in

Grup Neraka di Dapil 1 Sumbar

Two Efly
Wartawan
Padang Ekspres

Oleh : Two Efly, Wartawan Padang Ekspres

KPU baru saja mengumumkan Daftar Calon Tetap (DCT) Pileg 2024-2029. Tak banyak kejutan dari daftar yang disuguhkan. Didominasi wajah wajah lama dan berstatus incumbent, dan menyelip sejumlah wajah baru–yang diyakini akan ikut memberi warna perolehan suara.

Di dapil 1 Sumbar kondisinya sangat terasa. Walau masih terbentang waktu yang cukup lama namun pertarungan sudah sangat terasa. Dari Delapan incumbent yang berasal dari 6 partai hanya satu incumbent yang tak turut serta kembali. Sementara 7 incumbent kembali turun gunung untuk bertarung.

Ada dinamika politik yang sangat menarik dalam Pileg (Pemilu Legislatif) kali ini. Pengalaman “anomali” politik nasional selama sepuluh tahun belakangan seolah-olah “anomali” itu menjadi yurisfrudensi. Effect elektoral Capres/Cawapres diyakini masih mampu menjadi “magnitudo”  politik. Kalau dua periode sebelumnya Prabowo effect, kini mulai bermigrasi menjadi Anies Effect.

Sejarah tentulah tak akan berulang setiap saat. Kekuasaan itu teorinya adalah dipergilirkan. Meskipun begitu, teori tak selalu linier dengan realita dilapangan. Nyaris setiap momentum selalu saja ada perubahan. Begitu juga dengan Pileg di Dapil 1 Sumbar. Daerah pemilihan ini benar benar bertabur bintang dan di label sebagai grup “Neraka”

“Grup Neraka”

Ada istilah “grup neraka” dalam sepak bola. Dalam kontestasi politik kadang itu dapat juga terjadi. Lihatlah Dapil 1 Sumbar untuk DPR-RI. Sejumlah nama beken dan tokoh hebat turun bertarung. Baik antar partai maupun di internal partai sendiri.

Seperti apa? Mari kita bicara data. Ada Enam partai peraih kursi parlemen di Dapil 1 Sumbar pada pemilu 2019-2024 yang lalu. Diantaranya Gerindra 2 kursi (Andre Rosiade dan Suir Syam),  PAN 2 kursi (Athari Gauty Ardi dan Asli Chaidir), Golkar dengan Darul Siska, Nasdem dengan Lisda Hendra Joni, Demokrat dengan Darizal Basir, PKS dengan Hermanto.

Hari ini ke Delapan nama ini turut serta kembali. Di Gerindra ada tiga tokoh vote getter yang diyakini bertarung ketat. Andre Rosiade diyakini masih akan melenggang karena kerja politiknya. Cuma apakah raihan suaranya sama atau lebih besar dari periode lalu atau sebaliknya. Inilah ujian Andre yang sebenarnya.

Dalam biduk yang sama juga terlihat Suir Syam. Dua periode menjadi parlemen RI jelaslah ini sebagai fakta politik yang tak bisa diabaikan. Walau tak semarak dan se agresif caleg lainnya Suir Syam selalu mampu membuat kejutan. Pergerakan “bawah tanah” Suir Syam sering kali tak terbaca oleh lawan politiknya.

Di belakang Suir Syam ada Edriana. “Bundo Kanduang” dari Pandai Sikek Tanah Datar ini juga tak bisa diabaikan. Periode lalu beliau mampu meraih suara cukup signifikan. Beliau hanya kalah sedikit dibandingkan Suir Syam. Artinya, peluang untuk berubahnya warna di Gerindra sangatlah terbuka. Tak tertutup kemungkinan untuk pertama kalinya Gerindra bisa menempatkan “Bundo Kanduang” di DPR-RI dari Sumbar.

Itu di Gerindra, di internal Partai Nasdem juga nyaris sama. Anies Effect di yakini akan menghasilkan “magnitudo politik”. Akibatnya sejumlah tokoh besar berebut menumpang dalam biduk itu. Selain incumbemt Lisda Hendrajoni, ada sejumlah nama beken lainnya. Ada Iwan Sangir (Iwan Afriadi) yang hari ini duduk di DPRD Sumbar (tokoh muda), ada Fauzi Bahar yang dikenal Walikota “Asmaul husna”. Fauzi Bahar sendiri juga pernah menjadi Walikota Padang dua periode, Cagub Sumbar dan Cawagub Sumbar. Hari inipun beliau mengemban amanah sebagai Ketua LKAAM Sumbar.

Setelah Fauzi ada juga Shadiq Pasadique. Mantan Bupati Tanah Datar dua periode ini juga tak bisa dipandang remeh. Kerja politiknya selama sepuluh tahun di Tanah Datar tentulah meninggalkan jejak sejarah. Shadiq tinggal mengulangi jalan itu kembali.

Pertarungan berat berikutnya juga terjadi pada Partai Amanat Nasional, Partai Golkar dan PKS. Di Golkar, Darul Siska musti mawas diri. Zigo Rolanda memang anak muda, tapi lompatan politiknya dalam sepuluh tahun jelaslah itu sebuah pertanda. Sepuluh tahun lalu Zigo menjadi anggota DPRD Sumbar termuda dan lima tahun belakangan dia menjadi Ketua DPRD Solok Selatan. Ingat!!!, kolaborasi Zigo dan Khairunas sebagai Bupati dan Ketua DPRD di Solok Selatan jelaslah itu menjadi potensi elektoral yang besar.

Di belakang Zigo ada senator Alirman Sori, jurnalis senior yang sudah malang melintang di dunia politik ini juga tak bisa dipandang remeh. Alirman Sori tercatat cukup lama menjadi anggota dan Ketua DPRD Pesisir Selatan, Alirman Sori juga tercatat dua kali menjadi anggota DPD RI termasuk periode 2019-2024. Artinya, basis politik dan jejak politik jelas dan nyata.

Perubahan yang cukup terasa justru terjadi di Partai Keadilan Sejahtera. Partai yang selama ini stabil perolehan suaranya mulai menajam dinamikanya. Untuk pertama kalinya incumbent terlembar dari urutan pertama. Untuk pertama kalinya juga Sekretaris DPW maju dan mendapat nomor urut 1. Kenapa? Biaralah itu menjadi bahasan internal partainya.

Di partai ini ada tiga nama besar yang diyakini mampu menjadi “magnitudo politik”. Rahmat Saleh jelaslah memiliki track record politik yang bagus. Totalitasnya dalam mengurus partai dan dekat dengan kader diyakini bisa memuluskannya menuju senayan. Apalagi saat ini beliau merupakan anggota DPRD Sumbar yang jelas memiki piranti untuk meraup dan merawat konstituen.

Begitu juga dengan Hermanto. Bersatus incumbent tiga periode tentulah tak bisa diabaikan. Basis dan tapak politiknya sudah teruji dan terbukti. Setiap periodenisasi namanya selalu muncul dan menjadi pemenang. Apakah mampu bertahan atau akan terjadi bongkar pasang kita tunggu saja.

Di belakang Hermanto ada Harneli Bahar. Sosok ini juga tak bisa diabaikan. Berstatus sebagai istri Mahyeldi dan sangat dekat dengan jemaah majelis taklim membuat putri Sawahlunto ini memiliki peluang cukup besar menjadi pemenang. Tantangan terberat partai ini adalah mampu atau tidak menambah kursinya dari satu menjadi dua.

Kondisi yang hampir sama juga terjadi pada  Partai Demokrat. Selain Darizal Basir yang sudah empat periode menjadi anggota DPR-RI juga ada sejumlah nama beken. Ada Imelda Sari yang kita kenal sangat dekat dengan keluarga cikeas, ada je jaring politik dan persahabatan yang cukup kuat sebagai Alumni Univ Andalas.

Begitu juga Suwirpen. Walau termasuk pendatang baru di Dapil 1 Sumbar namun Suwirpen bukanlah politisi pemula. Suwirpen adalah anggota DPRD Sumbar empat periode, beliau memiliki basis politik dan lapangan politik yang jelas. Suwirpen adalah tokoh Solok Saiyo Sakato (S3). Selain itu Suwirpen adalah tokoh kharismatik warga Koto Anau di Kota Padang. Ini jelaslah berdampak pada kemampuannya meraup suara.

Pertarungan yang cukup tajam juga terjadi pada Partai Amanat Nasional. Dari dua kursi yang didapat periode lalu (Athari dan Asli Chadir) kini mulai terusik. Asli Chaidir tak turun bertarung kembali. Posisinya digantikan Dean Asli Chaidir. Akankah sukses Asli Chadir bisa diwariskan kepada Dean seperti kakaknya Hendri Septa? Kita lihat saja.

Dibelakang dean ada Rudi Hariansyah dan Asnawi Bahar. Rudi selaku mantan Wabup Pessel dan Asnawi Bahar selaku mantan Ketua Asita Indonesia tentulah memiliki potensi yang cukup terbuka. Dua nama Indonesia juga memiliki je jaring dan basis politik yang nyata.

Satu satunya tantangan PAN adalah mempertahankan suara. Apakah kursinya bisa bertahan atau menyusut menjadi satu. Kita lihat saja Februari 2024 nanti.

Dinamis

Tak ada yang abadi dalam dunia politik. Incumbent tidak otomatis bisa menang dan bertahan. Banyak fakta dan data yang sudah menunjukan itu. Sepanjang kerja politiknya berjalan kursinya mampu diamankan, begitu juga sebaliknya.

Selain kerja politik, effect elektoral dari Capres/Cawapres jelaslah mampu merubah warna. Berapa banyak tokoh hebat yang tumbang akibat badai efect elektoral itu selama sepuluh tahun belakangan.

Benar kata orang bijak, setiap tokoh itu ada masanya dan setiap masa juga ada tokohnya. Kekuasan itu secara teorinya dipergilirkan. Semuanya bisa saja berubah. Kuncinya usaha dan takdir ilahi.

Bagaimana dengan tokoh dan partai lain? Peluang tetaplah terbuka. PPP dengan Gusmal (mantan Bupati Solok dua periode) dan PDI P dengan Haji Alex dan Jendral Fakhrizalnya. Apakah Ganjar – Mahfud bisa menghasilkan magnet elektoral seperti Jokowi – JK tahun 2014-2019 atau sebaliknya? Kita lihat dan saksikan saja kontestasi politik ini selama empat bulan ke depan.

Selamat bertarung, selamat berkintestasi. Bertarunglah dengan fair. Ingat, proses tak akan pernah mengkhianati hasil. Manjadda wa jadda. Selamat berkompetisi wahai ‘pendekar demokrasi’. (***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Presiden Jokowi Lepas Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina

Indonesia Resmi Masuk FATF, BSI Terpilih jadi Perwakilan Tunggal Perbankan Syariah