Padang.

Sebagai penutup, pariwisata berkelanjutan untuk siapa? Pertama, untuk warga agar nyaman dan produktif dalam beraktivitas. Kedua, untuk wisatawan agar aman dan nyaman dalam berwisata. Ketiga, untuk investor agar yakin dan percaya untuk berinvestasi.

Niat Baik Prasangka Baik Basamo Mangko Manjadi, Selamat & Sukses untuk Grand Launching Visit Beautiful West Sumatra 2023 #AyoKeSumbar.(*)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Wapres Maruf: Parpol yang Tidak Lolos Sudah Garis Tangan

Andre Rosiade Sebut Waskita Karya Berperan dalam Pembangunan Infrastruktur